...Shen Yiyi masih bersama dengan Nyonya besar tua. Mereka berbincang cukup lama mengenai kesehatan sang nenek mertua yang pada bulan-bulan sebelumnya sempat menurun. "Nenek, setelah ini, aku akan mengantar nenek pulang. Beristirahatlah dirumah supaya nenek cepat pulih," ucap Shen Yiyi sambil mengusap punggung tangan nyonya besar tua.Wanita tua itu lantas tersenyum. Dia berbalik memandang wajah cucu menantunya dengan penuh kasih sayang. Lalu setelahnya dia mengucapkan kata-kata yang membuat semua orang disana merasa terenyuh mendengarnya."Aiyo... Yiyi. Kau tahu bahwa kau adalah hidupku. Aku bahkan lebih mengasihimu daripada cucu bodohku itu. Hanya saja, aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan hidup setelah mendengar perkataan Haoran semalam," ucapnya lirih menyindir Shen Haoran yang barusaja datang.Shen Haoran tidak berkata apa-apa. Melihat besannya datang, dia dengan sopan memberikan penghormatan sebelum akhirnya dia juga ikut duduk diujung sofa berdekatan dengan sebuah g
..."Memangnya siapa yang akan bercerai?" Pria tampan dengan setelan jas karya Brioni Vanquis II itu terlihat memasukkan satu tangan ke saku celananya seraya dia menunggu jawaban dari orang-orang disana. Tok! Tok! Tok!"Permisi...," Dibelakang Mu Shenan, seorang pengacara sewaan Shen Haoran telah datang.Mu Shenan sedikit menoleh dan dahinya tampak berkerut saat dirinya menangkap judul dokumen dalam map berwarna hitam yang dibawa oleh orang itu."Selamat pagi, Tuan Shen dan semuanya," sapa pengacara Tang sembari memberikan penghormatan pada semua orang yang ada disana."Selamat datang pengacara Tang. Apakah anda sudah membawa suratnya?" tanya Shen Haoran."Oh, surat permohonan perceraiannya sudah jadi, Tuan. Pasangan yang akan bercerai hanya tinggal menanda-tanganinya saja," terang pengacara itu yang seketika membuat Nyonya besar tua mengalami sesak nafas. "Aduh, dadaku..." keluh sang nyonya besar tua."Nenek... Nenek... Kau kenapa?" Shen Yiyi lekas-lekas membantu nyonya besar tua.
...'Aku sudah menghamilimu. Memangnya dengan siapa lagi kau akan hidup, jika tidak denganku' Kata-kata Mu Shenan kepada Shen Yiyi dapat didengar jelas oleh Wei Yuna yang tidak sengaja juga ada tidak jauh dari mereka.Hati Wei Yuna langsung pecah! Berita kehamilan itu bagaikan sebuah petir yang menyambar jantungnya begitu saja. Memundurkan langkahnya, wanita itu meremas dadanya yang terasa begitu sakit. Pilu dan pedih hingga Wei Yuna tidak mampu untuk bernafas. Mu Shenan dan Shen Yiyi... ternyata mereka berdua telah...?! batinnya dengan kedua mata memerah.Dada Wei Yuna sangat sesak. Letupan-letupan emosi dalam sekejap menjalar ke seluruh tubuhnya hingga dia-pun bergetar hebat. “Wei Yuna, pulanglah.” Sebuah suara terdengar dari belakangnya. Sesosok wanita paruh baya dengan gaun tebal dari bahan wol terlihat berjalan kesampingnya dan menepuk pundaknya untuk menenangkannya. “Itu adalah alasanmu untuk membunuhnya,” tambah wanita paruh baya itu menegaskan.Wei Yuna menolehkan wajahnya
...Mu Shenan pada akhirnya ikut masuk ke dalam ruang makan itu meskipun tanpa disuruh. Disana, semua orang nampaknya telah duduk di depan meja persegi panjang besar yang sudah penuh dengan makanan.Kakek Shen duduk diujung meja kanan, Shen Haoran duduk diujung meja sebelah kiri. Sementara pasangan nenek dan cucu menantu tidak terpisahkan itu duduk saling berdampingan di salah satu sisinya.Kedatangan Mu Shenan membuat kepala pelayan langsung bereaksi. Posisi meja makan itu sudah membentuk huruf 'n'. Jadi secara reflek, pelayan itu menarik kursi di sisi meja yang kosong dan mempersilahkan Mu Shenan untuk duduk sendirian disana."Tuan Mu, silahkan duduk," ucap kepala pelayan berbaju hitam itu.Mu Shenan memajukan langkahnya. Tangannya saat ini telah memegang kepala kursi namun dia merasa enggan untuk duduk dibagian yang disediakan oleh bibi Zhang.Bukan tanpa alasan. Mu Shenan hari ini memang khusus datang untuk dekat-dekat dengan Shen Yiyi. Karena setelah ini, dia akan melakukan age
