Semua Bab Memikat Hati Pangeran Kelas: Bab 111 - Bab 120

140 Bab

110: Tidak Adil

“Maminya Elvano meninggal dan itu pasti karena kecelakaan itu. Malam itu sebelum maminya Elvano meninggal, Papa tau sendiri bahwa aku diminta untuk ketemu sama maminya Elvano. Di dalam ruangan itu, maminya Elvano yang udah ngerasa bahwa hidupnya nggak akan lama lagi, minta aku untuk selalu ada di sisinya Elvano dan bahagiain Elvano. Maminya Elvano minta aku untuk akhiri hubungan aku sama Kenzo dengan kalimat penenang bahwa ‘toh jodoh nggak akan ke mana’. Maminya Elvano bilang kalo dia udah nggak ada, maka cuma aku satu-satunya harapan untuk bahagiain Elvano.”  “Jadi, itu sebabnya akhir-akhir ini kamu selalu nemenin Elvano? Karena janji itu?”  Vindreya mengangguk pelan.  “Terus gimana sama hubungan kamu dan Kenzo?”  “Hubungan kami masih baik-baik aja, Pa. Tapi, perasaan kami yang enggak. Di sekolah, nggak jarang Elvano tiba-tiba
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 111: Sebelum Sebuah Akhir

Kenzo dan Vindreya berjalan beriringan di pinggir jalan di sekitar rumah Vindreya dengan beratapkan langit hitam dengan taburan bintang dan sebuah bulan putih yang sebagian tertutup awan.  Vindreya menggenggam tangan kiri Kenzo semakin erat lalu menoleh pada laki-laki itu sambil tersenyum. “Ini yang gue suka kalo jalan sama lo, Ken. Jalan yang emang beneran jalan, bukannya naik motor atau mobil. Jadinya, kita bisa pelan-pelan melangkah dan menikmati suasananya. Oh, iya. Ngomong-ngomong, gimana keadaan nyokap lo? Udah lama gue nggak jenguk.” “Baik. Doain aja semoga kondisinya nggak mendadak down kayak biasanya.” Vindreya mengangguk mantap. “Pasti gue selalu doain yang terbaik untuk nyokap lo. BTW, Minggu pagi besok gue ke rumah sakit, ya. Kita ajak nyokap lo jalan-jalan. Kasian ‘kan kalo di rumah sakit terus. Pasti bosan.”  “Hem. Tapi harus gue
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 112: Dia Pergi

Alis ayah Elvano merapat, sedikit merasa tersinggung mendengar usul Gavin. “Tapi Vano nggak gila.” Gavin tertawa kecil. “Nggak harus gila dulu baru bisa dateng ke psikolog atau psikiater. Kamu liat sendiri ‘kan gimana Elvano sekarang? Kehilangan orang yang dia sayang jangan sampai berpengaruh buruk ke mentalnya. Kamu juga pasti nggak mau liat Elvano terus-terusan punya emosi yang nggak stabil kayak gini.” “Yang Gavin bilang bener. Kita bisa konsultasi dulu ke psikolog soal kondisinya Elvano. Kita semua ingin Elvano balik lagi jadi Elvano yang dulu,” kata Freya.  Ayah Elvano diam cukup lama, menimbang-nimbang masukan dari Gavin dan Freya. Dia lalu menghela napas panjang. “Kalian benar juga.” “Aku punya kenalan seorang psikolog. Kalo kamu berkenan, aku akan minta dia ke sini besok pagi untuk ngobrol sama kita dan Elvano pastinya,” t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 113: Pemakaman

Beberapa jam sebelum pemakaman ibunya, Kenzo kembali ke rumahnya. Dia memperhatikan tiap sudut ruangan itu sambil menanggung rasa sedih yang begitu mendalam. Dia berjalan menuju dapur, lalu memperhatikan tiap perabotan memasak yang ada di sana, membayangkan ibunya pulang dan memasakkan makanan untuknya. Dia lalu berjalan hingga akhirnya tiba di depan TV sambil membayangkan ibunya yang telah sembuh akan duduk di sana dan menonton bersamanya. Dia juga pergi ke sebuah kamar yang telah lama kosong sejak ibunya diputuskan untuk dirawat di rumah sakit, membayangkan ibunya tidur di sana sambil tersenyum dan akan kembali bangun.  Kenzo menarik napas dengan dalam lalu mengembuskannya dengan sedikit bergetar. Tak ada setetes air mata pun yang berhasil mengalir di pipinya. Yang ada hanyalah sedikit lapisan bening bagai kaca di permukaan matanya seolah hanya itulah air mata yang dia punya, tak ada lagi yang lain. Andaikan Kenzo bisa menangis, maka dia akan melakukannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 114: Istirahat

Vindreya tertawa lagi. “Lo bener dan kita bakal balik kayak dulu lagi, tanpa ada pengganggu.”  “Yah, semoga aja hari itu segera tiba tanpa perlu waktu yang lama, Vin.”  “Ngomong-ngomong ….” Vindreya memperhatikan Kenzo dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Tumben lo pake pakaian serba hitam plus kacamata hitam gini. Tapi, sumpah demi apapun lo keliatan keren banget, Ken. Ini bener-bener menggambarkan sosok pangeran hitam.”  “Vin, nyokap gue tadi meninggal.” Deg!  Vindreya tersentak. Matanya yang sejak tadi menatap sayu, kini mendadak membulat sempurna. “A—apa?”  Kenzo tertawa kecil. “Makanya gue pake pakaian kayak gini.”  Tak butuh waktu lama, air mata Vindreya langsung tumpah dan menciptakan sebuah aliran sungai
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 115: Menyerahkan Vindreya

Masih di sore yang sama dengan saat di mana ibunya dimakamkan, setelah pergi dari rumah Vindreya, Kenzo berjalan kaki sendirian selama puluhan menit hingga akhirnya saat ini dia berhenti di depan rumah Elvano.  Cukup lama Kenzo berdiri di sana sambil menatap kesal pada rumah megah di depannya itu, teringat bagaimana tiga anggota keluarga yang tinggal di rumah itu membuat hidup Vindreya serasa terjebak dalam sebuah tanggung jawab yang besar.  Kenzo menunduk, mencari di sekitar kakinya sesuatu yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan rasa marahnya sekaligus menarik perhatian orang yang berada di dalam rumah itu. Lalu, dilihatnya sebuah batu berukuran sedang berada tidak sampai setengah meter dari sebelah kiri kakinya. Dia mengambil batu itu kemudian ….  Prang! Kenzo melempar dengan kuat batu itu ke jendela salah satu kamar hingga pecah dan menimbulkan suara yang begitu nyaring. So
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 116: Kehilangan Kenzo

Alis Vindreya merapat. “Apa jangan-jangan Kenzo menyerahkan diri dengan menggunakan identitas yang berbeda?”  Gavin tiba-tiba tertawa. “Mana mungkin bisa kayak gitu?”  “Ya, terus kenapa Kenzo nggak ada di penjara, Pa? Padahal ‘kan Papa tau sendiri kemarin Kenzo bilang dia mau nyerahin diri ke polisi. Apa jangan-jangan nggak jadi?”  “Itu yang paling masuk akal.” “Kalo gitu, aku mau ke rumahnya aja, deh. Siapa tau dugaan aku bener kalo Kenzo masih ada di sana.”  “Mau Papa anter?”  “Nggak usah, Pa. Aku sama Mama aja, deh. Papa baru aja pulang kantor.”  Gavin tertawa hangat lalu mengacak-acak rambut Vindreya. “Ya, udah kalo gitu. Papa panggilin Mama dulu ya untuk minta dia anterin kamu ke rumahnya Kenzo.” 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 117: Hidup Harus Terus Berlanjut

Pagi itu di sebuah gedung yang berukuran sangat besar, tampak ratusan siswa kelas XII duduk dengan rapi di atas kursi yang telah disiapkan oleh panitia kelulusan. Tak terdengar satu suara pun kecuali suara kepala sekolah yang sebentar lagi akan mengumumkan kelulusan para siswa kesayangannya itu. Kepala sekolah sudah berdiri di atas panggung dan di depannya sudah ada microfon lengkap dengan penyangganya.  “Para siswa sekalian yang Bapak sayangi, dengan bangga Bapak umumkan bahwa tahun ini siswa kelas XII … lulus 100%!” ucap Kepala Sekolah.  Prok prok prok!  Terdengar tepuk tangan yang begitu riuh dari para siswa. Wajah mereka tampak begitu bahagia hingga ada yang sampai menitihkan air mata. Tidak sedikit juga yang bersorak senang dan suasana di dalam gedung itu terasa semakin hidup.  Setelah sekian banyak agenda acara kelulusan yang selesai dilakukan, akhirnya pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 118: Mengungkit Sumpah

Di dalam mobil Elvano yang tengah melaju dengan kecepatan sedang, Vindreya terus memperhatikan buket dalam pelukannya sambil beberapa kali menghirup aroma harumnya. Di sisi lain, Elvano memperhatikan jalanan di depannya sambil beberapa kali menoleh pada Vindreya sambil tersenyum.  “Sayang banget gue nggak termasuk di antara banyaknya siswa kelas XII yang lulus tahun ini gara-gara depresi gue,” kata Elvano.  Vindreya mengangkat wajahnya lalu menoleh pada Elvano. “Nggak apa-apa, El. Lo nggak perlu pikirin itu. Setelah ini, lo masih bisa lanjutin pendidikan lo yang tertunda itu.”  “Lo bakal nunggu gue, ‘kan?”  Alis Vindreya merapat. “Nunggu? Maksud lo?”  Elvano tertawa kecil dan tampak sedikit malu-malu. “Lupain aja. Oh, iya. Tutup dong mata lo. Gue mau bawa lo ke suatu tempat.” &
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya

Bab 119: Pangeran Hitam

Waktu tak pernah peduli dengan apapun yang sedang dan harus dihadapi oleh setiap orang. Yang waktu tahu, dia tetap harus berjalan, mengganti hari kemarin menjadi hari ini, dan mengganti hari ini menjadi hari esok. Tipikal orang yang bergelut dengan waktu juga banyak. Ada orang yang memilih untuk menyerah dan mengakhiri semuanya, dengan harapan kehidupan berikutnya akan lebih baik dari kehidupannya saat ini. Ada yang memilih menunggu dengan sabar, mencoba untuk berdamai dengan waktu. Ada juga yang berjuang, terus mengejar apa yang dia mau bahkan hingga harus bermusuhan dengan waktu.  Vindreya adalah tipikal yang menunggu dengan sabar, mencoba untuk berdamai dengan waktu, berharap suatu saat nanti kesabarannya akan dihadiahi oleh sang waktu dengan kembali menghadirkan sosok yang begitu dirindukannya selama ini, meskipun untuk saat ini harus berkali-kali disiksa oleh rindu dan menahan sakit dulu.  Untunglah ada Hansa. Sahabat yang beg
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status