Home / Romansa / Hidden Baby Girl / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Hidden Baby Girl: Chapter 31 - Chapter 40

54 Chapters

30

"sudah enakan.?"David menoleh menatap Laras yang duduk di salah satu kursi makan dengan tenang. Perempuan yang sejak tadi diam itu mengangkat pandangan dan membalas tatapan David. Kemudian mengangguk sebagai jawaban."Aku buat sarapan. Kamu duduk aja. Sebentar lagi aku bangunkan Sasa."David kembali sibuk dengan masakan yang sebentar lagi matang. Laki-laki itu terlihat fokus membuat Laras tersenyum dalam diamnya.Laras akui masakan David lebih enak dibanding masakannya sendiri. Laki-laki itu terbiasa mandiri, soal makanan pun David termasuk orang yang perfectionis dan pemilih tentang bahan yang akan diolah."Pagi mama."Sasa duduk disalah satu kursi samping mamanya. Setelah mencium kedua pipi mamanya bergantian, bocah itu menopang dagu, turut memperhatikan David yang masih fokus memasak."Pagi juga sayang."Sasa mengangguk anggukkan kepala pelan. Bocah itu seperti tengah memikirkan sesuatu. Gestur seperti ini suda
Read more

31

David baru pulang pada malam harinya. Kondisi Laras yang sudah membaik membuat laki-laki itu akhirnya bisa bernafas lega dan tak khawatir akan nasib putrinya.Tiba dirumah ia segera membersihkan diri dan melemparkan tubuh di ranjang yang beberapa hari ini tidak di tempati. Ia tersenyum manis dengan mata terpejam. Kilasan momen dengan Laras beberapa hari ini membuat David bahagia.Sederhana. Namun cukup mengobati rasa rindu yang selama ini coba laki-laki itu kubur dalam.Laras berubah. Namun perempuan itu mampu menguasai diri dengan baik. Perempuan itu mampu mengontrol emosi dengan baik walau tak jarang dirinya melihat bagaimana mata Laras menyiratkan kebencian yang semakin menambah rasa bersalahnya.Laras adalah korban. Dan dia adalah laki-laki tak tau diri yang merampas kebahagiaan perempuan itu.David kembali memejamkan mata. Kejadian demi kejadian yang menghampiri hidupnya benar-benar membuat laki-laki itu tak siap. Rahasia-rahasia yang terungka
Read more

32

"Bagaimana kelanjutan hubungan kalian?" Papa Riana bertanya setelah mendudukan diri di samping sang istri. "Baik pa," perempuan itu hanya menjawab singkat dan kembali menekuri kertas-kertas yang sejak tadi menjadi fokusnya.Ia sedikit tak nyaman saat orangtuanya kembali menanyakan hubungannya dengan David. Karena sejak mereka pacaran tak ada kemajuan mengenai hubungan mereka.Akhir-akhir ini ia sengaja menyinggung pembicaraan mengenai pernikahan namun Riana harus gigit jari karena David selalu mengelak dan beralasan belum siap."Kamu sudah cukup untuk menikah nak. Apa gak ada keinginan untuk ke jenjang yang lebih serius?"Riana meletakkan kacamata bacanya. Perempuan itu menghembuskan nafas sepelan mungkin, walaupun kesal ia tak boleh ketus pada orang tuanya ."Papamu benar sayang. Perempuan berbeda dengan laki-laki," Ibu Riana menambahkan. Wanita paruh baya itu menatap anaknya penuh harap.Sebenarnya dia sendiri tak ingin mendes
Read more

33

Jam delapan David sudah berdiri di gerbang rumah orang tua Riana. Keadaan terlihat sepi karena ini memang masih pagi dan orang-orang rumah pasti sibuk dengan pekerjaan masing-masing."Ada perlu apa mas?"Seorang satpam menghampiri David. Wajar saja lelaki paruh baya itu tak mengenal dirinya karena hanya beberapa kali David berkunjung kesini dan saat itu pun tidak ada satpam yang berjaga."Saya ada keperluan dengan Riana pak. Apa masih ada dirumah?""Oh, teman neng Riri. Ada mas, silahkan masuk."David mengekor mengikuti pak Gandi, satpam keluarga Riana yang kini berjalan di depan menuju pintu rumah megah tersebut."Buk tolong panggilan neng Riri ya. Ini temannya. Bapak mau kedepan dulu."Pak Gandi berbicara pada perempuan paruh baya yang sedang beres-beres di sekitaran ruang tamu. "Oh. Iya pak," Sahut istri pak Gandi."Silahkan duduk mas. Saya panggilkan neng Riri dulu ya."Paruh baya itu mempersilahkan kemu
Read more

34

Laras masih duduk di kursi kerjanya dengan bertopang dagu saat para karyawan sudah meninggalkan kedai lebih dulu. Perempuan itu mengerjap saat ketukan pintu mengalihkan perhatiannya yang sejak tadi asyik melamun."Mama."Sasa yang baru tiba dengan Sonya segera beralih dan duduk dalam pangkuan mamanya dengan manja. Bocah itu meletakkan kepala pada ceruk leher Laras dan dibalas perempuan itu dengan mengusap Surai sang putri lembut penuh sayang."Capek kak?"Bocah yang matanya tinggal segaris itu mengangguk mengiyakan. Bibirnya tak lagi mengeluarkan suara karena kelelahan dan mengantuk setelah seharian di ajak keluar Sonya dan suaminya, Sena."Makasih ya nte mau jagain Sasa. Pasti gak bisa diem nih anak.""Santai aja. Udah biasa, kalau anak Lo diem malah gue takut," Balas Sonya.Laras hanya mangut-mangut. Perempuan itu mengambil ponsel dan mengetikan sesuatu disana.Ekspresi Laras yang tak biasa berhasil menarik perha
Read more

