Semua Bab Memikat Hati Pangeran Kelas: Bab 101 - Bab 110

140 Bab

Bab 100: Kembali Bersama

“Gue nggak marah sama lo. Gue bingung aja kenapa lo tiba-tiba seolah-olah menghilang tanpa jejak. Oke, gue tau lo ke mana. Gue tau apa yang lo lakuin. Gue tau ini ada hubungannya sama apa yang nyokapnya Elvano minta ke lo malam itu di rumah sakit. Gue tau semuanya tapi tetap aja gue pingin denger langsung dari mulut lo, Vin,” kata Kenzo.  Kepala Vindreya semakin tertunduk. “Maaf, Ken. Gue tau gue salah. Gue … gue cuma terlalu takut liat gimana ekspresi lo saat gue ceritain semua itu, dan Elvano juga selalu maksa gue untuk selalu ada di dekatnya.”  “Jangan salahin Elvano, Vin. Kalo gue ada di posisinya, mungkin gue juga bakal minta hal yang sama. Nggak peduli jika lo adalah pacar orang lain, tetap aja Elvano butuh lo ada di dekatnya di saat-saat kayak gini. Emangnya siapa yang nggak pingin selalu ada di dekat orang yang kita cintai?” Kenzo mengakhiri perkataannya dengan tawa kecil. 
Baca selengkapnya

Bab 101: Bersaing

“Ngelukis lagi dong, El. Kalo boleh, lukis wajah gue. Hehehe. Gue bayar, kok. Asalkan, setelah itu lukisannya boleh gue bawa pulang dan pajang di kamar gue. Ingat ya, lukisannya harus indah dan menawan, tapi tetep aja nggak boleh lebih cantik dari gue,” kata salah satu siswi.  “Huh! Dasar lo. Banyak banget maunya,” celetuk Dimas.  “Ye! Biarin! ‘Kan gue bayar.”  Elvano tersenyum kecil. “Iya, nanti gue lukis.”  “Yey! Elvano baik, deh. Kalo udah nggak cinta sama Vindreya, langsung dateng ke gue aja, ya. Hehehe.”  “Huuu!” sorak para siswa pada siswi tadi.  “Ih, apa sih?! Sirik aja lo semua!”  Tap tap tap.  Samar-samar terdengar langkah kaki hingga akhirnya si pemilik langkah memasuki kelas dan
Baca selengkapnya

Bab 102: Pulang Bersama

“Oh, belakang ya!” teriak Kenzo yang ingin memanas-manasi sekaligus menakut-nakuti Elvano. “Liat ke papan tulis sekarang biar gue bisa lebih gampang ngelemparnya.”  Elvano lagi-lagi menghentakkan kakinya dengan kesal. “Ih, lo!”  Kenzo mengambil kotak pensil Hansa dan siap melemparnya pada Elvano. “Geser bangku lo atau gue lempar sekarang?”  “Argh!” kesal Elvano lalu menggeser bangkunya menjauhi Vindreya. “Nih! Udah!”  Kenzo tersenyum sinis lalu mengacungkan jempolnya pada Elvano. Elvano mendengus kesal kemudian kembali fokus pada bukunya sambil terus mengumpat tak jelas.  Kenzo dan Hansa saling bertatapan lalu melakukan tos tangan sambil tersenyum penuh kemenangan. Ya, tidak ada yang tahu memang bagaimana Tuhan menggariskan takdir untuk kita. Kenzo yang awalnya suka mengata-ngatai Han
Baca selengkapnya

Bab 103: Akan Lepas

“Nggak bisa! Malam ini Vindreya ada janji sama gue,” kata Kenzo.  “Ah, bohong lo. Gue tau lo sengaja bilang kayak gitu biar gue nggak bisa jalan bareng Vindreya, ‘kan? Gue tau sebenarnya Vindreya nggak beneran ada janji sama lo malam ini.”  Kenzo memundurkan posisi duduknya lalu bersandar sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Ya, udah kalo nggak percaya. Kalo gitu tanya aja sendiri sama Vindreya. Lo nggak mungkin nggak percaya sama dia.”  “Iya, El. Yang dibilang sama Kenzo emang bener. Malam ini gue emang udah janjian sama dia,” kata Vindreya yang berpihak pada Kenzo.  Elvano mendengus kesal. “Ya, udah deh. Tapi besoknya bisa ‘kan kita jalan, Vin?”  Kenzo memicingkan matanya. “Lo nih sebenarnya ngerti nggak sih statusnya Vindreya? Oke, dia sahabat lo. Tapi, dia juga uda
Baca selengkapnya

Bab 104: Nilai 100

Kenzo tertawa kecil. “Lo nggak kenal, ya? Wajar sih, Vin. Lo pasti tau kalo bokap lo punya banyak banget bawahan dan orang kepercayaan.”  Vindreya kembali menjatuhkan arah bola matanya dan menatap Kenzo. “Lo bener. Terus sekarang gimana? Dengan dipenjaranya om lo, apa itu artinya bokap gue aman?”  “Nggak kalo Tino Andrean itu masih berusaha lakuin cara lain untuk lenyapin bokap lo. Tapi lo tenang aja.” “Tenang?” Alis Vindreya merapat. “Jangan bilang kalo lo bakal ….” Kenzo menatap sinis. “Bakal apa? Jangan mikir yang macem-macem dulu. BTW, ini udah mulai larut. Ayo, gue anter lo pulang.”  Vindreya langsung bertahan pada tangan Kenzo dengan memegangnya dengan erat. “Nggak mau. Gue mau nginep di sini.”  Tak!  Kenzo memukul pel
Baca selengkapnya

Bab 105: Laporan Tengah Malam

Pada deksripsi email, Kenzo menuliskan bahwa Tino Andrean adalah orang yang menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan Gavin, kemudian melampirkan identitas lengkap dari salah satu orang kepercayaan Gavin itu.  Kenzo kemudian mengeluarkan sebatang kapur dari dalam saku celananya lalu melingkari beberapa sisi dari kursi dan meja kayu yang di ruangan itu.  Di waktu yang sama, tetapi di tempat yang berbeda, seorang polisi membuka email yang dikirim oleh Kenzo dengan nama akun gmail yang tidak menunjukkan identitas si pengirim. Polisi itu membaca deskripsi email, mengamati lampirannya, dan menonton video serta mendengarkan rekaman suara yang dijadikan dalam satu folder.  Untuk memastikan apakah itu merupakan tindakan iseng atau tidak, polisi itu langsung melacak alamat email yang baru saja mengirimkan pesan pada email polisi itu hingga didapat sebuah alamat di mana Kenzo sedang berada sekarang. &n
Baca selengkapnya

Bab 106: Yang Ditinggal

“Bangunin terus, Vin. Kayaknya dia mimpiin nyokapnya, deh,” kata Dimas.  “El, bangun, El.” Vindreya masih berusaha menyadarkan Elvano.  “Mamiii!” teriak Elvano lagi dan langsung membuka matanya, juga mengangkat kepalanya.  Kelas hening seketika. Semua pasang mata juga tertuju pada Elvano yang tampak berantakan dengan rambut agak acak-acakkan dan keringat dingin yang membasahi wajahnya.  “Mami!”  Bugh!  Tanpa sengaja Elvano jatuh dari bangkunya dan kini duduk di atas lantai. Dia menarik-narik rambutnya dengan tampang frustasi dan terus meneriaki ibunya.  “Mami!”  Vindreya yang memang merasa memiliki tanggung jawab atas Elvano dan juga guru yang masih membawa beberapa buku di tangannya langsung menghampiri Elvano sambil i
Baca selengkapnya

Bab 107: Tak Goyah

“Angsa!” panggil Kenzo dan membuat Hansa menoleh seketika. “Kalo lo ketemu sama Vindreya, suruh dia ke kelas.”  Hansa terdiam beberapa detik. Bahkan entah kenapa permintaan Kenzo yang seperti itu saja mampu membuatnya merasa semakin tidak tega.  “Iya, Ken,” jawab Hansa kemudian.  Hansa kemudian kembali melanjutkan langkahnya hingga akhirnya dia tak terlihat lagi begitu berbelok di ambang pintu.  Suasana di kelas menjadi semakin sunyi. Saat ini, hanya Kenzo seorang dirilah yang menjadi penghuni kelas itu. Saking sunyinya, suara jam dinding pun sampai terdengar dan bergema di dalam ruangan itu.  10 menit berlalu. Kenzo menghela napas panjang lalu beranjak dari bangkunya kemudian berjalan ke luar kelas, sementara tasnya masih dia biarkan di kolong mejanya. Dia berencana untuk menyusul Vindreya di UKS. Yah, setidaknya dia t
Baca selengkapnya

Bab 108: Terus Menunggu

“Saya harus sopan kayak gimana, Om? Sama kayak anak Om, Om enteng banget minta hal yang nggak mungkin ke saya dan Vindreya. Saya juga berhak dong pertahanin hubungan saya sama Vindreya.” “Heh, Kenzo. Kalian itu masih anak SMA. Masih terlalu kecil untuk yang namanya mempertahankan hubungan sengotot ini. Kenapa? Kamu cinta sama Vindreya? Halah. Di usia kalian, cinta itu masih belum ada apa-apanya. Udahlah. Lepasin aja Vindreya dan liat kenyataan bahwa dibanding kamu, Elvano jauh lebih membutuhkan Vindreya.” Kenzo menatap tajam pada ayah Elvano. “Jangan bicara terlalu banyak tentang perasaan dan cinta orang lain, Om. Takutnya nanti Om bakal malu sendiri kalo ingat-ingat lagi hal ini. Saya juga mau minta maaf sebelum saya menyesal. Maaf karena mungkin saya memang udah bersikap nggak sopan. Ya, mau gimana lagi? Saya emang nggak sopan orangnya. Jadi, kalo Om nggak mau mendapat perlakuan nggak sopan dari saya, jangan c
Baca selengkapnya

Bab 109 : Ceritakan pada Orang Lain

“Sebenarnya gue bukannya udah lama nggak ke sini, Vin. Justru hampir tiap sore gue ke sini kalo Rega udah selesai privat. Masalahnya, lo-nya aja yang selalu nggak ada di rumah. Kata orang tua lo, lo di rumahnya Elvano. Tiap kali gue ke rumah lo dan tanyain lo di mana, jawaban orang tua lo selalu aja sama.” Bola mata Vindreya berpaling dari wajah Hansa. Vindreya diam, entah dia harus menanggapi perkataan Hansa itu dengan apa.  Hansa mendekatkan posisi duduknya dengan Vindreya lalu memegang lutut sahabatnya itu. “Vin, meskipun lo berusaha untuk keliatan baik-baik aja, tapi kami semua yang ada di deket lo tau bahwa lo emang lagi ada masalah dan ini pasti ada kaitannya sama Elvano, lebih tepatnya setelah nyokapnya Elvano meninggal. Bahkan lebih parahnya, itu sampe berdampak buruk sama hubungan lo dan Kenzo.”  Tanpa Vindreya sadari, kepalanya sedikit tertunduk. Dia masih belum tau mau menangg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status