Home / Romansa / Hidden Baby Girl / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Hidden Baby Girl: Chapter 1 - Chapter 10

54 Chapters

PROLOG

Wanita cantik bertubuh mungil itu duduk sendirian di kursi taman dengan gelisah, sedari tadi matanya menelisik ke penjuru taman berharap orang yang sedari tadi ia tunggu segera tiba. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia duduk disini dengan segala perasaan gamang dan cemas yang bergumul di dada membuat Laras semakin di landa rasa takut. "Maaf sayang tadi mas masih ada meeting." Suara bariton yang tak asing ditelinga membuat Laras mengangkat wajah, wanita itu menatap David yang saat ini tengah menampilkan senyum hangat seperti biasa. "Gapapa. Mas, ada yang ingin aku bicarakan." Laras menatap David takut-takut membuat laki laki yang kini tengah berdiri di depan perempuan itu mengerutkan kening binggung namun tak urung mengangguk mengiyakan. "Ya, katakan." "Aku hamil." To the point Laras berucap dengan satu tarikan nafas, suaranya yang bergetar berusaha perempuan itu redam sebisa mungkin. Sedang David, laki-laki itu menatap sa
Read more

1

Laras melirik jam yang menempel di tangan kirinya, jarum pendek sudah menunjuk angka lima. Bergegas, ibu dua anak itu meraih tas yang berisi keperluan sang putri dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.  Bekerja di kedai sendiri memang memiliki kelonggaran waktu bagi Laras, kedai merangkap toko kue yang ia rintis bersama sahabatnya Sonya sejak tiga tahun yang lalu.  Saat tiba di tangga senyum Laras terkembang sempurna, ibu muda itu meraih uluran tangan sang putri yang juga menyambutnya antusias. "Uhh anak mama, nunggu lama ya sayang." "Mama. pulang," rengek Sasa. "Iya ini mama, pulang yuk udah sore." Setelah berpamitan kepada para karyawan Laras berjalan menuju mobilnya, pulang di saat bersamaan jam-jam pulang kantor begini memang macet tapi beruntung anaknya bukan bocah yang rewel. Setiba di depan rumah, ibu dua anak itu segera turun dari mobil. Membuka pintu sebelah untuk mengendong sang putri, rumahnya gelap karena
Read more

2

David mengetuk bolpoin yang sedang di pegang keatas meja, wajahnya yang kusut menyiratkan rasa frustasi. Menyender pada kursi kerja, laki-laki matang itu memejamkan matanya sejenak saat rasa pening menghampiri.Mamanya benar-benar menguji kesabarannya, perempuan paruh baya itu tak pernah lelah menghampiri kantornya hanya untuk menanyakan kapan ia akan membawa pasangannya ke rumah untuk di kenalkan pada keluarga besar mereka.Tidak ada masalah sebenarnya toh ia juga sudah memiliki kekasih, tapi mimpi sialan yang sering menghampiri malamnya beberapa Minggu terkahir benar-benar membuat dirinya panas dingin.David mengedarkan pandangan pada lapangan luas yang dipenuhi rumput dan bunga putih, tidak ada siapapun disini selain dirinya. Ia berjalan pelan saat cahaya putih tiba-tiba menghalangi pandanganya, membuat laki-laki itu harus memejamkan mata sebentar. David berjalan hat-hati saat tiba-tiba seorang anak lelaki kecil men
Read more

3

Pak Suryo mengendarai mobil dengan santai.Memilih pulang ke apartemen adalah pilihan terbaik untuk saat ini dari pada nanti telinganya panas karena omelan mamanya akibat tidak mendengarkan titah sang ratu. Namun telefon mamanya pagi tadi berhasil membuat David mengurungkan niat. Laki-laki itu akhirnya memilih putar balik dan pulang ke rumah orang tuanya. Karena jika tidak perempuan paruh baya itu akan mengomel tanpa henti hingga ber jam-jam tanpa bosan.Sejujurnya masalah mereka masih sama, kapan David akan membawa calon istrinya ke rumah. Oh hallo, dia hanya pria dewasa dan belum tua. 28 tahun dan berstatus taken tidak bisa di bilang bujang lapuk bukan.Bukan kenapa-kenapa, hanya saja David belum siap mengenalkan pacarnya pada keluarga besar mereka. Entah bagaimana, ia hanya belum memiliki kemantapan hati.Ponsel yang berdering menganggu lamunan David, ya hari ini laki-laki itu memilih menggunakan sopir
Read more

4

Riana melambaikan tangannya saat menemukan David yang berjalan penuh wibawa memasuki restoran tempat mereka mengadakan janji makan siang."Aku kira kamu gak dateng mas? Aku telfon tapi hp kamu gak aktif?""Tadi masih di proyek, hp aku juga mati."Riana mengangguk tersenyum, memaklumi kebiasaan David yang memang sudah biasa terjadi saat laki-laki itu tengah sibuk dengan pekerjaan. Menjadi pewaris utama perusahaan sang ayah tak membuat David menjadi pemimpin yang manja dan semaunya sendiri, laki-laki itu selalu melakukan yang terbaik dan bekerja maksimal dalam pengerjaan proyek yang di emban.Tak heran di usianya yang masih muda David berhasil mengaet banyak investor dan menjadikan ia salah satu pengusaha muda yang sukses dan terkenal cerdas."Aku udah pesen makanan kesukaan kamu."David hanya mengangguk dengan senyum tipis."Emm.. mas, Senin depan kamu ada jadwal?" Riana bertanya dengan harap-harap cemas, taku
Read more