35

David mencekal tangan mamanya, laki-laki itu menampilkan raut memelas yang membuat Diana enggan menatap ke arah sang putra.Ibu dua anak itu melepaskan belitan David yang mengerat, dia tahu anaknya akan menjelaskan sesuatu namun mendengar putranya tadi mengatakan telah merusak wanita benar-benar membuat dirinya marah dan kecewa.Ternyata dugaannya selama ini benar, kepergian putranya beberapa tahun lalu berhasil membentuk karakter David tak bermoral."Ma, dengerin penjelasan David dulu," David mengiba.Laki-laki yang kini tak lagi memaksa sang mama itu menatap dengan ekspresi pasrah, benar-benar binggung saat melihat mamanya terlihat emosional seperti sekarang."Mama capek vid.""Ma, tolong biarkan David jelaskan dulu. Mama belum denger semuanya.""Apa kata merusak belum cukup untuk menjelaskan semuanya. Apa kamu pikir mama bodoh?"Perempuan paruh baya itu menatap sang putra sengit, kedua matanya mengembun. Sungguh dia kecewa d
Read more

36

"Sasa." Bima berteriak heboh saat siluet Sasa terlihat dari balik pintu kaca. Laki-laki itu segera meninggalkan meja dan berjalan menuju bocah cantik tadi dengan mata berbinar.Nuri yang sejak tadi mengamati hanya menggeleng, heran juga melihat remaja ganteng yang sikapnya memalukan seperti ini.Bima memang pelanggan tetap kedai ini, tak heran laki-laki itu terlihat akrab dengan Sasa dan para pegawai karena seringnya pemuda itu datang kesini."Bim, udah mulai masuk kuliah ya?"Laras yang baru tiba bertanya, karena memang sejak beberapa bulan ini ia tak melihat Bima datang ke kedai.Dan bisa dipastikan pemuda itu sedang libur kuliah."Sudah mbak, capek juga liburan dirumah."Bima tertawa ringan. Memang benar karena 2 bulan lebih libur dia hanya menjadi sopir mamanya, mengantar mamanya kesana kemari dan mendadak menjadi asisten papanya juga saat sedang sibuk di kantor.Jika disuruh memilih Bima tak ingin
Read more

37

Wira, istri dan putranya Bima duduk dengan tenang di sofa ruang tengah. Sejak sepuluh menit yang lalu mereka tidak juga mengeluarkan suara apapun.Apalagi Bima, pemuda yang biasanya tak bisa diam itu kini menutup mulutnya rapat-rapat saat melihat ekspresi mamanya yang menyeramkan."Maaf menunggu lama om, tante."Sonya meringis setelah meletakkan tiga gelas teh dihadapan mereka. Perempuan itu ikut merasakan aura tak menyenangkan dan memilih berlama-lama di dapur dengan alasan membuatkan minum."Terima kasih, harusnya gak usah repot-repot," ujar Diana." Sama sekali tidak Tante," jawab Sonya pelan.Diana tersenyum tipis dan dibalas Sonya dengan senyum lembut.Dalam penglihatan Sonya dia tahu wanita paruh baya didepannya ini tengah menyimpan amarah dan raut yang ditampilkan membuatnya bergidik tapi percayalah pancaran mata seseorang tidak pernah menampilkan kebohongan.Perempuan itu menduga hal yang selama ini ia pikirkan benar-be
Read more

38

"Maafkan aku Ras. Aku mengaku salah tapi aku mohon jangan jauhkan aku dari putriku."David berujar memelas, lelaki yang duduk tegang sedari tadi itu tak melepas pandangan dari Laras dengan binar meredup.Hatinya sakit melihat Laras yang hanya diam seperti ini tanpa mengeluarkan reaksi apapun.Perempuan itu hanya menatap kearah lain dan melengos saat mata mereka tak sengaja bertemu.Bahkan mata indah itu tak lagi ingin menatapnya.David mencoba peruntungan, laki-laki itu bangkit berniat duduk disebelah Laras namun perempuan itu lebih dulu menghindar dan melempar tatapan tajam."Jangan mendekat atau aku akan keluar," ancam Laras dengan nafas memburu."Aku .. aku hanya berniat .."David kesulitan mengolah kata, laki-laki itu tergagap dan menutup mulut rapat saat netranya tak sengaja menangkap Laras yang mengusap pipi sebelah kanan.Apakah perempuan itu menangis? Apakah itu karenanya?"Pergi dari sini mas. Aku anggap
Read more

39

"papa beneran kesini kan?" Suara riang Sasa berhasil menerbitkan senyum David. Laki-laki yang tengah disibukkan dengan pekerjaan kantor itu tetap meluangkan waktunya untuk sekedar berkabar dengan sang putri.Sejak seminggu lalu hubungannya dengan gadis cilik itu berjalan baik, mereka semakin dekat dan David bersyukur putrinya mau menerima kehadirannya."Iya sayang. Papa kesana. Sasa mau dibawakan apa?"David kembali mengulas senyum saat tingkah lugu sang putri berhasil ia tangkap. Gadis kecil disana tengah mengetukkan jari telunjuk di pipi membuat David gemas dibuatnya.Tuhan. Kenapa dulu ia begitu bodoh menolak putrinya sendiri."Apa aja. Sasa gak tau mau apa papa."Suara Sasa terdengar manja ditelinga David. Laki-laki itu mengangguk kemudian melempar ciuman jauh, yang dibalas tak kalah heboh oleh Sasa."Sudah dulu ya sayang. Papa masih kerja. Kalau sudah pulang nanti, papa video call lagi.""He em Sasa juga mau n
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status