Home / Romansa / Hidden Baby Girl / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Hidden Baby Girl: Chapter 41 - Chapter 50

54 Chapters

40

Seperti janjinya kemarin, David tiba di kediaman Laras saat jam menunjuk angka delapan pagi. Laki-laki itu memang sengaja datang lebih awal karena ingin mengajak anaknya bermain diluar untuk menghindari panas. "Papa." Teriakan Sasa dari dalam rumah membuat David menoleh, laki-laki itu ikut mengembangkan senyum saat melihat tawa lepas putrinya. Sudah seminggu sejak terakhir kali dia datang kesini, dan hari ini adalah hari yang paling dinantinya. "Pagi sayang," sapa David setelah Sasa berhasil masuk kedalam pelukannya. "Pagi papa," sahut bocah itu dengan malu-malu. Laras yang mengintip di balik jendela segera keluar untuk menemui sepasang ayah dan anak itu. Hatinya menghangat melihat interaksi didepannya walaupun ada goresan kecil yang kembali membuat hatinya ngilu namun hal itu, Laras abaikan. Semalaman dia memikirkan apa yang diucapkan Sonya sore kemarin, dan Laras sudah mengambil keputusan. Semoga ini keputusan yang ba
Read more

41

"Tante senang kamu sudah bisa menerima David. Semua ini gak mudah nak, tapi terimakasih sudah bersedia memaafkan kami."Diana melemparkan senyum hangat, ibu dua anak itu tidak tahu harus bagaimana saat berhadapan langsung dengan Laras.Perasaan bersalah, kecewa, sedih, dan kesakitan lainnya benar-benar membuatnya sesak setiap kali mengingat kejahatan putranya.Selama ini, ia kira David sudah berubah. Melihat sendiri bagaimana putra sulungnya itu lebih mudah diatur saat lulus SMA, namun ia harus menelan pil pahit saat ternyata kebobrokan David baru ia ketahui beberapa Minggu yang lalu."Aku cuma manusia biasa Tante. Rasa-rasanya juga gak baik memendam benci terlalu lama. Apalagi ada Sasa diantara kami," ujar Laras dengan senyum lembut."Kamu memang perempuan baik nak. Maaf karena anak tante, kamu harus menanggung sakit sendirian."Diana berujar dengan sorot redup diakhir kalimat. Sebagai sesama wanita dia paham apa yang dulu dirasakan wanita
Read more

42

Wira dan istrinya sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Laras. Mereka memang sengaja memilih perjalanan malam karena menghindari macet dan panas. Pasangan suami istri itu sibuk dengan fikiran masing-masing. Sebelum sang istri bertanya."Pa, apa papa gak ngerasa ada yang aneh sama pemuda tadi?"Diana menoleh menatap suaminya. Kening wanita paruh baya itu berkerut, memikirkan kemungkinan yang sejak siang tadi menganggu pikirannya."Siapa yang mama maksud?"Wira balik bertanya, karena tidak paham dengan maksud sang istri. Tadi siang saat mereka berkumpul, ada beberapa laki-laki seusia putranya yang datang ke rumah Laras untuk mengambil pesanan kue.Lantas pemuda mana yang istrinya maksud."Yang siang tadi datang ke rumah Laras. Siapa namanya tadi?"Perempuan itu tampak berfikir,"Ryan, iya namanya Ryan," sambung Diana lagi.
Read more

END

David berkendara dalam diam. Laras yang duduk disebelahnya memalingkan pandangan pada jendela mobil. Menatap rintik yang turun, sisa hujan yang menguyur kota subuh tadi.Laras terlihat tak semangat saat ia jemput di kedai tadi. Wajah muram perempuan itu membuatnya diam dan tak berani untuk bertanya.Ia takut salah ucap dan berakhir membuat mood perempuan itu berantakan.Kemarin malam ia kaget saat mengetahui Laras menghubunginya. Perempuan itu memintanya untuk menjemput di kedai pukul sepuluh pagi dan ia menyetujui.Dan disinilah mereka sekarang.Ia mengikuti langkah kaki perempuan itu yang berjalan lebih dulu semakin masuk ke dalam. David tak sempat bertanya saat ia melihat Laras sudah lebih dulu berjongkok disalah satu nisan disana.Pandangannya mengikuti kemana tangan Laras bergerak.Ia mengeja nama disana dan jantungnya serasa dihantam dengan pukulan k
Read more

Extra Part 1

"Assalamualaikum."Seorang remaja yang kini duduk di bangku SMP memasuki rumah setelah tadi memberi salam namun tak ada seorang pun yang menjawab.Gadis itu langsung menuju kamar untuk meletakkan tas dan melepas sepatu.Penampilannya masih terlihat rapih walaupun seharian berada di sekolah. Tubuh semampainya membuat terlihat lebih dewasa daripada anak seusianya."Mama, kenapa di kebun terus?"Gadis itu memprotes mamanya dengan bibir cemberut, matanya menelisik ke penjuru taman dan berakhir menatap adiknya yang kini tengah sibuk bermain tanah. Ia mendesah lelah, akan menambah pekerjaannya karena ia yakin bocah yang tengah sibuk itu akan susah untuk diajak mandi. Karena kejadian ini sudah sering sekali terjadi."Ini, mama cuma beresin taneman sama lihat bunga yang tantemu kasih kemarin. Bagus kan kak?"Perempuan yang tengah hamil besar itu menunjuk bunga yang dimaksud, bibirnya menyunggingkan senyum senang saat bunga yang lama diidamkan a
Read more

Extra Part 2

"papa!"Yaya memekik antusias. Bocah tiga tahun itu berlari dan memeluk kedua kaki sang ayah erat yang belum sempat menjaga keseimbangan. Mereka hampir jatuh jika saja tangan laki-laki itu tak memang kusen pintu untuk menahan bobot tubuh mereka."Uhhh, papa kaget nak. Kalau jatuh bagaimana?"Ucap sang papa dengan tangan mengelus dada. Walaupun putrinya sering begini, tapi tetap saja membuat kaget."Kangen pa. Kenapa pelginya lama?"Yaya memberikan protes. Bibir bocah itu mengerucut ke depan membuat sang papa gemas dan berkahir mencium pipi sang putri berkali-kali."Mas, kapan sampe?"Laras yang baru keluar dari kamar segera menghampiri sepasang ayah dan anak itu, perempuan hamil besar itu mengambil tangan suaminya untuk dicium. "Baru aja. Sasa kemana ma?" tanya laki-laki itu."Kok mama gak denger suara mobil papa ya." Bukannya menjawab Laras malah balik bertanya. Perempuan itu sepertinya baru bangun ti
Read more

Extra Part 3

Pagi ini rumah David ramai dengan keluarga yang berkumpul. Laki-laki itu tersenyum melihat Yaya yang lengket pada neneknya, tak ketinggalan juga Zia dan Sasa yang juga membututi kemanapun Bima pergi."Kamu kenapa mas?"Wira bertanya pada putranya yang berdiri tanpa ikut bergabung dengan yang lainnya. Laki-laki tua itu sedikit heran, pasalnya sang putra hanya senyum-senyum sendiri dengan pandangan ke depan, mengamati yang lain tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing."Gak apa-apa pa. Cuma lagi bahagia aja," jawab David tanpa menoleh pada sang ayah."Kamu selalu jawab begitu setiap kali papa tanya."Wira mencibir yang dibalas kekehan ringan sang putra. Jangan heran bagaimana David dan sang papa, Wira bisa seakrab sekarang. Waktu telah mengubah semuanya. Mereka sama-sama intropeksi diri dan saling menerima, dan beginilah hubungan mereka sekarang."Papa gak ikut gabung?" tanya David."Nanti malam saja. Papa mau istirahat dulu. Capek ju
Read more

Extra Part 4

David tengah duduk sendirian di kursi ruang kerja laki-laki itu. Jendela ruangan dibiarkan terbuka lebar, menghadirkan udara sejuk karena malam hingga subuh tadi hujan cukup deras menguyur kota Bogor.Pandangan laki-laki itu menerawang jauh, mengingat beberapa tahun silam saat mengalami kecelakaan. Ia mengalami koma selama beberapa Minggu dan harus dirawat di rumah sakit. David tidak mengingat apapun, setelah bangun laki-laki itu juga linglung dan menatap sekitar dengan pandangan kosong.Setiap hari tidak ada yang dilakukannya selain berdiam diri diatas brankar dan tidur.Setelah dua bulan lebih dirawat, akhirnya ia diizinkan pulang.Semuanya berjalan baik, ingatan laki-laki itu juga berangsur pulih. Salah satu yang David ingat setelah bangun dari koma adalah laki-laki itu selalu melihat perempuan cantik yang setia merawat dirinya selama dirumah sakit."Mas?"Lamunan laki-laki itu buyar saat tangan Laras melambai di depan matanya.Dav
Read more

Extra Part 5

David berlari menyusuri lorong rumah sakit. Tadi laki-laki itu mendapat telfon dari sang mama bahwa istrinya akan segera melahirkan dan sudah berada di rumah sakit. Setelah memberitahukan pada sekretarisnya, David segera meluncur ke rumah sakit yang tadi mamanya beritahukan.Tiba di ruang bersalin lali-laki itu mengatur nafas yang memburu. Disana sudah ada Bima yang tengah duduk santai bermain ponsel. Segera saja David menghampiri adiknya."Mbak Laras di dalem sama mama, sana masuk, udah bukaan banyak tadi gue denger."Belum sempat David bertanya, Bima lebih dulu menjawab pertanyaan yang ada dalam fikiran abangnya. Segera saja laki-laki itu memasuki ruangan dan menemukan istrinya yang sudah terbaring diatas brankar dan meringis menahan sakit."Sayang, maaf mas telat," ucap David setelah tiba di samping istrinya, tangan laki-laki itu mengelus pinggang Laras mengantikan sang mama yang tadi melakukannya.Laras tak mengatakan apapun, perempuan itu meme
Read more

Extra Part 6

Minggu pagi ini kediaman David ramai karena berkumpulnya banyak keluarga yang menjenguk bayi mereka. Ada Sonya beserta anak dan suaminya, Ryan juga turut hadir namun tunangannya tidak ikut karena ada jadwal praktek pagi di rumah sakit, orang tua David juga menginap disini beserta adiknya, Bima. Suasana rumah tampak lebih berisik karena suara anak-anak yang memenuhi ruang tengah. Tak lupa bapak-bapak juga sibuk bermain catur di taman belakang. "Yaampun Ras, hidungnya kayak tower tinggi banget." Celetukan Sonya tak urung membuat semua wanita yang berada di kamar Laras tertawa. Sonya memang selalu memiliki cara untuk menghidupkan suasana. Sonya yang sekarang tentu saja berbeda dengan Sonya yang dulu. Berkat menikah dengan Sena, sahabat Laras itu lebih asyik untuk diajak bercerita. Apalagi semenjak memiliki anak, aura keibuan perempuan itu terpancar semakin kuat. "Iya mbak, kayak bapaknya. Ganteng pula." Lisa, mama Leo yang turut memperhatikan juga ikut memberikan komentar. Tetangga
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status