"Tunggulah kita akan segera bertemu!" kata pria itu sambil mengawasi Lilac menggunakan teropong jarak jauh.
***
Di Kediaman Lilac Ardyantara.
Mahmud semakin gelisah karena admin perusahaan itu mendesaknya setiap hari.
"Jadi gimana Pak?" Bunyi pesan dari admin itu yang masuk di whatsppnya.
Lalu Mahmud berkata, "Bagaimana mungkin saya bisa bayar fee sedangkan saya berharap profit itu untuk bayar fee, bayar utang dan bagi hasil dua puluh persen." Mahmud lalu memencet tanda enter yang berarti kirim chat ke kontak yang dia tujuh.
Namun ucapannya tidak diperdulikan oleh admin itu.
Dia menekuk wajahnya ketika membaca isi chat dari perusahaan itu. Ia semakin kecewa saat keluarganya mengatainya tidak berguna dan beban keluarga karena tidak bisa membantu mereka menyelesaikan masalah.
Mahmud memandangi ponsel yang ada digenggamannya kemudian ia memandangi langit dan berbisik "Ya Tuhan semoga ada solusi untuk masalah yang kuhadapi ini,"
Saat itu keluarganya ditimpa musibah yang mengakibatkan kerugian secara materi sehingga membuat mereka kesusahan dalam mengatasi masalah itu.
Mendengar itu ia menjadi tahu seberapa tulusnya orang-orang sekitarnya terhadap dirinya.
"Oh.. saya beban ya! Baiklah!" Gumamnya.
Saat mendengar itu Mahmud menjauhkan ponselnya dari telinganya, dia tidak ingin lagi mendengar hinaan dan umpatan dari salah satu anggota keluarganya.
Dia hanya ingin menyelamatkan hatinya yang telah hancur berkeping-keping agar tidak semakin hancur dan berubah menjadi debu.
"Hallo! Hallo! Woi! Masih hidup kah?" Kata seorang wanita yang biasanya bersikap lembut kepadanya berubah menjadi kasar dan tidak sopan.
Sekitar lima menit percakapan melalui telepon itu diputuskan oleh wanita itu. Mahmud menghela napas panjang.
"Hmmm!" seperti ada bongkahan di dadanya sehingga membuat dirinya sulit bernapas.
Hatinya sakit bila mengingat kembali ucapan orang-orang terdekatnya itu. Dia berusaha untuk menerima dan ikhlas dengan ucapan yang dilontarkan oleh mereka.
Dia duduk termenung dengan wajah sedih di salah satu kursi taman, Mahmud sejak dua hari terakhir tidak tidur karena memikirkan profit dan utangnya.
Pekerjaannya pun tidak maksimal dan ia sempat di tegur oleh Alexa bagian kepegawaian karena tidak fokus.
"Pak Mahmud tolong ya kalau kerja itu yang fokus. Pekerjaan anda itu penting dan sangat berpengaruh dengan mood Nona. Bila melihat hasil karya anda yang kurang maksimal saya yang akan kena teguran. Tolong ya Pak Mahmud!" Ucap Alexa di ruang kerjanya.
Tidak lama setelah Mahmud keluar dari ruang kerja Alexa, Imelda datang dengan membawa sekotak biskuit kesukaan Alexa.
"Eh! Loe kenapa tadi?" tanya Imelda sambil makan biskuit berhadapan dengan Alexa.
"Nggak kok, biasa ada pegawai yang nggak maksimal kerjanya." Fokus makan.
"Siapa? Loe jangan galak-galak!"
"Namanya Pak Mahmud. Sebenarnya beliau itu sangat cekatan dan bagus kerjanya. Entah mengapa dia akhir-akhir ini kinerjanya nggak sesuai. Jadi gue panggil dia dan negur dia di ruangan,"
"Kamu udah tahu kenapa dia bisa kayak gitu?"
"Mungkin masalah internalnya dia. Dan juga gue nggak berani tanya sama dia karena nggak enak. Terkecuali kalau dia curhat beda lagi ceritanya." Alexa makan biskuit sambil joget-joget.
"Ih! Loe biasa aja kali." Ilfeel Imelda melihat tingkah Alexa. "Ok deh. Gue pamit ya,"
"Iya. Salamku untuk Nona ya?!"
Imelda tersenyum mengisyaratkan bahwa ia akan memberitahukan pesan Alexa itu kepada Lilac sebelum menutup pintu ruang kerja Alexa.
Pukul 08.00 pagi.
Lilac sambil menyantap sarapan pagi ia dari balik jendela ruang makan memperhatikannya.
"Hm! Kenapa Bapak itu? Sepertinya dia punya masalah," gumamnya sambil mengunyak roti bakar.
Hari ini Lilac sarapan roti bakar isi telur dan daging di temani susu almond. Ketika Lilac makan dan berbicara pada dirinya sendiri tiba-tiba Imelda berkata :
"Saya ingin melaporkan sesuatu yang pernah Nona perintahkan ke saya tempo hari. Saya sudah mendapatkan informasi tentang investasi bodong itu Nona,"
"Oh iya, gimana? Gimana?" kata Lilac gembira dan bersemangat untuk mendengar laporan dari Imelda sampai-sampai ia menghentikan sementara aktivitas makannya.
Tetapi melihat hal itu Imelda merasa kurang senang lalu ia berkata, "Bagaimana kalau Nona makan dulu habiskan makanannya dan nanti di ruang kerja baru saya laporkan ke Nona,"
Imelda bagai orang tua sekaligus kakak untuk Lilac, kasih sayang Imelda terhadap Lilac sangat besar sampai ia tidak rela bila terjadi sesuatu pada Lilac walaupun hanya tergores silet sekalipun.
Kadang Imelda bersikap posesif dan overprotektif terhadap Lilac. Sama seperti Samuel, ia pun bersikap seperti itu kepada Lilac.
"Oh iya Imelda, hari apa Samuel Pulang? katanya dia mau bawaian aku ole-ole," ucap Lilac sambil merapikan piring makannya.
Kemudian para pelayan yang bekerja dengannya mulai merapikan ruang makan. Sebelum Lilac meninggalkan ruang makan ia sempat berbicara kepada mereka.
"Kalian jangan buang makanan itu ya. Itu masih bagus. Saya nggak pegang pake tangan. Kalian habiskan ya karena cuman satu sendok saja saya cicipi. Ok?!" kata Lilac.
"Baik Nona,"
Lilac lalu pergi sambil tersenyum kepaďa mereka. Betapa senangnya mereka saat Lilac memberikan makanannya kepada mereka.
"Kalau orang lain mungkin tidak akan seperti itu. Paling mereka hanya diam dan menyuruh kita untuk membuang makan ini," ucap Pelayan A.
"Walaupun begitu pasti kita akan diam-diam makan makanan ini. Hihihi," kata Pelayan D.
"Eh! Kenapa itu Pak Mahmud? Nggak biasanya murung?" tanya Pelayan B
"Hm! Loe suka banget ngomong diluar konteks," ledek Pelayan C
"Gue kan unik," ucap Pelayan B.
Pelayan lain hanya tertawa lalu Pelayan D berkata "Dengar-dengar dia lagi ada masalah sampai dia di panggil sama Bu Alexa,"
"Mudah-mudahan ada solusi untuk masalahnya. Kasihan banget Pak Mahmud," harap Pelayan A.
Secara serentak mereka mengamini doa rekan mereka.
Di ruang kerja Lilac.
Imelda menyerahkan satu makalah tentang investasi bodong. Lilac membaca secara seksama kata per kata sampai lembar terakhir laporan Imelda.
"Hm!" Menopang dagunya. "Tolong panggil Pak Mahmud menghadap saya dan beberapa orang yang ikut investasi ini!" ucap Lilac.
Dalam hati Lilac merasa sedih, miris dan bingung. Ia bertanya-tanya mengapa bisa mereka melakukan itu sedangkan gaji dan kesejahteraan mereka sudah jamin menurutnya.
Selang beberapa menit Imelda datang bersama Mahmud dan dua orang lainnya. Ke tiganya hanya tertunduk malu sekaligus sedih dengan nasib mereka.
Kemudian Lilac menyuruh mereka untuk duduk, dia lalu berkata. "Kok bisa kalian lakukan ini? Padahal gaji dan tunjangan kalian sangat luar biasa,"
"Sa--saya ingin membayar utang orang tua saya Bu. Saya tidak tahu kalau gaji saya telah habis di awal bulan," kata Mahmud.
"Hm! Bapak punya utang di luar?" Tanya Lilac.
"I-iya." Menganggukkan kepala.
"Saya kira bila saya join utang saya dan utang keluarga saya bisa saya bayar tetapi ternyata saya ditipu, saya menyesal," ucapnya.
"Kalian bertiga kenapa nggak cari tahu dulu tentang ini? Kenapa nggak bilang ke bagian keuangan agar kalian bisa dibantu?" tanya Lilac.
Ke tiga pria itu hanya diam membisu.
"Panggil Pak Mikel untuk datang ke sini!" perintah Lilac ke Imelda.
Kemudian dengan sigap Imelda menelpon Mikel untuk datang ke ruang kerja Lilac.
Mikel adalah Ketua Divisi Keuangan sekaligus Bendahara yang bertugas di bagian keuangan perusahaan Lilac serta merupakan salah satu dari lima tangan kanan Lilac.
Saat Mikel datang dan duduk bersama Lilac dan ke tiga pegawai itu, Lilac memerintahkan dirinya untuk memberikan sejumlah uang kepada mereka.
"Tolong kamu pinjamin mereka uang ya?! Dan untuk Bapak-bapak tolong jangan berhubungan lagi dengan orang-orang itu mulai sekarang karena saya akan pantau kalian bertiga. Mengerti!" ucap Lilac.
Akhirnya masalah mereka terselesaikan. Imelda masih melacak keberadaan gerbong investasi bodong itu di seluruh negeri ...
Bersambung.
Akhirnya masalah mereka terselesaikan. Imelda masih melacak keberadaan gerombolan penjahat itu di seluruh negeri namun sayangnya Imelda tidak menemukan mereka.Keberadaan mereka hilang seperti di telan bumi. Lilac merasa ada keanehan dari peristiwa itu lalu berkata kepada Imelda, "Berhati-hatilah!"***Di pusat kota metropolitan.Pria itu menjadi pusat perhatian, wajah tampan nan rupawannya membius siapa saja yang memandanginya.Ia bagaikan gambar pangeran yang keluar dari lukisan."Masya Allah! Tampan banget!" ucap Susi saat seorang pria melewatinya."Kak! Kak! Mau jadi jodoh aku?" kata seorang wanita yang terkesima akan ketampanan Harsyat.Dakam hati pria itu "OMG! Aku di lamar!" Lalu ia berkata "Terima kasih. Tapi nggak bisa, maaf ya," kata Harsyat berusaha keluar dari kerumunan wanita-wanita yang mengh
Ia tidak melihat orang yang ada diluar namun melihat ke langit. Dan seperti ada kesedihan dari raut wajahnya saat memandangi bulan purnama.Saat Lilac menempati istana Elizhavat ketika di tanya dia tidak melihat apapun."Nona, pernah lihat ada penampakan di ruangan Nona nggak?" tanya Allexa."Nggak, kenapa? Kamu takut dan nggak mau kerja sama saya karena takut sama hantu?" tanya Lilac."Nggak kok! Hanya ada issue aneh tentang istana yang nona tinggali"Lilac hanya tersenyum "Nggak, selama lebih 20 tahun saya nggak melihat yang aneh-aneh." Mengambil cemilan lalu makan diikuti Allexa.'Wah! Enak!' Imbuh Allexa.Untuk menghilangkan rasa penasarannya yang sudah memuncak di ubun-ubunnya, setiap tengah malam ia memperhatikan istana di timur dengan menggunakan teropong. Tetapi Evhan hanya melihat
Mendengar kabar kalau Lilac yang mewarisi perusahaan ayahnya, Adrian marah besar, ia melampiaskan kemarahannya dengan membunuh beberapa pelayan yang bekerja dengannya. "Kenapa anak ingusan itu? Kenapa?" Teriak Adrian sambil memukuli seorang pelayan menggunakan talang. Sungguh kejam Adrian, melampiaskan kemarahannya kepada orang lemah. Pelayan itu bersimbah darah karena Tuannya memukuli kepalanya dengan talang saat ia menyuguhkan teh di ruang kerjanya. Pelayan itu hampir mati karena perbuatan Adrian, Asistennya kemudian datang untuk menghentikan kelakuan kejam tuannya. Setelah puas bermain-main Adrian membasuh wajahnya yang terkena percikan darah dari pelayan itu. Pelayan itu mati lemas karena darahnya banyak yang keluar untuk menutupi luka menganga yang ada di tengkorak kepalanya. "Buang pelayan itu!" Perintah Adrian.
