..."Maukah kau jadi pacarku?" Shen Yiyi mengira mungkin ada yang salah dengan pendengarannya. Dia cukup meragukan kata-kata itu karena saat ini mereka sedang berada di ruang makan dan tidak sedang dalam suasana yang romantis. Ah, mana mungkin Mu Shenan mengatakan hal itu saat ini! Batinnya berpikir-pikir."Mu Shenan, coba ulangi. Apa yang kau katakan tadi?" Setelah berbicara, Shen Yiyi lalu duduk disebelah Mu Shenan. Dengan santai, dia membuka piring di depannya dan mulai mengambil makanan untuk dinikmatinya.Shen Yiyi benar-benar tidak paham arti ucapan Mu Shenan barusan. Dia berpikir dengan dia duduk, Mu Shenan akan memperjelas perkataannya sehingga Shen Yiyi tidak menjadi salah sangka dengan kalimat yang bisa saja 'Maukah kau ambilkan acar itu?'Tapi sepertinya, hal itu ditangkap berbeda oleh pria disebelahnya. Wajah Mu Shenan langsung menjadi mendung. Dan dahinya tampak mengkerut karena pernyataan cintanya seakan diacuhkan oleh wanita disebelahnya."Aku tidak berselera makan,"
...Shen Ara membawa Wei Yuna pergi ke suatu tempat di wilayah pegunungan Qinling, wilayah pinggiran perbatasan berjarak 4 jam dari pusat kota.Sudah sore hari ketika mereka sampai disana, lebih tepatnya di depan sebuah rumah panggung sederhana dari bahan kayu pinus yang sudah cukup reot."Ibu, kita dimana?" ucap Wei Yuna sesaat setelah dia turun dari mobilnya. Wajah Wei Yuna masih sembab karena terlalu banyak menangis. Tetapi setelah cukup lama ditenangkan oleh ibunya, saat ini dia sudah mulai bisa mengendalikan kemarahannya. "Ibu?" tanya Wei Yuna lagi."Kau akan lihat sendiri nanti." Shen Ara tidak menjelaskan detail. Wanita paruh baya itu langsung berjalan untuk membuka pagar bambu di depannya dan menyuruh Wei Yuna untuk mengikutinya.Ada banyak ayam disekitaran halaman itu. Sebagian besar adalah ayam buras bertubuh gemuk dan juga ada ayam-ayam kampung lainnya yang memang sudah wajar dimiliki oleh para orang desa pada umumnya.Wei Yuna sedikit bingung dengan alasan sang ibu memb
. . . Pria tua itu memandangi kebun mentimunnya disebelah kanan. Disana, sebagian mentimun yang ditanamnya seminggu yang lalu telah tampak mulai tumbuh. "Fan-fan...," kata Lan Yuo langsung disela oleh putrinya. "Ayah, tinggal di tempat ini tidak aman. Kau harus pindah supaya-" terang Shen Ara terjeda. "Tidak aman karena apa?!" potong Lan Yuo. "Uhuk! Uhuk!" Lan Yuo terbatuk-batuk. Pria tua itu tidak tahu menahu alasan dia harus berpindah tempat. Sebelumnya, dia sudah cukup nyaman menjadi tukang sapu di panti asuhan kelopak Teratai. Tapi, dia heran, Shen Ara malah memaksanya untuk pindah dan pindah lagi. Tanpa alasan yang jelas! Melihat ayahnya tidak senang, Shen Ara terdiam sejenak. Sejujurnya, dia tidak ingin memaksa mengingat orang tua itu sudah sangat tua. Tapi, mau bagaimana lagi, situasinya sekarang berbeda! Beberapa bawahannya yang biasa mengawasi Lan Yuo dan juga mengawasi panti asuhan Kelopak Teratai telah ditangkap oleh kepolisian Chang' An. Tentu saja, Shen Ara meras
..."Ibu, jadi selama ini kau menyembunyikan kakek Lan disana?" tanya Wei Yuna sesaat setelah mereka melajukan mobil mereka.Jalanan disana berliku-liku. Ada begitu banyak pohon rimbun dan juga semak-semak disekitar jalanannya. Wei Yuna hanya berpikir tentang bagaimana mungkin ibunya bisa mendapatkan tempat persembunyian begitu terpencil seperti itu.Pantas saja, selama ini ketika Wei Yuna berusaha mencari tahu keberadaan kakek Lan, dia tidak pernah mendapatkannya."Memangnya, kau kira ibu bodoh sehingga membiarkan kakekmu berada di tempat terbuka?!" sahut Shen Ara."Ah, tidak. Maksudku bukan begitu-" kata Wei Yuna terpotong oleh perkataan Shen Ara berikutnya."Yuna." Shen Ara menatap putrinya. "Situasi kita sedang terpojok. Ayahmu sedang menjalani proses persidangan dan Shen Yiyi pasti akan mengejar untuk membongkar semua rahasia keluarga kita," tambahnya."Ibu benar. Aku merasa Shen Yiyi yang sekarang sangatlah berbeda dengan Shen Yiyi yang dulu. Dia tidak bodoh lagi." Kemarahan t