5

Laras memasuki ruang tamu saat Sonya sibuk mendandani Sasa hingga tak menyadari keberadaannya. Sahabatnya itu terlihat cekatan dan sabar menghadapi polah anaknya yang seperti biasa, selalu banyak tingkah dan tidak bisa diam. Laras berdehem pelan, membuat Sonya menoleh kearahnya. "Lo udah enakan? Kenapa turun?" Tanya Sonya, tangannya sibuk memoleskan bedak di sekitaran leher Sasa. "Udah mendingan, bosen di kamar terus," ucap Laras masih dengan suara sangau, pusingnya memang sudah berkurang tapi badannya masih sangat lemas seperti tak bertenaga. "Istirahat sana, gue sama Sasa berangkat dulu. Makan siang udah gue siapin di meja makan. Jangan lupa minum obat, oh ya buahnya juga udah gue siapin di meja kamar lo jangan lupa di makan." Bak ibu yang memberikan petuah pada anaknya, Sonya benar-benar sudah cocok untuk memiliki anak sendiri melihat bagaimana jiwa emak-emak sudah melekat dalam diri perempuan itu. Laras mengangguk pelan, matanya me
Read more

6

Pagi ini Laras dan Sasa sudah berada di kedai, pengunjung tidak sebanyak biasanya karena rintik hujan yang turun sejak subuh tadi. Mendudukkan anaknya di karpet yang di penuhi mainan Laras langsung berkutat dengan beberapa lembar kertas di meja kerjanya. Pembukaan cabang baru masih dalam proses penyelesaian membuat pekerjaannya cukup padat di tambah hari ini adalah akhir bulan membuat ia di sibukkan dengan pembukuan."Gila, gue beneran bisa gila" Sonya mendudukan pantatnya di sofa setelah masuk ruangan tanpa mengetuk pintu dulu membuat Laras keheranan. Pasalnya sahabatnya itu sudah bilang tidak bisa masuk kerja hari ini. Tapi pagi ini Sonya sudah sampai di toko dengan wajah nelangsa."Lo kenapa dateng-dateng meracau gak jelas?" tanya Laras."Gue pusing ras, bunda berulah lagi." Sonya menjawab dengan kedua bahu merosot, dia benar-benar pusing. Kepulangannya kemarin adalah kesalahan."Ada apa lagi?"Laras memilih bangkit dar
Read more

7

Mall adalah tempat yang mereka pilih untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Laras mengandeng Sasa memasuki salah satu toko mainan bus tayo yang sejak masuk tadi ditunjuk-tunjuk sang anak. Sasa memang berbeda dengan bocah perempuan sebayanya lainnya. Jika anak perempuan lain bermain dengan boneka maka berbeda dengan Sasa yang lebih suka dengan mainan anak laki-laki. Seperti mainan yang baru saja mereka beli.Laras sendiri terkadang binggung, apakah dulu ia salah saat mengidam. Ataukah memang selera anaknya yang aneh."Ituu ma, yang biru," minta Sasa.Bocah kecil itu menunjuk tayo berwarna biru yang bertengger manis di etalase. Kakinya menghentak-hentak dengan bibir yang tidak berhenti merengek."Mbak tolong yang biru ini ya."Setelah membayar Laras mengendong anaknya yang tengah memeluk boneka tayo besar keluar dari toko tersebut.Dia akan ke restoran Jepang setelah tadi pagi Sonya menghubunginya dan membuat janji di sana."Udah lama?
Read more

8

David tiba saat rumah dalam keadaan Sepi, hanya ada adiknya Bima yang sedang duduk anteng menyantap sepiring nasi goreng tanpa menyadari kehadirannya."Mama papa kemana?" Tanyanya setelah berhasil meneguk sebotol air dingin dari kulkas. Pandangannya mengarah pada sang adik yang tengah mengunyah sarapannya."Ke Bogor, kondangan," jawab Bima cuek dan kembali menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya."Bang?"David yang sudah berdiri, mengurungkan niatnya dan kembali duduk menghadap Bima yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sulit ia mengerti."Kenapa?" tanyanya setelah beberapa menit adiknya hanya menatap David tanpa mengatakan sepatah katapun."Gak jadi. Sana kalau mau pergi."Usir Bima dan kembali memakan nasi gorengnya yang tinggal setengah.Memilih abai David segera bangkit menuju lantai atas. Ia akan mandi dan bersiap pergi menemui seseorang. Weekend seperti ini biasanya David hanya m
Read more

9

David menghempaskan tubuhnya di ranjang king size miliknya. Pembicaraan dengan Yuda tadi benar-benar menguras emosinya.Dia tidak pernah menyangka Yuda masih mengingat semuanya sejak bertahun-tahun mereka selalu menghindari topik pembahasan ini.Bagaimanapun sahabatnya itu tau bahwa di awal-awal kepergian Laras, David sempat di rawat di rumah sakit karena stress dan kurang istirahat.Pada masa itu memang adalah masa terpuruk bagi David, dia tidak mengelak bahwa Laras adalah sumber kekuatannya. Wanita itu mampu membuat dirinya menjadi lebih percaya diri dan tetap optimis.Laras jugalah wanita yang mengetahui segala kurangnya namun memilih untuk tetap bertahan di sisinya. Sering kali dia berfikir, kenapa dulu dia bisa bertindak bodoh hingga berakibat seperti sekarang ini.Mengutuk diri sendiripun tidak akan mengubah apapun. David kehilangan jejak wanita itu, dan ia belum cukup keberanian untuk mencari keberadaan Laras."Bang."Ketukan p
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status