..."Aku dengar Haoran sedang mempersiapkan berkas perceraianmu dengan Shenan. Bagaimana pendapatmu?" ucap kakek Shen yang dapat didengar oleh Shen Haoran yang tanpa sengaja sedang melewati kamar utama dilantai bawah itu.Langkah kaki Shen Haoran langsung terhenti. Pintu kamar pria itu tidak tertutup sepenuhnya sehingga dari tempatnya berdiri, Shen Haoran masih dapat melihat ekspresi putrinya dari celah pintu yang sedikit terbuka."Kakek, sebenarnya aku...," jawab putrinya terjeda seakan gadis itu tidak yakin dengan perceraian yang sedang diatur oleh Shen Haoran.Sebagai seorang ayah, Shen Haoran sangat tahu isi hati putrinya itu meskipun saat ini Shen Yiyi sama sekali tidak mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Putrinya itu masih sangat tergila-gila dengan putra keluarga Mu.Hati Shen Haoran sedikit tergerak. Hampir saja dia ingin menarik keputusannya dan hampir saja dia ingin mengijinkan putrinya itu memilih masa depannya andaikata dia tidak teringat akan ucapan Wei Yuna kep
...Mu Shenan memegang sebuah buku misterius ditangannya. Semenjak pagi, pria itu sengaja mengosongkan jadwalnya hanya untuk membolak-balikkan halaman buku seakan dia ingin mempelajari dengan sungguh-sungguh setiap hal yang tertulis di dalamnya.Baik sekretaris Ji, Yun, dan Gu, mereka semua tidak mengerti ada apa dengan bos besarnya. Yang jelas, mereka tahu bahwa buku itu pasti tidak berkaitan dengan urusan perusahaan karena gambar sampulnya yang seperti dikhususkan untuk para remaja. Pemandangan itu tentu saja mengherankan bagi para sekretaris yang saat ini telah berkumpul diluar jendela kaca sang bos besar. "Eh, kau tahu ada apa dengan CEO akhir-akhir ini?" tanya sekretaris Ji begitu penasaran.Sekretaris Ji memegang nampan berisi kopi ekspresso di atasnya. Awalnya, pagi ini dia ingin mengantarkan kopi untuk tuannya itu, namun langkah kakinya terhenti karena dia melihat dua rekannya yang lain telah berkumpul di depan pintu kantor CEO mereka."Tidak tahu. CEO Mu sepertinya sangat
. . . “Kepala Bai, sebenarnya, apa yang sedang dipelajari oleh CEO Mu selama beberapa hari ini?” tanya sekretaris Ji dengan sangat penasaran. “Iya, saya juga sangat penasaran. Kepala Bai, ayolah. Jika boleh tahu, saya juga akan membelinya supaya saya bisa sehebat CEO Mu,” celetuk sekretaris Yun sambil melirik ke arah laci dimana buku itu tadi diletakkan. Asisten Bai merasa kebingungan menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Para sekretaris itu mendekatinya dengan wajah polos penuh tanda tanya. Bagaikan para biksu kecil, mereka terlihat sangat ingin belajar dari seorang suhu yang barusaja meninggalkan selembar mantra suci pada laci kerjanya. Kalau demikian, tega-kah asisten Bai mengatakan bahwa CEO panutan mereka baru saja mempelajari buku ’15 Cara Menyatakan Cinta Tanpa Berkata Cinta?’ Huhuhu! Jelas asisten Bai tidak akan tega menghancurkan semangat dan dedikasi para sekretaris yang menjadi bawahannya itu! “Kemarilah, akan kuberitahu,” bisik asisten Bai pada akhirn
...Shen Yiyi masih bersama dengan Nyonya besar tua. Mereka berbincang cukup lama mengenai kesehatan sang nenek mertua yang pada bulan-bulan sebelumnya sempat menurun. "Nenek, setelah ini, aku akan mengantar nenek pulang. Beristirahatlah dirumah supaya nenek cepat pulih," ucap Shen Yiyi sambil mengusap punggung tangan nyonya besar tua.Wanita tua itu lantas tersenyum. Dia berbalik memandang wajah cucu menantunya dengan penuh kasih sayang. Lalu setelahnya dia mengucapkan kata-kata yang membuat semua orang disana merasa terenyuh mendengarnya."Aiyo... Yiyi. Kau tahu bahwa kau adalah hidupku. Aku bahkan lebih mengasihimu daripada cucu bodohku itu. Hanya saja, aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan hidup setelah mendengar perkataan Haoran semalam," ucapnya lirih menyindir Shen Haoran yang barusaja datang.Shen Haoran tidak berkata apa-apa. Melihat besannya datang, dia dengan sopan memberikan penghormatan sebelum akhirnya dia juga ikut duduk diujung sofa berdekatan dengan sebuah g
..."Memangnya siapa yang akan bercerai?" Pria tampan dengan setelan jas karya Brioni Vanquis II itu terlihat memasukkan satu tangan ke saku celananya seraya dia menunggu jawaban dari orang-orang disana. Tok! Tok! Tok!"Permisi...," Dibelakang Mu Shenan, seorang pengacara sewaan Shen Haoran telah datang.Mu Shenan sedikit menoleh dan dahinya tampak berkerut saat dirinya menangkap judul dokumen dalam map berwarna hitam yang dibawa oleh orang itu."Selamat pagi, Tuan Shen dan semuanya," sapa pengacara Tang sembari memberikan penghormatan pada semua orang yang ada disana."Selamat datang pengacara Tang. Apakah anda sudah membawa suratnya?" tanya Shen Haoran."Oh, surat permohonan perceraiannya sudah jadi, Tuan. Pasangan yang akan bercerai hanya tinggal menanda-tanganinya saja," terang pengacara itu yang seketika membuat Nyonya besar tua mengalami sesak nafas. "Aduh, dadaku..." keluh sang nyonya besar tua."Nenek... Nenek... Kau kenapa?" Shen Yiyi lekas-lekas membantu nyonya besar tua.
...'Aku sudah menghamilimu. Memangnya dengan siapa lagi kau akan hidup, jika tidak denganku' Kata-kata Mu Shenan kepada Shen Yiyi dapat didengar jelas oleh Wei Yuna yang tidak sengaja juga ada tidak jauh dari mereka.Hati Wei Yuna langsung pecah! Berita kehamilan itu bagaikan sebuah petir yang menyambar jantungnya begitu saja. Memundurkan langkahnya, wanita itu meremas dadanya yang terasa begitu sakit. Pilu dan pedih hingga Wei Yuna tidak mampu untuk bernafas. Mu Shenan dan Shen Yiyi... ternyata mereka berdua telah...?! batinnya dengan kedua mata memerah.Dada Wei Yuna sangat sesak. Letupan-letupan emosi dalam sekejap menjalar ke seluruh tubuhnya hingga dia-pun bergetar hebat. “Wei Yuna, pulanglah.” Sebuah suara terdengar dari belakangnya. Sesosok wanita paruh baya dengan gaun tebal dari bahan wol terlihat berjalan kesampingnya dan menepuk pundaknya untuk menenangkannya. “Itu adalah alasanmu untuk membunuhnya,” tambah wanita paruh baya itu menegaskan.Wei Yuna menolehkan wajahnya
...Mu Shenan pada akhirnya ikut masuk ke dalam ruang makan itu meskipun tanpa disuruh. Disana, semua orang nampaknya telah duduk di depan meja persegi panjang besar yang sudah penuh dengan makanan.Kakek Shen duduk diujung meja kanan, Shen Haoran duduk diujung meja sebelah kiri. Sementara pasangan nenek dan cucu menantu tidak terpisahkan itu duduk saling berdampingan di salah satu sisinya.Kedatangan Mu Shenan membuat kepala pelayan langsung bereaksi. Posisi meja makan itu sudah membentuk huruf 'n'. Jadi secara reflek, pelayan itu menarik kursi di sisi meja yang kosong dan mempersilahkan Mu Shenan untuk duduk sendirian disana."Tuan Mu, silahkan duduk," ucap kepala pelayan berbaju hitam itu.Mu Shenan memajukan langkahnya. Tangannya saat ini telah memegang kepala kursi namun dia merasa enggan untuk duduk dibagian yang disediakan oleh bibi Zhang.Bukan tanpa alasan. Mu Shenan hari ini memang khusus datang untuk dekat-dekat dengan Shen Yiyi. Karena setelah ini, dia akan melakukan age
...Untuk sesaat, Mu Shenan berpikir bahwa tidak akan ada perhatian yang akan didapatkannya. Hatinya sudah sedih dan raut wajahnya sudah sangat mendung. Namun, tepat disaat dia berpikir untuk membalik alat makannya, tiba-tiba saja sebuah tangan seputih salju menahan pergelangannya."Kenapa kau mau membalik piringnya? Bukankah kau belum makan?"Suara itu menyejukkan telinga Mu Shenan. Oh! Tidak hanya telinga, tetapi suara itu juga sanggup menyejukkan hatinya hingga tulang-tulang sumsumnya melemas seketika.Mu Shenan menolehkan wajahnya. Disampingnya saat ini, gadis cantik dengan bibir semerah delima itu tampak mengambilkannya sepotong dimsum dan memotong-motongnya kecil-kecil. Ukuran yang tepat bagi CEO pemilih makanan itu untuk memasukkannya ke dalam mulutnya."Shen Yiyi, aku bisa sendiri," ucap Mu Shenan berpura-pura menolak perhatian berlebih itu, meskipun sebenarnya hatinya terlampau senang."Bahumu masih belum benar-benar sembuh. Biarkan aku membantumu," sahut Shen Yiyi.Sebuah