Semua Bab Rantai Hasrat: Bab 1 - Bab 10

32 Bab

Bab 1

Hujan lebat menemani Lilac dan keluarganya dalam perjalanan pulang ke Kota Taipi. Jalan yang berkelok-kelok, licin dan setiap hari kecelakaan terjadi di tempat itu membuat Lilac khawatir.   Mencairkan suasana yang mulai mengkhawatirkan Ayah Lilac Bima Aryadikta berkata:   "ayo kita nyanyi!" ucap Bima Aryadikta  sambil mengendarai mobil menuju Taipi.   "Lihat kebunku penuh dengan bunga, ada yang merah .... " Lilac bernyanyi bersama Ibu dan Ayahnya selama perjalanan.   Tiba-tiba kegembiraan yang mereka rasakan itu tidak bertahan lama.   "BRAK" suara mobil di tabrak dari arah berlawanan.   Kondisi berubah menjadi ketakutan dan kesedihan.    Orang-orang di dalam mobil terguncang, berteriak histeris dan Bima berusaha untuk mengendalikan keadaan. Berusaha untuk menyelamatkan istri dan anaknya.   Mobil yan
Baca selengkapnya

Bab 2

"tapi sepertinya mereka tidak akan datang karena cara mereka menjawab dan memandangiku sangat berbeda. Mereka sepertinya tidak ingin datang dan tidak ingin mengakui Nona Lilac sebagai Pimpinan Perusahaan kita," ucap Samuel lesuh.    "Oh begitu, hmm! Tapi tandatangan mereka sudah kamu dapatkan?" Memeriksa berkas yang lainnya.   "Iya," kata Samuel.   "Nggak apa-apa. Kembali saja dulu ke sini. Itu urusan nanti," jawab Imelda.   Pukul 9 pagi.   Suara burung di pagi hari seperti biasa memberikan harapan baru kepada Lilac. Dari jendela kamarnya ia memandangi burung-burung menari. Nampak burung-burung itu ada yang sedang mandi di satu wadah yang di dalamnya terdapat air.    Biasanya wadah itu digunakan oleh para pelayannya untuk menyiram bunga. "kenapa pelayan yang biasanya menyiram bunga nggak aku lihat ya?" tanyanya dalam hati.   "eh
Baca selengkapnya

Bab 3

"Saya segera pulang." Mengganti pakaiannya yang terkena cipratan darah lalu membakarnya bersama dengan mayat yang telah ia siksa. Dalam perjalanan ke Kediaman Bima Aryadikta. "Bagaimana mungkin setelah sebulan lebih gue cari tahu siapa dalang dari peristiwa naas itu gue tidak temukan satu petunjuk mengarah ke si Pelaku?" gumamnya dengan mengkerutkan kening. Imelda membuka kembali ingatannya, menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Ia seakan mencari benang merah dalam kumbangan lumpur yang menjijikan. "Sial!" hardiknya. "Hm! Kayaknya gue harus .... " ucapnya terpotong. Dia kemudian mengintip di jendela mengamati sekitar gedung. Dia pun telah melakukan intisipasi agar rencananya tidak terbongkar dan di endus oleh pihak ketiga. Kemudian ia masuk ke dalam mobil berwarna biru, mengendarai mobil drngan kecepatan standar.
Baca selengkapnya

Bab 4

"Jangan pernah ulangi kesalahan lagi. Kalian telah bersumpah dengan darah kalian untuk mengabdi kepadaku! Camkan itu!" Suara lantang. Semua pegawainya tertunduk dan setelah itu mereka memberikan hormat kepada atasan mereka. Semenjak saat itu tidak ada satu pun yang meragukan kemampuan Lilac dalam memimpin. Dia telah berubah menjadi sosok yang sangat ditakuti dan sekaligus dihormati oleh bawahan-bawahannya. Di kamar Lilac. "Aduh! Kenapa aku bisa bersikap kejam pada mereka?!" kata Lilac sambil menutupi wajah dengan tangannya. "Nggak apa-apa kok Nona. Biar mereka tidak bersikap kurang ajar kepada Nona karena Nona sekarang yang menjadi pimpinan di perusahaan ini," kata Imelda menenangkan Lilac. "Iya,"  "Aku akan mencari dan menghukum orang-orang yang telah membunuh kedua orang tuaku," gumamnya. P
Baca selengkapnya

Bab 5

"Tunggulah kita akan segera bertemu!" kata pria itu sambil mengawasi Lilac menggunakan teropong jarak jauh. *** Di Kediaman Lilac Ardyantara. Mahmud semakin gelisah karena admin perusahaan itu mendesaknya setiap hari. "Jadi gimana Pak?" Bunyi pesan dari admin itu yang masuk di whatsppnya. Lalu Mahmud berkata, "Bagaimana mungkin saya bisa bayar fee sedangkan saya berharap profit itu untuk bayar fee, bayar utang dan bagi hasil dua puluh persen." Mahmud lalu memencet tanda enter yang berarti kirim chat ke kontak yang dia tujuh. Namun ucapannya tidak diperdulikan oleh admin itu. Dia menekuk wajahnya ketika membaca isi chat dari perusahaan itu. Ia semakin kecewa saat keluarganya mengatainya tidak berguna dan beban keluarga karena tidak bisa membantu mereka menyelesaikan masalah. Mahmud memandangi ponsel yang ada digenggama
Baca selengkapnya

Bab 6

Akhirnya masalah mereka terselesaikan. Imelda masih melacak keberadaan gerombolan penjahat itu di seluruh negeri namun sayangnya Imelda tidak menemukan mereka. Keberadaan mereka hilang seperti di telan bumi. Lilac merasa ada keanehan dari peristiwa itu lalu berkata kepada Imelda, "Berhati-hatilah!"  *** Di pusat kota metropolitan. Pria itu menjadi pusat perhatian, wajah tampan nan rupawannya membius siapa saja yang memandanginya. Ia bagaikan gambar pangeran yang keluar dari lukisan.  "Masya Allah! Tampan banget!" ucap Susi saat seorang pria melewatinya. "Kak! Kak! Mau jadi jodoh aku?" kata seorang wanita yang terkesima akan ketampanan Harsyat. Dakam hati pria itu "OMG! Aku di lamar!" Lalu ia berkata "Terima kasih. Tapi nggak bisa, maaf ya," kata Harsyat berusaha keluar dari kerumunan wanita-wanita yang mengh
Baca selengkapnya

Bab 7

Ia tidak melihat orang yang ada diluar namun melihat ke langit. Dan seperti ada kesedihan dari raut wajahnya saat memandangi bulan purnama. Saat Lilac menempati istana Elizhavat ketika di tanya dia tidak melihat apapun. "Nona, pernah lihat ada penampakan di ruangan Nona nggak?" tanya Allexa. "Nggak, kenapa? Kamu takut dan nggak mau kerja sama saya karena takut sama hantu?" tanya Lilac. "Nggak kok! Hanya ada issue aneh tentang istana yang nona tinggali" Lilac hanya tersenyum "Nggak, selama lebih 20 tahun saya nggak melihat yang aneh-aneh." Mengambil cemilan lalu makan diikuti Allexa.  'Wah! Enak!' Imbuh Allexa.  Untuk menghilangkan rasa penasarannya yang sudah memuncak di ubun-ubunnya, setiap tengah malam ia memperhatikan istana di timur dengan menggunakan teropong. Tetapi Evhan hanya melihat
Baca selengkapnya

Bab 8

Mendengar kabar kalau Lilac yang mewarisi perusahaan ayahnya, Adrian marah besar, ia melampiaskan kemarahannya dengan membunuh beberapa pelayan yang bekerja dengannya.    "Kenapa anak ingusan itu? Kenapa?" Teriak Adrian sambil memukuli seorang pelayan menggunakan talang.   Sungguh kejam Adrian, melampiaskan kemarahannya kepada orang lemah.   Pelayan itu bersimbah darah karena Tuannya memukuli kepalanya dengan talang saat ia menyuguhkan teh di ruang kerjanya.   Pelayan itu hampir mati karena perbuatan Adrian, Asistennya kemudian datang untuk menghentikan kelakuan kejam tuannya.   Setelah puas bermain-main Adrian membasuh wajahnya yang terkena percikan darah dari pelayan itu.   Pelayan itu mati lemas karena darahnya banyak yang keluar untuk menutupi luka menganga yang ada di tengkorak kepalanya.   "Buang pelayan itu!" Perintah Adrian.
Baca selengkapnya

Bab 9

Si mata-mata menuju ke ruangan Evhan ia membawa teh dan makanan ringan untuk Evhan. "Tuk..! Tuk! Tuk!" Bunyi pintu ruangan Evhan. "Silahkan masuk!" menulis laporan bulan ini. Evhan tengah sibuk merekap laporan yang akan dia berikan kepada wakil Direkturnya. Si mata-mata yang menyamar sebagai pelayan memberikan Evhan segelas teh dan biskuit. "Pak, saya letakkan dimana minuman Bapak?" tanya si pelayan itu. "Di meja depan kamu saja. Terima kasih ya." Melanjutkan pekerjaannya. "Iya Pak saya permisi." Menutup pintu 'Pasti kamu akan tertarik sama biskuit yang saya berikan sebagai pelengkap minum tehmu Evhan,' tersenyum sinis kemudian pergi menuju gedung dapur. "Oh iya bantuin saya cuci seprei Nona ya?" kata Pelayan B. "Baik, kakak. Kalau Nona nggak pernah saya lihat. Dia dimana ya?" tanya Si pelayan. "D
Baca selengkapnya

Bab 10

Dia tidak segan-segan membunuh targetnya ataupun orang yang disekeliling targetnya yang akan menghalanginya menyelesaikan tugasnya.   ***   Evhan dan Jefri menunggu korban penganiayaan siuman, sambil bercerita tentang pengalaman pribadi masing-masing, ia tiba-tiba teringat dengan wanita yang melakukan aksi tidak senonoh di ruang kerjanya tempo hari.    Saat bercerita Jefri dan Evhan asik bercerita, wanita yang terbaring itu bermimpi, di dalam mimpinya dia sedang duduk menikmati keindahan padang rumput bersama keluarganya.   Lalu tiba-tiba Ibu Lilac memperhatikan dan mendekati mereka. Si wanita pelayan yang menjadi korban itu memanggilnya untuk gabung dan menikmati pemandangan.   Tak lama Ibu Lilac berkata, "Tolong bantu anak saya, dia sangat membutuhkan bantuan anda sekarang. Tolong bangunlah!"    Tiba-tiba segalanya menjadi gelap dan teringang-ngia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status