...Untuk sesaat, Mu Shenan berpikir bahwa tidak akan ada perhatian yang akan didapatkannya. Hatinya sudah sedih dan raut wajahnya sudah sangat mendung. Namun, tepat disaat dia berpikir untuk membalik alat makannya, tiba-tiba saja sebuah tangan seputih salju menahan pergelangannya."Kenapa kau mau membalik piringnya? Bukankah kau belum makan?"Suara itu menyejukkan telinga Mu Shenan. Oh! Tidak hanya telinga, tetapi suara itu juga sanggup menyejukkan hatinya hingga tulang-tulang sumsumnya melemas seketika.Mu Shenan menolehkan wajahnya. Disampingnya saat ini, gadis cantik dengan bibir semerah delima itu tampak mengambilkannya sepotong dimsum dan memotong-motongnya kecil-kecil. Ukuran yang tepat bagi CEO pemilih makanan itu untuk memasukkannya ke dalam mulutnya."Shen Yiyi, aku bisa sendiri," ucap Mu Shenan berpura-pura menolak perhatian berlebih itu, meskipun sebenarnya hatinya terlampau senang."Bahumu masih belum benar-benar sembuh. Biarkan aku membantumu," sahut Shen Yiyi.Sebuah
..."Maukah kau jadi pacarku?" Shen Yiyi mengira mungkin ada yang salah dengan pendengarannya. Dia cukup meragukan kata-kata itu karena saat ini mereka sedang berada di ruang makan dan tidak sedang dalam suasana yang romantis. Ah, mana mungkin Mu Shenan mengatakan hal itu saat ini! Batinnya berpikir-pikir."Mu Shenan, coba ulangi. Apa yang kau katakan tadi?" Setelah berbicara, Shen Yiyi lalu duduk disebelah Mu Shenan. Dengan santai, dia membuka piring di depannya dan mulai mengambil makanan untuk dinikmatinya.Shen Yiyi benar-benar tidak paham arti ucapan Mu Shenan barusan. Dia berpikir dengan dia duduk, Mu Shenan akan memperjelas perkataannya sehingga Shen Yiyi tidak menjadi salah sangka dengan kalimat yang bisa saja 'Maukah kau ambilkan acar itu?'Tapi sepertinya, hal itu ditangkap berbeda oleh pria disebelahnya. Wajah Mu Shenan langsung menjadi mendung. Dan dahinya tampak mengkerut karena pernyataan cintanya seakan diacuhkan oleh wanita disebelahnya."Aku tidak berselera makan,"
...Shen Ara membawa Wei Yuna pergi ke suatu tempat di wilayah pegunungan Qinling, wilayah pinggiran perbatasan berjarak 4 jam dari pusat kota.Sudah sore hari ketika mereka sampai disana, lebih tepatnya di depan sebuah rumah panggung sederhana dari bahan kayu pinus yang sudah cukup reot."Ibu, kita dimana?" ucap Wei Yuna sesaat setelah dia turun dari mobilnya. Wajah Wei Yuna masih sembab karena terlalu banyak menangis. Tetapi setelah cukup lama ditenangkan oleh ibunya, saat ini dia sudah mulai bisa mengendalikan kemarahannya. "Ibu?" tanya Wei Yuna lagi."Kau akan lihat sendiri nanti." Shen Ara tidak menjelaskan detail. Wanita paruh baya itu langsung berjalan untuk membuka pagar bambu di depannya dan menyuruh Wei Yuna untuk mengikutinya.Ada banyak ayam disekitaran halaman itu. Sebagian besar adalah ayam buras bertubuh gemuk dan juga ada ayam-ayam kampung lainnya yang memang sudah wajar dimiliki oleh para orang desa pada umumnya.Wei Yuna sedikit bingung dengan alasan sang ibu memb
. . . Pria tua itu memandangi kebun mentimunnya disebelah kanan. Disana, sebagian mentimun yang ditanamnya seminggu yang lalu telah tampak mulai tumbuh. "Fan-fan...," kata Lan Yuo langsung disela oleh putrinya. "Ayah, tinggal di tempat ini tidak aman. Kau harus pindah supaya-" terang Shen Ara terjeda. "Tidak aman karena apa?!" potong Lan Yuo. "Uhuk! Uhuk!" Lan Yuo terbatuk-batuk. Pria tua itu tidak tahu menahu alasan dia harus berpindah tempat. Sebelumnya, dia sudah cukup nyaman menjadi tukang sapu di panti asuhan kelopak Teratai. Tapi, dia heran, Shen Ara malah memaksanya untuk pindah dan pindah lagi. Tanpa alasan yang jelas! Melihat ayahnya tidak senang, Shen Ara terdiam sejenak. Sejujurnya, dia tidak ingin memaksa mengingat orang tua itu sudah sangat tua. Tapi, mau bagaimana lagi, situasinya sekarang berbeda! Beberapa bawahannya yang biasa mengawasi Lan Yuo dan juga mengawasi panti asuhan Kelopak Teratai telah ditangkap oleh kepolisian Chang' An. Tentu saja, Shen Ara meras