...Shen Haoran masih tidak tahu apa-apa akan siapa sebenarnya Shen Ara. Di dalam pikiran pria lurus itu, Shen Ara adalah adiknya dan termasuk anggota keluarganya. Sehingga meskipun Wei Dong tertangkap, Shen Haoran tidak akan serta merta menyalahkan adiknya yang disangkanya tidak tahu menahu akan tindakan suaminya"Yiyi, ayah senang kau mengerti," ucap pria paruh baya itu. "Baiklah. Kalau begitu beristirahatlah. Ayah akan kembali mengurusi pekerjaan yang masih tertunda," terang Shen Haoran.Shen Yiyi langsung mengangguk dan menampilkan senyum terbaiknya. Meskipun ya, setelah ayahnya itu pergi, dia langsung menarik kembali senyumnya itu dan menggantinya dengan raut wajah datar setelah dia kembali melihat hadiah parcel disana.Penuh warna merah keemasan! Warna yang begitu terkenal di daratan China mengandung doa dan harapan akan keberuntungan dan kegembiraan.Bagi siapapun yang menerima doa semacam itu, pasti mereka akan sangat bahagia. Namun, itu hanya berlaku bagi mereka yang tidak
...Shen Yiyi tahu bahwa kemungkinan besar sekotak kue cantik itu memang tidak beracun. Meskipun begitu, jika dia harus memakan makanan pemberian dari musuhnya, Shen Yiyi jelas tidak sudi!“Bibi, berikan saja pada para kucing liar itu esok hari. Aku kira kucing itu pasti akan lebih menyukai makanan enak yang kau pegang dari pada aku,” ucap Shen Yiyi sambil berlalu ke dalam kamar mandinya.“Baik, Nona.”Bibi Zhang menghela nafasnya. Benar juga perkataan sang nona. Semua makanan disana adalah pemberian dari musuh bebuyutan sang nona. Bagaimana mungkin nona-nya itu mau memakannya?! Batinnya sambil berjalan untuk mengambil parcel besar disana guna membuang seluruh isinya.Namun, ada hal yang menarik perhatian kepala pelayan Zhang. Di atas ranjang, lebih tepatnya disamping bantal, bibi Zhang bisa melihat kotak perhiasan yang tadi siang ditinggalkan oleh Tuan Mu. Kotak perhiasan itu telah terbuka. Tapi anehnya, sudah tidak ada kalung didalamnya. Apakah itu berarti bahwa sang nona… mungkin
...Shen Yiyi memilih untuk menyelesaikan misteri kasusnya terlebih dahulu sebelum nantinya dia membalas perasaan Mu Shenan.Untuk itu, pagi-pagi buta, gadis itu telah pergi ke Chang 'An ditemani oleh sopir Ding guna menggali informasi lebih dalam mengenai hubungan Shen Ara dengan Lan Yuo, serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa diketahui disana.Lagipula, sudah hampir 2 Minggu Shen Yiyi belum mengunjungi panti asuhan Kelopak Teratai. Terakhir kali dia kesana, mungkin adalah pada saat dia menyelinap dari rumah sakit ketika dia dan suaminya itu masih dirawat."Nona, kita sudah sampai," ucap sopir pribadi kediaman Shen kepada Shen Yiyi."Oh. Baiklah, paman. Parkirlah disebelah sana dulu karena aku masih belum selesai dengan riasanku," terang Shen Yiyi."Baik, Nona." Sopir itu lalu memasuki halaman panti asuhan dan memarkirkan mobilnya di bawah pohon beringin tua sesuai arahan sang nona.Tidak ada mobil lain disana, kecuali sebuah mobil sport berwarna merah yang terlihat begitu mencolo
....Astaga! Mengapa dia bisa tidak tahu? Dan juga mengapa sang ayah juga tidak memberitahunya?! batinnya sebelum dia menyadari posisinya di perusahaan Shen.'Shen Yiyi, dasar kau bodoh sekali! Tentu saja, ayah tidak memberitahumu' ucapnya pada dirinya sendiri yang lengah itu.Ya. Selama ini, Shen Yiyi tidak pernah bekerja di Perusahaan Shen dan tidak pernah terlibat dalam hal apapun mengenai segala hal didalamnya. Jadi, sudah pasti Shen Haoran tidak akan meminta pendapat apapun darinya."Nona, kenapa anda melamun?" kata petugas panti membuyarkan pikiran Shen Yiyi."Oh, maaf... Maaf... Saya lupa bahwa ada sesuatu yang tertinggal diluar," ucap Shen Yiyi. "Jadi saya mohon ijin untuk keluar sebentar," tambahnya."Oh. Silahkan, Nona."Shen Yiyi lalu berjalan keluar dengan wajah kebingungannya. Setelah dia duduk di bangku taman yang ada disana, dia lalu merogoh ponsel miliknya dari dalam tas untuk menghubungi seseorang yang ada di Perusahan Shen."Halo, selamat pagi sekretaris Tan," uca