...Untuk sesaat, Mu Shenan berpikir bahwa tidak akan ada perhatian yang akan didapatkannya. Hatinya sudah sedih dan raut wajahnya sudah sangat mendung. Namun, tepat disaat dia berpikir untuk membalik alat makannya, tiba-tiba saja sebuah tangan seputih salju menahan pergelangannya."Kenapa kau mau membalik piringnya? Bukankah kau belum makan?"Suara itu menyejukkan telinga Mu Shenan. Oh! Tidak hanya telinga, tetapi suara itu juga sanggup menyejukkan hatinya hingga tulang-tulang sumsumnya melemas seketika.Mu Shenan menolehkan wajahnya. Disampingnya saat ini, gadis cantik dengan bibir semerah delima itu tampak mengambilkannya sepotong dimsum dan memotong-motongnya kecil-kecil. Ukuran yang tepat bagi CEO pemilih makanan itu untuk memasukkannya ke dalam mulutnya."Shen Yiyi, aku bisa sendiri," ucap Mu Shenan berpura-pura menolak perhatian berlebih itu, meskipun sebenarnya hatinya terlampau senang."Bahumu masih belum benar-benar sembuh. Biarkan aku membantumu," sahut Shen Yiyi.Sebuah
..."Maukah kau jadi pacarku?" Shen Yiyi mengira mungkin ada yang salah dengan pendengarannya. Dia cukup meragukan kata-kata itu karena saat ini mereka sedang berada di ruang makan dan tidak sedang dalam suasana yang romantis. Ah, mana mungkin Mu Shenan mengatakan hal itu saat ini! Batinnya berpikir-pikir."Mu Shenan, coba ulangi. Apa yang kau katakan tadi?" Setelah berbicara, Shen Yiyi lalu duduk disebelah Mu Shenan. Dengan santai, dia membuka piring di depannya dan mulai mengambil makanan untuk dinikmatinya.Shen Yiyi benar-benar tidak paham arti ucapan Mu Shenan barusan. Dia berpikir dengan dia duduk, Mu Shenan akan memperjelas perkataannya sehingga Shen Yiyi tidak menjadi salah sangka dengan kalimat yang bisa saja 'Maukah kau ambilkan acar itu?'Tapi sepertinya, hal itu ditangkap berbeda oleh pria disebelahnya. Wajah Mu Shenan langsung menjadi mendung. Dan dahinya tampak mengkerut karena pernyataan cintanya seakan diacuhkan oleh wanita disebelahnya."Aku tidak berselera makan,"
...Shen Ara membawa Wei Yuna pergi ke suatu tempat di wilayah pegunungan Qinling, wilayah pinggiran perbatasan berjarak 4 jam dari pusat kota.Sudah sore hari ketika mereka sampai disana, lebih tepatnya di depan sebuah rumah panggung sederhana dari bahan kayu pinus yang sudah cukup reot."Ibu, kita dimana?" ucap Wei Yuna sesaat setelah dia turun dari mobilnya. Wajah Wei Yuna masih sembab karena terlalu banyak menangis. Tetapi setelah cukup lama ditenangkan oleh ibunya, saat ini dia sudah mulai bisa mengendalikan kemarahannya. "Ibu?" tanya Wei Yuna lagi."Kau akan lihat sendiri nanti." Shen Ara tidak menjelaskan detail. Wanita paruh baya itu langsung berjalan untuk membuka pagar bambu di depannya dan menyuruh Wei Yuna untuk mengikutinya.Ada banyak ayam disekitaran halaman itu. Sebagian besar adalah ayam buras bertubuh gemuk dan juga ada ayam-ayam kampung lainnya yang memang sudah wajar dimiliki oleh para orang desa pada umumnya.Wei Yuna sedikit bingung dengan alasan sang ibu memb
. . . Pria tua itu memandangi kebun mentimunnya disebelah kanan. Disana, sebagian mentimun yang ditanamnya seminggu yang lalu telah tampak mulai tumbuh. "Fan-fan...," kata Lan Yuo langsung disela oleh putrinya. "Ayah, tinggal di tempat ini tidak aman. Kau harus pindah supaya-" terang Shen Ara terjeda. "Tidak aman karena apa?!" potong Lan Yuo. "Uhuk! Uhuk!" Lan Yuo terbatuk-batuk. Pria tua itu tidak tahu menahu alasan dia harus berpindah tempat. Sebelumnya, dia sudah cukup nyaman menjadi tukang sapu di panti asuhan kelopak Teratai. Tapi, dia heran, Shen Ara malah memaksanya untuk pindah dan pindah lagi. Tanpa alasan yang jelas! Melihat ayahnya tidak senang, Shen Ara terdiam sejenak. Sejujurnya, dia tidak ingin memaksa mengingat orang tua itu sudah sangat tua. Tapi, mau bagaimana lagi, situasinya sekarang berbeda! Beberapa bawahannya yang biasa mengawasi Lan Yuo dan juga mengawasi panti asuhan Kelopak Teratai telah ditangkap oleh kepolisian Chang' An. Tentu saja, Shen Ara meras
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny