Akhirnya masalah mereka terselesaikan. Imelda masih melacak keberadaan gerombolan penjahat itu di seluruh negeri namun sayangnya Imelda tidak menemukan mereka.
Keberadaan mereka hilang seperti di telan bumi. Lilac merasa ada keanehan dari peristiwa itu lalu berkata kepada Imelda, "Berhati-hatilah!"
***
Di pusat kota metropolitan.
Pria itu menjadi pusat perhatian, wajah tampan nan rupawannya membius siapa saja yang memandanginya.
Ia bagaikan gambar pangeran yang keluar dari lukisan.
"Masya Allah! Tampan banget!" ucap Susi saat seorang pria melewatinya.
"Kak! Kak! Mau jadi jodoh aku?" kata seorang wanita yang terkesima akan ketampanan Harsyat.
Dakam hati pria itu "OMG! Aku di lamar!" Lalu ia berkata "Terima kasih. Tapi nggak bisa, maaf ya," kata Harsyat berusaha keluar dari kerumunan wanita-wanita yang menghalanginya.
Seorang pria berkulit sawo matang, bermata tajam, bibir tipis dan berbadan tegap tinggi semampai melewati sekumpulan wanita.
Mereka terkagum-kagum melihat pria itu. "Cih! Dimana sih itu anak?" tanya Harsyat dalam hati sambil mengutak-atik ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Tut ... tut ... Hallo!"
"Eh loe dimana sih? Gue udah nyampe nih!" kata Harsyat sambil menyandarkan badannya di dinding.
"Otw!" jawabnya singkat.
Pria tampan itu bernama Harsyat, saat diperhatikan oleh wanita-wanita itu dia tersenyum ramah dan mereka salah tingkah dengan senyumannya.
"Ah! Senyumannya pasti buat gue!" kata Lani.
"Percaya diri amat loe, nggak! Itu untuk gue!"
"Ih! Apa'an sih kalian jangan bikin malu deh!" kata Susi yang mulai ilfeel dengan tingkah mereka.
"Enak banget itu dinding," kata Lani.
Wujudnya seperti pria tampan yang keluar dari lukisan, semua mata tertuju pada Harsyat.
"Hmm! Stay cool," gumamnya dalam hati.
Tak lama setelah itu "Ada apa'an sih? Menjinjitkan kakinya karena banyak orang yang menghalangi jalannya.
"Hush! Loe bikin heboh lagi ya?! Ckckckck!" Menghampiri Hasyat yang tengah menunggunya sambil bersandar di dinding sebuah toko sepatu.
"Lama banget sih! Biasalah," kata Harsyat sambil senyum kepada gadis-gadis yang menjadikannya pusat perhatian.
Layaknya seperti selebritis K-pop ia melayani setiap orang yang ingin berfoto dengan dirinya dan sesekali mengambil kado dari gadis-gadis itu.
Tiba-tiba Evhan berubah menjadi bodyguard dadakan Harsyat untuk menghalangi gelombang manusia yang berwujud wanita yang ingin berfoto dengan Harsyat.
Mereka kemudian pergi di sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka bertemu.
Ketika sampai di cafe itu semua satpan membantu Evhan menghalau orang-orang. "Ini artis ya?" tanya seorang satpam.
"Artis dadakan, Pak. Maklum teman saya ini terlalu ganteng sehingga banyak wanita yang tergila-gila sama dia," kata Evhan ceplas-ceplos.
"Hahahaha," tawa Satpam.
Duduk di sebuah tempat duduk di cafe.
"Hmm!"
"Hmmm!"
"Kenapa sih loe suka banget menghela napas. Kayak susah banget hidup loe?" Sinis Harsyat. "Jangan kayak gitu, gue nggak suka!" ucap Harsyat.
"Gue bingung sama tempat kerja gue. Loe nggak akan bayangin betapa ribetnya tempat kerja itu, Bro," kata Evhan yang mengeluh.
"Emang kenapa? Perasaan kemarin-kemarin loe bahagia sampai pamer ke gue kalau loe di terima kerja di salah satu perusahaan paling berpengaruh di Negara New Zeland,"
Evhan merasa dia kesusahan bila ingin konsultasi dengan pimpinannya dan pimpinannya sangat misterius selalu di wakili oleh beberapa orang yang merupakan asisten pribadinya, sampai terbersit di hatinya untuk resigh dari pekerjaannya itu.
"Resigh aja deh?!" Kata Evhan tiba-tiba.
Harsyat yang tengah makan kemudian berhenti dengan memasang wajah kesal lalu berkata "Kamu ya?! Udah syukur-syukur ada kerjaan mau seenaknya aja resigh. Baru beberapa bulan loe disitu, kamu bisa dibilang beruntung karena nggak lama setelah lulus loe udah dapat kerjaan yang menurut orang sangat wah dan jauh banget,"
Evhan seperti di sambar angin topan bercampur batu api yang menyambar wajahnya saat mendengar ucapan Harsyat.
"Iya, tetapi saya rasa bosan dan kesal, Bro,"
"Sebenarnya loe kerja disana karena apa? Karena ingin mandiri dan pengen banyak pengalamankan?" ucap Harsyat memastikan keinginan sahabatnya itu.
"Iya,"
"Kamu konsisten aja. Semua yang terjadi nggak selalu sesuai dengan harapan kita Evhan. Nikmati setiap prosesnya dan maafkan segala hal. Loe bukan anak kecil lagi,"
"Iya," kata Evhan.
"Ya udah. Loe makan gih! Loe lapar kali makannya loe reseh," kata Harsyat.
"Lusa gue balik ke sana. Kebetulan dah hampir habis juga masa liburanku, nanti loe jalan-jalan ya ke New Zeland."
Menyendok nasi goreng dan sedikit remahan daging ayam goreng dan sayur kol dan memasukkannya ke mulut.
"Sip deh. Kalau gue agak longgar di sini," jawab Harsyat. "Mau gue antar?"
"Nggak usah repot-repot. Orang tua gue yang mau antarin gue bro. Tenang aja!" Kata Harsyat.
Evhan sangat menyukai arsitektur tempat kerjanya karena dia ibarat berada di sebuah kediaman para bangsawan jaman dulu.
Istana itu luasnya sampai 12 hektar kantornya berada di sisi barat dan bagian timur adalah ruang kerja atasannya yang misterius.
Setiap gedung punya nama dan sejarahnya, sisi barat tempat Evhan adalah Rosemarry, Pak Jefri di istana Jasmine, kemudian bagian kepegawaian adalah istana Challetto de labora tempat kerja Bu Allexa, bagian utama istana bernama Patrisyla Hill, dan terakhir tempat bosnya yang berada di sisi timur bernama istana Elizhavat.
Untuk bangunan yang digunakan sebagai kantornya itu bernama istana Rosemarry. Pada tahun 1478 Istana Rosemarry merupakan rumah para pangeran dari ratu sekaligus pemaisuri di masa lalu.
Selama bekerja ia belum pernah bertemu dengan bosnya itu. Yang kabarnya adalah pemiliki kediaman mewah itu.
Para pelayan sangat patuh dan profesional ketika bekerja. Mereka sangat menjaga identitas bosnya untuk orang baru seperti Evhan.
"Siapa ya nama Bos gua?"
"Bu Imelda dan Pak Samuel," kata pelayan.
"Nggak maksudku yang sesungguhnya. Selama ini kan mereka yang selalu mewakili dia."
Para pelayan seketika diam tanpa kata mereka melanjutkan pekerjaannya tanpa memberitahukan jawabanya kepada Evhan dan membuatnya semakin penasaran.
"Bapak akan tahu kalau sudah waktunya," kata Allexa yang mendengar perbincangan Evhan bersama para pelayan.
Setiap gedung punya nama dan sejarahnya, sisi barat tempat Evhan adalah Rosemarry, Pak Jefri di istana Jasmine, kemudian bagian kepegawaian adalah istana Challetto de labora tempat kerja Bu Allexa, bagian utama istana bernama Patrisyla Hill, dan terakhir tempat bosnya yang berada di sisi timur bernama istana Elizhavat.