..."Ibu, jadi selama ini kau menyembunyikan kakek Lan disana?" tanya Wei Yuna sesaat setelah mereka melajukan mobil mereka.Jalanan disana berliku-liku. Ada begitu banyak pohon rimbun dan juga semak-semak disekitar jalanannya. Wei Yuna hanya berpikir tentang bagaimana mungkin ibunya bisa mendapatkan tempat persembunyian begitu terpencil seperti itu.Pantas saja, selama ini ketika Wei Yuna berusaha mencari tahu keberadaan kakek Lan, dia tidak pernah mendapatkannya."Memangnya, kau kira ibu bodoh sehingga membiarkan kakekmu berada di tempat terbuka?!" sahut Shen Ara."Ah, tidak. Maksudku bukan begitu-" kata Wei Yuna terpotong oleh perkataan Shen Ara berikutnya."Yuna." Shen Ara menatap putrinya. "Situasi kita sedang terpojok. Ayahmu sedang menjalani proses persidangan dan Shen Yiyi pasti akan mengejar untuk membongkar semua rahasia keluarga kita," tambahnya."Ibu benar. Aku merasa Shen Yiyi yang sekarang sangatlah berbeda dengan Shen Yiyi yang dulu. Dia tidak bodoh lagi." Kemarahan t
...Shen Haoran masih tidak tahu apa-apa akan siapa sebenarnya Shen Ara. Di dalam pikiran pria lurus itu, Shen Ara adalah adiknya dan termasuk anggota keluarganya. Sehingga meskipun Wei Dong tertangkap, Shen Haoran tidak akan serta merta menyalahkan adiknya yang disangkanya tidak tahu menahu akan tindakan suaminya"Yiyi, ayah senang kau mengerti," ucap pria paruh baya itu. "Baiklah. Kalau begitu beristirahatlah. Ayah akan kembali mengurusi pekerjaan yang masih tertunda," terang Shen Haoran.Shen Yiyi langsung mengangguk dan menampilkan senyum terbaiknya. Meskipun ya, setelah ayahnya itu pergi, dia langsung menarik kembali senyumnya itu dan menggantinya dengan raut wajah datar setelah dia kembali melihat hadiah parcel disana.Penuh warna merah keemasan! Warna yang begitu terkenal di daratan China mengandung doa dan harapan akan keberuntungan dan kegembiraan.Bagi siapapun yang menerima doa semacam itu, pasti mereka akan sangat bahagia. Namun, itu hanya berlaku bagi mereka yang tidak
...Shen Yiyi tahu bahwa kemungkinan besar sekotak kue cantik itu memang tidak beracun. Meskipun begitu, jika dia harus memakan makanan pemberian dari musuhnya, Shen Yiyi jelas tidak sudi!“Bibi, berikan saja pada para kucing liar itu esok hari. Aku kira kucing itu pasti akan lebih menyukai makanan enak yang kau pegang dari pada aku,” ucap Shen Yiyi sambil berlalu ke dalam kamar mandinya.“Baik, Nona.”Bibi Zhang menghela nafasnya. Benar juga perkataan sang nona. Semua makanan disana adalah pemberian dari musuh bebuyutan sang nona. Bagaimana mungkin nona-nya itu mau memakannya?! Batinnya sambil berjalan untuk mengambil parcel besar disana guna membuang seluruh isinya.Namun, ada hal yang menarik perhatian kepala pelayan Zhang. Di atas ranjang, lebih tepatnya disamping bantal, bibi Zhang bisa melihat kotak perhiasan yang tadi siang ditinggalkan oleh Tuan Mu. Kotak perhiasan itu telah terbuka. Tapi anehnya, sudah tidak ada kalung didalamnya. Apakah itu berarti bahwa sang nona… mungkin
...Shen Yiyi memilih untuk menyelesaikan misteri kasusnya terlebih dahulu sebelum nantinya dia membalas perasaan Mu Shenan.Untuk itu, pagi-pagi buta, gadis itu telah pergi ke Chang 'An ditemani oleh sopir Ding guna menggali informasi lebih dalam mengenai hubungan Shen Ara dengan Lan Yuo, serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa diketahui disana.Lagipula, sudah hampir 2 Minggu Shen Yiyi belum mengunjungi panti asuhan Kelopak Teratai. Terakhir kali dia kesana, mungkin adalah pada saat dia menyelinap dari rumah sakit ketika dia dan suaminya itu masih dirawat."Nona, kita sudah sampai," ucap sopir pribadi kediaman Shen kepada Shen Yiyi."Oh. Baiklah, paman. Parkirlah disebelah sana dulu karena aku masih belum selesai dengan riasanku," terang Shen Yiyi."Baik, Nona." Sopir itu lalu memasuki halaman panti asuhan dan memarkirkan mobilnya di bawah pohon beringin tua sesuai arahan sang nona.Tidak ada mobil lain disana, kecuali sebuah mobil sport berwarna merah yang terlihat begitu mencolo
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny