All Chapters of Assalamu'alaikum Pesantren (Assalamu'alaikum Cinta): Chapter 1 - Chapter 10

19 Chapters

Prolog

Assalamu’alaikum Pesantren(Assalamu’alaikum Cinta)  Berawal dari kisah gadis remaja, yang ingin masuk pesantren. Namun, tidak dengan niat yang tulus. Ya, boleh dikatakan tidak tulus karena, niat awalnya ingin kurus. Tidak masuk akal memang tetapi, itulah niat awalnya. Terjebak dalam cinta di Pesantren, di mana yang namanya pesantren melarang akan adanya santriwan/santriwatinya pacaran. Lambat laun menyadari bahwa niat awalnya masuk pesantren adalah salah. Dia merasa bersalah, terhadap orang tuanya dan diri sendiri. Saat biaya tak mampu lagi untuk menanggung, dia diharuskan pindah sekolah, walau para pengajar telah membebaskan biaya untuknya. Namun, orang tuanya telah bertekad untuk memindahkannya dengan alasan 'tak tega jauh dari sang anak'. "Nak ..., maafkan Abah ya. Abah dan Mamak tidak punya cukup biaya
Read more

Awal Mula

06, Juni, 2019Pesantrenyang istimewaDisinilah sebuah kisah bermula. Berkisah tentang percintaan di sebuah pesantren, kenakalan para santri dan bahkan suka dukanya menjadi santri. Santri tidak boleh membawa ataupun memiliki alat komunikasi yang canggih, dilarang untuk pacaran, keluar pesantren tanpa izin dan bertemu lawan jenis kecuali saat ada pembelajaran bersama saja. Namun, masih ada saja beberapa santriwan dan santriwatinya yang bandel. Mereka terus berusaha melanggar peraturan yang sudah di tetapkan oleh pendiri pesantren, baik secara sadar maupun tidak sadar. Ada yang diam-diam pacaran, ada juga yang menyelinap keluar dari pesantren, ada juga yang masih ngeyel membawa hp dan masih banyak lagi kelakuan nakal mereka. Kenakalan anak pesantren memang berbeda dengan anak sekolah pada umumnya. Bagi santri yang ketahuan pacaran, mereka akan dic
Read more

Persiapan Petualangan Part 1

Desir di jiwa dan hati yang tandus, akan terasa basah dikala cinta datang menyapa. Aliran darah seakan memanas saat hati terluka. **Janganlah kalian mencintai makhluk-Nya, melebihi cinta kepada-Nya dan Rasul-Nya.** 🌹🌹🌹 ***"Ikut aku pulang ke kampung saja, siapa tahu bisa mengurangi rasa rindu terhadap keluargamu," katanya sambil tersenyum pada ku. "Kalau dari sini kita bisa pulang dengan berjalan kaki, ya ... walaupun perjalanannya meniti hutan dan lumayan jauh sih. Hitung-hitung, sekalian cuci mata dan wisata ke alam bebas gitu," sambungnya lagi, sambil terus tersenyum ke arahku. "Boleh, kalau kamu tidak keberatan," ucapku sambil tersenyum balik kearahnya. 
Read more

Persiapan Petualangan Part 2

"Baiklah, kalian saya izinkan pulang. Namun, hanya dua hari setelah itu kalian harus segera kembali ke pesantren," kata Ustadzah mengizinkan tapi, tetap ada syarat yang harus kami patuhi. "Baik ustadzah ..., kami akan kembali setelah dua hari," jawab Mila. "Terima kasih ustadzah," ucap kami serempak. ***"Ayo ikut aku!" Lagi-lagi Mila menarik tanganku, sedangkan aku hanya pasrah menuruti kemana langkah kakinya melangkah. Aku hanya diam disamping, sambil terus memperhatikan langkahnya yang cepat. Seakan sedang diburu sesuatu, aku ingin bertanya. Namum, setelah aku mulai memperhatikan arah jalan yang mendekati pondokan santriwan. Kurasa, aku sudah mengetahui maksud dan tujuannya datang kesini. "Assalamu'alaikum, Budi!" Mila bers
Read more

Petualangan Dimulai

Pagi pun menyingsing, sinarnya menyeruak dari ufuk timur. Malam dingin berganti dengan pagi yang hangat. Ayam berkokok saling bersautan, bagai alarm yang setia setiap pagi berbunyi. Membantu orang-orang terbangun dari lelapnya tidur dimalam hari. ***Saat menjelang shalat subuh, kami semua di bangunkan oleh para santri yang berjaga. Gembok di luar pintu pun dibuka, agar kami semua bisa shalat berjamaah di musholla. Saat malam selepas ba'da insya, pintu asrama akan di gembok dari luar dan dibuka lagi menjelang subuh. Begitulah setiap malam. Para santriwan akan berjaga di sekeliling pesantren, menyusuri lorong-lorong asrama yang temaram karena minimnya pencahayaan dan setiap sudut pesantren guna memastikan keadaan sekitar aman. Terkadang mereka juga akan minta dibuatka
Read more

Takjub

**Sungguh indah kuasa-Mu, takjub netra memandang hasil karya luar biasa. Tak' pernah bosan aku bersyukur, sanubari tersenyum bahagia tatkala matahari menyongsong pagi.**   🌹🌹🌹   Kami terus bercerita, tanpa terasa kami sudah separuh jalan. Hutan yang lebat dan sepi, terdengar riuh tatkala kami melintasi nya. Canda tawa kami seakan bergemah didalam hutan.   Saat ini kami sudah melewati hutan yang berganti hamparan sawah yang membentang sejauh mata memandang.   Aku selalu terkagum saat melihat hamparan yang indah ini, mataku seakan dimanjakan dengan pesonanya. Para petani berkumpul di bawah pondok-pondok kecil sambil terus memantau padi mereka.   Burung-burung Pipit beterbangan di atas tanaman padi, bunyi-bunyi
Read more

Perjalanan

**Makan nasi pakai sambal Sambal ditumbuk hingga halus Persahabatan bukan abal-abal Namun, disertai rasa yang tulus** *** Sekitar setengah jam, kami berempat berada di atas perahu. Pasti ada yang nanya 'kenapa berempat ya, bukannya tadi cuma bertiga?' Ya ... berempat, Aku, Mila, Budi dan satu lagi adalah saudara laki-laki Budi. Dia ikut sebab perahu akan dibawa kembali kesawah saat setelah mengantar kami bertiga. Kami berhenti tepat didepan bilah bambu bertiangkan kayu ulin, yang di susun dipinggir sungai, sebagai labuhan untuk perahu yang kami tumpangi. Setela
Read more

Belajar Berenang

"Ayo ... sini nanti kuajarkan berenang!" seru Mila terhadapku yang hanya duduk di bilah bambu yang ada di sungai tersebut. "Tidak mau ah ... aku takut tenggelam, nanti kamu melepaskan genggaman tanganmu lagi," ucapku sambil cengengesan, karena aku sudah tahu apa yang bakalan ia ucapkan. "Memangnya kamu pikir aku gak ada perasaan gitu, memangnya aku tega buat kamu tenggelam di sungai, memangnya aku sekejam itu. Tega ya kamu!" ucapnya sambil cemberut. "Tuh kan, sudah kuduga ocehan anpaedah nya keluar," pikirku sambil menggaruk lengan yang tak gatal. "Terimakasih Mila karena sudah mau jadi sahabatku," gumamku dalam hati sambil tersenyum sangat manis kepadanya. "Kebiasaan ya ... kamu itu suka banget godain aku, kan jadi keluar cerewetnya aku," ucapnya masih cemberut.
Read more

Keliling Desa part 1

Setengah jam berlalu setelah kepergian Mila, aku pun mulai membereskan peralatan mandi yang tadi kami bawa bersama, saat ingin turun ke sungai.Badanku terasa sangat segar setelah berendam begitu lama, penat yang kurasakan tadi tak lagi melanda. Aku mulai menapaki tanjakan yang  dibentuk seperti tangga tersebut, satu-persatu anak tangga kulalui, seolah enggan untuk beranjak dari posisiku yang sekarang. Namun 'tak mungkin juga aku hanya menghabiskan waktu di dalam sungai dan terus menghitung anak tangga. Saat melanjutkan langkahku, diam-diam aku tersenyum, teringat akan pepatah lama 'roda terus berputar' begitu juga dengan yang kualami sekarang. Menapaki anak tangga, seolah kita memulai fase dalam kehidupan. Memulai dari bawah untuk terus menanjak ke atas, selalu berusaha walaupun keadaan tak semudah melalui jalan yang lurus. Kehidupan —, kadang aku berpikir.
Read more

Keliling Desa Part 2

Setelah selesai berkeliling, kami semua mulai menaiki perahu untuk menyeberang ke hulu sungai. Total kami sekarang ada enam orang, sedangkan yang menjalankan perahu adalah Budi. Tak ada wajah ketegangan, yang kulihat hanya wajah bahagia yang terukir indah dalam tatapan netra. Kalau ada yang bertanya keadaanku bagaimana? jawabanya hanya satu kata 'bahagia'. Ya, bahagia itulah yang aku rasakan. Entah mengapa, saat bersentuhan dengan air aku merasa sangat bahagia. Tangan mulai terulur membelai air seiring berjalannya perahu yang kami tumpangi. Membelah sungai, dihari nan cerah matahari seolah berpihak. "Kak Lia! kakakkan tidak bisa berenang, apa tidak takut kalau seumpama perahu terbalik dan kakak akan tenggelam?" tanya Mirna, salah satu adik kelaku di pesantren yang ikut dalam rombongan. "Alhamdulillah tidak takut dek, walaupun kakak tidak bisa berenang," seketika sedikit rasa takut menyelinap dalam sa
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status