Untuk bangunan yang digunakan sebagai kantornya itu bernama istana Rosemarry. Pada tahun 1478 Istana Rosemarry merupakan rumah para pangeran dari ratu sekaligus pemaisuri di masa lalu.
Istana Jasmine yang sekarang digunakan oleh Pak Jefri dulu adalah tempat kediaman Putra dan Putri Mahkota.
Istana Challetto de labora dulu digunakan sebagai tempat pertemuan raja dan untuk menjamu tamu.
Istana Patrisyla Hill dulu merupakan tempat tinggal Raja yang sampai saat ini fotonya masih terpajang di dinding.
Dan yang terakhir istana Elizhavat tempat tinggal Putri Eluzhavat yang di asingkan. Selama 25 tahun ia dikurung karena sebuah penyakit dan tidak diperbolehkan untuk keluar dari kediamannya.
Selama bekerja ia belum pernah bertemu dengan bosnya yang kabarnya adalah pemiliki kediaman mewah itu.
Para pelayan sangat patuh dan profesional ketika bekerja. Mereka sangat menjaga identitas bosnya untuk orang baru seperti Evhan.
"Siapa ya nama Bos gua?"
"Bu Imelda dan Pak Samuel," kata pelayan.
"Nggak maksudku yang sesungguhnya. Selama ini kan mereka yang selalu mewakili dia."
Apalagi saat meeting selalu menggunakan layar serba hitam dan tidak menampakan wujud sempurna dari seorang manusia dan suaranya pun di samarkan.
Evhan bingung melihat rekan-rekannya yang lain seakan mereka sudah terbiasa dengan apa yang terjadi.
Para pelayan seketika diam tanpa kata mereka melanjutkan pekerjaannya tanpa memberitahukan jawabanya kepada Evhan dan membuatnya semakin penasaran.
"Bapak akan tahu kalau sudah waktunya," kata Allexa yang mendengar perbincangan Evhan bersama para pelayan.
Tahun 2002 orang tua Lilac tertarik untuk membeli kediaman itu, saat pertama kali ke istana itu kondisinya sangat memprihatinkan.
Lalu sepanjang tahun 2002 mereka merenovasi istana itu dan menjadikannya sebagai rumah dan tempat kerja mereka hingga sekarang.
Terkadang mereka melihat penampakan di istana Elizhavat, seorang wanita beramput panjang mengenakan pakaian serba putih yang duduk di jendela kamar menurut saksi bahwa itu adalah Sang Putri Malang yang di kurung di Istana Elizhavat.
Ia tidak...
Bersambung.
Ia tidak melihat orang yang ada diluar namun melihat ke langit. Dan seperti ada kesedihan dari raut wajahnya saat memandangi bulan purnama.Saat Lilac menempati istana Elizhavat ketika di tanya dia tidak melihat apapun."Nona, pernah lihat ada penampakan di ruangan Nona nggak?" tanya Allexa."Nggak, kenapa? Kamu takut dan nggak mau kerja sama saya karena takut sama hantu?" tanya Lilac."Nggak kok! Hanya ada issue aneh tentang istana yang nona tinggali"Lilac hanya tersenyum "Nggak, selama lebih 20 tahun saya nggak melihat yang aneh-aneh." Mengambil cemilan lalu makan diikuti Allexa.'Wah! Enak!' Imbuh Allexa.Untuk menghilangkan rasa penasarannya yang sudah memuncak di ubun-ubunnya, setiap tengah malam ia memperhatikan istana di timur dengan menggunakan teropong. Tetapi Evhan hanya melihat
Mendengar kabar kalau Lilac yang mewarisi perusahaan ayahnya, Adrian marah besar, ia melampiaskan kemarahannya dengan membunuh beberapa pelayan yang bekerja dengannya. "Kenapa anak ingusan itu? Kenapa?" Teriak Adrian sambil memukuli seorang pelayan menggunakan talang. Sungguh kejam Adrian, melampiaskan kemarahannya kepada orang lemah. Pelayan itu bersimbah darah karena Tuannya memukuli kepalanya dengan talang saat ia menyuguhkan teh di ruang kerjanya. Pelayan itu hampir mati karena perbuatan Adrian, Asistennya kemudian datang untuk menghentikan kelakuan kejam tuannya. Setelah puas bermain-main Adrian membasuh wajahnya yang terkena percikan darah dari pelayan itu. Pelayan itu mati lemas karena darahnya banyak yang keluar untuk menutupi luka menganga yang ada di tengkorak kepalanya. "Buang pelayan itu!" Perintah Adrian.
Si mata-mata menuju ke ruangan Evhan ia membawa teh dan makanan ringan untuk Evhan."Tuk..! Tuk! Tuk!" Bunyi pintu ruangan Evhan."Silahkan masuk!" menulis laporan bulan ini. Evhan tengah sibuk merekap laporan yang akan dia berikan kepada wakil Direkturnya.Si mata-mata yang menyamar sebagai pelayan memberikan Evhan segelas teh dan biskuit."Pak, saya letakkan dimana minuman Bapak?" tanya si pelayan itu."Di meja depan kamu saja. Terima kasih ya." Melanjutkan pekerjaannya."Iya Pak saya permisi." Menutup pintu 'Pasti kamu akan tertarik sama biskuit yang saya berikan sebagai pelengkap minum tehmu Evhan,' tersenyum sinis kemudian pergi menuju gedung dapur."Oh iya bantuin saya cuci seprei Nona ya?" kata Pelayan B."Baik, kakak. Kalau Nona nggak pernah saya lihat. Dia dimana ya?" tanya Si pelayan."D
Dia tidak segan-segan membunuh targetnya ataupun orang yang disekeliling targetnya yang akan menghalanginya menyelesaikan tugasnya. *** Evhan dan Jefri menunggu korban penganiayaan siuman, sambil bercerita tentang pengalaman pribadi masing-masing, ia tiba-tiba teringat dengan wanita yang melakukan aksi tidak senonoh di ruang kerjanya tempo hari. Saat bercerita Jefri dan Evhan asik bercerita, wanita yang terbaring itu bermimpi, di dalam mimpinya dia sedang duduk menikmati keindahan padang rumput bersama keluarganya. Lalu tiba-tiba Ibu Lilac memperhatikan dan mendekati mereka. Si wanita pelayan yang menjadi korban itu memanggilnya untuk gabung dan menikmati pemandangan. Tak lama Ibu Lilac berkata, "Tolong bantu anak saya, dia sangat membutuhkan bantuan anda sekarang. Tolong bangunlah!" Tiba-tiba segalanya menjadi gelap dan teringang-ngia
Sebastin memperhatikan secara seksama maksud bunyi itu kemudian ia tersenyum. "Hm! Aku terlalu tegang," sambil mengelus rambut hitam nan lurusnya. Lilac mengenakan gaun serba hitam, dan sebuah kalung peninggalan Ibunya yang merupakan putri dari keturunan raja. Semua mata tertuju pada Lilac, bermata perak bersinar laksana rembulan dan kulitnya seperti mutiara bersinar bagaikan permata yang terlindung dari tangan bedebah. Para eksekutif dan warga yang menonton kaget bukan main karena melihat Lilac muncul di publik mengenakan kalung permata peninggalan kerajaan De Abigel Cecila. 'Ternyata permata biru peninggalan kerajaan kita telah ditemukan dan dikenakan oleh seorang wanita yang merupakan pewaris dari kerajaan bisnis tuan Bima Aryadikta', kata pengisi suara di berita itu. "Ini berarti wanita itu adalah cucu dari raja terakhir dan mendiang Ibunya ad
Di Rumah Sakit. Setelah pasien itu terbangun ia mencari Lilac dan ingin memberitahukan sesuatu. Jefri dan Evhan saling memandang dan kompak memberitahukan bahwa mereka adalah bawahan Lilac. Saat itu si pasien memberikan keterangan dan kesaksiannya untuk dijadikan bukti agar dapat menjerat Adrian sehingga bisa menendang dia agar masuk penjara. Perasaan Jefri dan Evhan menjadi lega saat mereka telah mengirimkan laporan ke polisi dan menjadi kuasa hukum dari si pelayan korban penganiayaan yang selamat dari kebrutalan Adrian. Tetiba Evhan kepikiran dengan seorang wanita yang menggodanya entah mengapa ia tidak melihatnya saat berada di Istana Timur Rosemerry. 'Hm! Sudahlah. Mungkin dia sibuk,' lirihnya dalam hati. Di acara pengangkatan Lilac. "Tolong kalian hubungkan lapton agar si korban bisa berbicara kep
Saat pelantikan Lilac sebagai pimpinan perusahaan ada seseorang yang tidak hadir saat itu. Dia memiliki peranan penting dalam pemulihan kesehatan mental Lilac dan juga pendukung Imelda ketika ia kesulitan. Setelah berdiskusi bersama Imelda di gerai somainya, Rasyid bersedia membantunya menjadi mata-mata. Dia ditugaskan untuk mematai seorang pengusaha kaya raya yang tinggal di Indonesia. Imelda memberikannya berkas-berkas yang akan memudahkan dirinya untuk berada di negara itu. Dengan mengenakan pakaian ala detektif yang tidak mencolok mata manusia, ia mengikuti sang pengusaha itu. Sebelum Rasyid berangkat ke Indonesia, ia sempat juga mengintai pria itu bersama Adrian. Pertemuan mereka di hadiri oleh hqmpir semua pemegang sama, saat Adrian mengumpat dan mengata-ngatai Lilac perasaan Rasyid sangat marah. Hampir saj
Tanpa sepengetahuan Harsyat ibunya sering digunakan untuk menaklukan beberapa pèsaing bisnis Hirsyam termaksuk mendiang Ayah Lilac. "Ternyata kau punya istri yang cantik Hirsyam, hahahaha." Mencium pundak Amelia. Amelia mematung hanya air mata saja yang memahami dirinya yang hancur. Suaminya, orang yang sangat ia cintai menjual kehormatannya kepada teman bisnisnya. Sebelum kejadian. Perusahaan XRuang Direktur Xionyx. Xionyx tidak setuju menerima proposal yang diajukan oleh Hirsyam namun ia memberikan alternatif lain yang membuat orang lain kaget dan marah. "Bagaimana kalau gue main sedikit sama istri cantik elo?" Memandangi ponsel Hirsyam dimana terdapat fotonya dan istrinya.
Lalu ia memesan taxi menuju bandara.Supir itu tersenyum lalu bertanya "mau kemana Pak?" Mengarahkan ke dua matanya di kaca spion agar melihat Rasyid yang duduk di belakang.Alangkah kagetnya Rasyid mendapati ternyata yang menjadi sjpir adalah pria yang ia buntuti semalam. Ia berusaha menelan salivanay, rasanya tenggorokannya seperti tercekik bersamaan detak jantungnya yang semakin kencang.Dalam benak Rasyid "situasi macam apa ini? Eh gue lupa dia bukan manusia. Gue harus tenang. Ingat kata Imelda," "Hmmm, harus tenang." katanya dalam hati lalu Rasyid berkata "ke bandara ya Pak," Sebastian tersenyum lalu menancap gas menuju bandara. Selama beberapa menit ia memperhatikan Rasyid yang sibuk dengan handphonenya.Sambil melihat pantulan bayangan Rasyid yang duduk di bangku belakang Sebastian berkata "bagaimana harinya Tuan?" "Hari saya seperti biasa cukup baik," jawabnya singkat. "Aku harus sesingkat mungkin menjawab pertanyaan dia," ucapnya dalam hati sambil melihat pemandnagan dari
"Sepertinya aku harus mengatakan yang sebenarnya pada dia,'lirihnya saat melihat sahabatku itu yang tak lain adalah Elmira Nur Fatimah.'Aku tidak ingin kehilangan sahabat sebaik dirinya. Yang menerimaku dengan tulus dan menganggapku sebagai saudaranya. Pada diriku yang orang asing ini," gumamku saat lekat-lekat kupandangi wajahnya. Lalu ia menuju ke arahku mubgkin dia bertanya-tanya mengapa dari tadi ku melihatnya tanpa henti dan tidak tersenyum"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja" tanyanya. Sudah kuduga kan dia tahu kalau aku tak baik-baik saja sekarang. Aku pun menggelengkan kepala sambil tersenyum manis semanis madu. Agar dia tidak curiga dan membuatnya khawatir akan dirikuElmira adalah gadis cerdas yang dan gadis ceria yang selalu berada disampibgku di saat tersulit apalagi aku sendirian di negara orang dan tak memiliki sanak saudara.***Di tempat lain.
"Siapa?" gumamnya. Kemudian pintu gedung utama tempat pesta terbuka lebar. Cahaya terang dan musik berhamburan ke telinga harsyat kemudian ia masuk dan di sambut tepuk tangan dari para undangan yang hadir.Semua mata memandangi Harsyat yang mulai turun dari tangga menuju aula. Kemudian Ayahnya bergabung lalu sebagian orang ikut berkerumun mereka. Seperti madu yang jatuh di lantai semut-semut mulai memakan madu itu, atau seperti bunga yang dihinggapi oleh kumbang dan lebah. Seperti itulah ayah dan anak itu mereka sama tampan dan memiliki segudang prestasi yang membanggakan tetapi tidak untuk Ibu Harsyat yang tidak ikut serta dalam acara yang di adakan oleh mantan suaminya. Setelah banyaknya cobaan dan derita yang di alami hingga menimbulkan korban Ibunya Harsyat akhirnya bisa keluar dalam belenggu permainan kotor Hirsyam. Namun Hirsyam tidak ingin melepaskan putranya begitu saja, ia melakukan berbagai cara agar putranya mau bersamanya.
Jefri adalah salah satu penjaga yang akan siap turun ke medan pertempuran bila Lilac memerintahkan mereka untuk berperang layaknya seperti zaman kerajaan. *** "hallo, Tuanku! Target telah meninggalkan New Zeland," kata Sebastin. Hirsyam tersenyum mendengar laporan dari anak buahnya yaitu Sebastin sambil menikmati pemandangan lampu-lampu dan gedung-gedung pencakar langit. "Tuan, sudah saatnya?" kata seorang asisten Hirsyam. Hirsyam mengenakan setelan jas formal berwarna hitam dan mengenakan jam tangan roxi bertabur berlian. Ia sangat tampan dengan pakaian itu dan semua tamu undangan menjadikannya sebagai pusat perhatian mereka. "Tuan dan Nyonya sekalian silahkan silahkan menikmati makan malamnya," kata Hirsyam. Kemudian ia berbisik ke telinga Sebastin "dimana anak itu?" "dia sedang di rumah Rumah Sakit Tuan," jawabnya.
"nggak, nanti gue telpon lagi, karena ada yang urgent banget ini," kata pria itu.***Kediaman Lilac.Pukul lima pagi Lilac sudah sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam koper. Dan para pelayannya sibuk memasukkan pakaian yang akan di kenakan Lilac di negara itu."hiks!" Air mata dari seorang pelayan jatuh ke pipinya ia tidak kuasa menahan tangis.Melihat pelayannya sedih karena ditinggal Lilac , ia lalu memberikan pelukan kasih kepadanya "aku juga Nona!" yang lainnya pun ikut memeluk mereka berdua.Imelda tersenyum melihat mereka, saat itu para pelayan baru pertama kali melihat Imelda tersenyum.Senyumnya mengingatkan mereka pada satu sosok yang sangat mereka hormati dan sayangi yaitu mendiang Ibunda Lilac.Senyumnya sama persis dengan mendiang Ibunda Lilac karena Imelda adalah saudaranya dari hasil kloning.Saat itu kakek
Mengambil ponsel yang sedang di charge lalu menelpon seorang kenalannya. Terdengar suara pria yang menjawab telepon itu."Hallo! Hei gimana kabar?"***Imelda sedang mengerjakan tugas dari Lilac begitupun pegawai yang lainnya. Kesibukan di hari senin sampai rabu membuat Lilac bosan di ruang kerjanya.Ia lalu berpikir untuk melanjutkan kuliahnya tapi bukan arsitek tetapi hukum di sebuah negara yang jauh dari rumahnya.Ia lalu mempersiapkan segalanya termasuk pendelegasian tugas-tugas kepada bawahannya. Ia lalu mulai menulis.Beberapa menit kemudian ia selesai "akhirnya! Tinggal beritahu yang lainnya," kemudian merapikan semua peralatan menulisnya. 'Sebentar malam aku umumin ke semua,'"Imelda tolong semua pegawai hadir di ruang aula kita akan makan bersama!" kata Lilac.Semua bawahan pertanya-tanya sama sikap Nona mereka "kenapa Nona memanggil kita s
Sebuah memo telah di bawa oleh seorang pelayan lalu di berikan kepada seorang wanita yang tengah berendam dalam kolam busa dengan perawakan tinggi semampai, bermata biru, hidung mangir, berkulit putih dan body bak gitar spanyol.Wanita itu bernama Arika Aribanako seorang desainer ternama di kota B.Tersenyum dan berkata "siapkan semua keperluan saya!" Seraya keluar dalam kolam mandi berbusa.Wanita itu berjalan tanpa sehelai kain menutupi keindahannya. Cahaya lampu yang jatuh di kulitnya membuatnya tampak mulus dan bercahaya.Semua pelayannya sibuk mempersiapkan pakaian yang akan ia kenakan.Ia bagai bidadari yang turun dari suralaya siap mengguncang hati anak adam.Satu per satu pakaiannya telah ia kenakan, dua kancing ia biarkan terbuka untuk menampakkan gundukan indah yang dapat memancing gairah panas yang menggebu-gebu.Lalu datang seorang pelayan yang bertugas untuk memoles wajah mulus nan cantiknya.Bibirnya semakin seksi
Setelah puas bercerita, Firgan Syafrag akan melakukan hal gila yang membuat dirinya bisa menang taruhan. "apa yang ingin loe lakukan?" ucap Hirsyam bingung. "kau akan tahu," kata Firgan Syafrag. "Huu! Baiklah, gue tunggu kabar gembira dari loe ya?!" kata Hirsyam. Percakapan mereka selesai malam itu. Firgan menoleh melihat jam 'sudah saatnya,' lirihnya dalam hati. Firgan membuka pintu kamarnya, melihat sekeliling lalu mengendap-ngendap berjalan menuju tempat tinggal Lilac. Sejak 3 hari yang lalu Firgan berusaha untuk akrab pada beberapa pelayan. Sampai satu di antaranya ia ajak untuk melakukan hubungan tidak senonoh. Saat itu situasi sepi dan Firgan sedang mandi. Seperti biasanya tugas seorang pelayan membersihkan dan merapikan semua kamar. Dia lalu melihat pelayan itu dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu terbersit dipikirannya untuk melakukan hal negatif. Ia tanpa malu-malu melepas
Namun, sayang wajah rupawannya tidak sesuai dengan hatinya yang keji.Wajah tampan itu berubah menjadi wajah memedi yang mengerikan.***Bagaskara mulai menampakkan kirana yang silap mata. Semua orang sibuk dengan tugas masing-masing.Seorang lelaki berdiri, menjinjitkan kakinya yang gemetar, melihat keadaan kediaman itu yang di lindungi oleh pagar setinggi 3 meter.Lelaki itu memeriksa sekelilingnya, tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa dia tanya.Pria itu duduk memeluk lututnya, melihat langit lalu memerhatikan jamnya.Berharap ada seorang pegawai yang datang dan bisa meminta tolong pada dirinya.Lilac mengawasi pria itu dari cctv yang memang terpasang di luar pagar kediamannya.Bajunya lusuh dan acak-acakan. Wajahnya sedih dan matanya sembab serta tanpa menggunakan alas kaki.Imelda lalu bertanya pada Lilac, "saya usir, Nona?""jangan! Tanya ke pria itu apa yang terjadi pada dirinya dan ap