Si mata-mata menuju ke ruangan Evhan ia membawa teh dan makanan ringan untuk Evhan."Tuk..! Tuk! Tuk!" Bunyi pintu ruangan Evhan."Silahkan masuk!" menulis laporan bulan ini. Evhan tengah sibuk merekap laporan yang akan dia berikan kepada wakil Direkturnya.Si mata-mata yang menyamar sebagai pelayan memberikan Evhan segelas teh dan biskuit."Pak, saya letakkan dimana minuman Bapak?" tanya si pelayan itu."Di meja depan kamu saja. Terima kasih ya." Melanjutkan pekerjaannya."Iya Pak saya permisi." Menutup pintu 'Pasti kamu akan tertarik sama biskuit yang saya berikan sebagai pelengkap minum tehmu Evhan,' tersenyum sinis kemudian pergi menuju gedung dapur."Oh iya bantuin saya cuci seprei Nona ya?" kata Pelayan B."Baik, kakak. Kalau Nona nggak pernah saya lihat. Dia dimana ya?" tanya Si pelayan."D
Dia tidak segan-segan membunuh targetnya ataupun orang yang disekeliling targetnya yang akan menghalanginya menyelesaikan tugasnya. *** Evhan dan Jefri menunggu korban penganiayaan siuman, sambil bercerita tentang pengalaman pribadi masing-masing, ia tiba-tiba teringat dengan wanita yang melakukan aksi tidak senonoh di ruang kerjanya tempo hari. Saat bercerita Jefri dan Evhan asik bercerita, wanita yang terbaring itu bermimpi, di dalam mimpinya dia sedang duduk menikmati keindahan padang rumput bersama keluarganya. Lalu tiba-tiba Ibu Lilac memperhatikan dan mendekati mereka. Si wanita pelayan yang menjadi korban itu memanggilnya untuk gabung dan menikmati pemandangan. Tak lama Ibu Lilac berkata, "Tolong bantu anak saya, dia sangat membutuhkan bantuan anda sekarang. Tolong bangunlah!" Tiba-tiba segalanya menjadi gelap dan teringang-ngia
Sebastin memperhatikan secara seksama maksud bunyi itu kemudian ia tersenyum. "Hm! Aku terlalu tegang," sambil mengelus rambut hitam nan lurusnya. Lilac mengenakan gaun serba hitam, dan sebuah kalung peninggalan Ibunya yang merupakan putri dari keturunan raja. Semua mata tertuju pada Lilac, bermata perak bersinar laksana rembulan dan kulitnya seperti mutiara bersinar bagaikan permata yang terlindung dari tangan bedebah. Para eksekutif dan warga yang menonton kaget bukan main karena melihat Lilac muncul di publik mengenakan kalung permata peninggalan kerajaan De Abigel Cecila. 'Ternyata permata biru peninggalan kerajaan kita telah ditemukan dan dikenakan oleh seorang wanita yang merupakan pewaris dari kerajaan bisnis tuan Bima Aryadikta', kata pengisi suara di berita itu. "Ini berarti wanita itu adalah cucu dari raja terakhir dan mendiang Ibunya ad
Di Rumah Sakit. Setelah pasien itu terbangun ia mencari Lilac dan ingin memberitahukan sesuatu. Jefri dan Evhan saling memandang dan kompak memberitahukan bahwa mereka adalah bawahan Lilac. Saat itu si pasien memberikan keterangan dan kesaksiannya untuk dijadikan bukti agar dapat menjerat Adrian sehingga bisa menendang dia agar masuk penjara. Perasaan Jefri dan Evhan menjadi lega saat mereka telah mengirimkan laporan ke polisi dan menjadi kuasa hukum dari si pelayan korban penganiayaan yang selamat dari kebrutalan Adrian. Tetiba Evhan kepikiran dengan seorang wanita yang menggodanya entah mengapa ia tidak melihatnya saat berada di Istana Timur Rosemerry. 'Hm! Sudahlah. Mungkin dia sibuk,' lirihnya dalam hati. Di acara pengangkatan Lilac. "Tolong kalian hubungkan lapton agar si korban bisa berbicara kep
Saat pelantikan Lilac sebagai pimpinan perusahaan ada seseorang yang tidak hadir saat itu. Dia memiliki peranan penting dalam pemulihan kesehatan mental Lilac dan juga pendukung Imelda ketika ia kesulitan. Setelah berdiskusi bersama Imelda di gerai somainya, Rasyid bersedia membantunya menjadi mata-mata. Dia ditugaskan untuk mematai seorang pengusaha kaya raya yang tinggal di Indonesia. Imelda memberikannya berkas-berkas yang akan memudahkan dirinya untuk berada di negara itu. Dengan mengenakan pakaian ala detektif yang tidak mencolok mata manusia, ia mengikuti sang pengusaha itu. Sebelum Rasyid berangkat ke Indonesia, ia sempat juga mengintai pria itu bersama Adrian. Pertemuan mereka di hadiri oleh hqmpir semua pemegang sama, saat Adrian mengumpat dan mengata-ngatai Lilac perasaan Rasyid sangat marah. Hampir saj