Semua Bab Terjebak Cinta Waitress: Bab 41 - Bab 50

67 Bab

Bab 41

  "Kenapa kau tak memberiku kabar jika kau mau kesini?" tanya Anggita dengan menyandarkan kepalanya pada pundak Rafin. "Aku datang kesini dengan istriku," ucap lelaki itu, dan jawaban itu membuat si gadis merengut. "Sejak kapan kau menyebutnya dengan kata istriku?" tanya Anggi tak terima.  "Kenyataannya ia memang istriku," ucap Rafin dingin.  Mereka berdua sama-sama tak menyadari jika Mila telah berjalan dekat dibelakang keduanya, menyimak obrolan sepasang sejoli itu. Diam-diam ia tersenyum dengan sebutan "istriku" yang dilontarkan Rafin. Setidaknya ia merasa diakui sebagai istri oleh lelaki itu. "Curang, kau bahkan sudah lama tak pernah mengajakku berlibur atau berwisata kan sayang?" kali ini Anggita mencoba untuk menunjukkan kecemburuannya. "Aku akan mengajakmu lain kali," ucap Rafin. "Aku menginap di hotel ujung sana, na
Baca selengkapnya

Bab 42

 Seorang wartawan tersenyum puas saat mendapatkan sebuah gambar yang bagus di kameranya. "Bisa kupastikan bos besar akan puas dengan hasil kerjaku." Bayangan uang dengan jumlah nominal yang besar sudah membuat senyumnya tak berhenti terkembang. Berkali-kali ia melihat hasil jepretannya kembali. Merasa puas dan bangga pada dirinya sendiri. *** Praminto hingga hari ini tak henti-hentinya mencoba untuk menyibukkan diri, agar pikirannya tak hanya tertuju pada Mila. Namun, pada kenyataannya semua itu tak membuahkan hasil seperti yang ia inginkan. Sungguh ia ingin mengetahui kabar wanita itu. Apakah ia baik-baik saja? Mengingat bahwa terakhir kali pertemuan mereka saat itu dalam keadaan yang sangat tidak menyenangkan. "Tuuut ... , tuuut ... ," Pram akhirnya mencoba untuk menghubungi Mila, namun hingga beberapa panggilan wanita itu tak juga mengangkatnya. 
Baca selengkapnya

Bab 43

 Praminto kini tak mampu memejamkan matanya, adegan Mila di depan rumahnya tadi terekam sangat jelas di pelupuk matanya. Bagaimana pasangan itu terlihat akur dan nyaman saat berduaan. Bahkan wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu terlihat malu-malu saat Rafin mengecup singkat bibirnya. Rafin juga tampak berbeda, ia terlihat lebih manusiawi. Baru kali ini Pram melihat sahabatnya itu bisa bersikap lembut pada seorang wanita. Lalu bagaimana dengan Anggita? Ah ... , tentu saja berbeda. Semua orang yang melihat pun akan paham jika Rafin akan berubah seperti seorang ajudan jika sedang bersama wanita itu. Lain ... , ada sesuatu yang lain diantara mereka. Mungkinkah antara Mila dan Rafin telah tumbuh benih-benih cinta?  Pram memukul dadanya berkali-kali. Ia merasa sesak dan sakit sekaligus. Ada semacam rasa tak rela yang tiba-tiba muncul dibenaknya. Apakah mungkin ia kembali menjalin ikatan dengan wanita yang sampai saat ini masih dicintai? 
Baca selengkapnya

Bab 44

 "Kukira kau tidur? Lalu kenapa tak menjawab teleponku?" tanya Rafin, namun wanita itu tak kunjung memberi jawaban. "Jawab aku sayang, aku bertanya padamu," ucap Rafin sambil duduk di sisi ranjang. "Males," jawab Mila yang mendadak merasa geli dengan panggilan sayang yang baru saja diucapkan oleh Rafin. Pria itu memanggilnya sayang, tapi bergandengan mesra dengan perempuan lain. Cih! "Mila, apa kau baik-baik saja?" tanya Rafin yang sebenarnya telah melihat bahwa Mila telah berubah sikap. "Menurutmu?" ujar wanita itu tanpa mengubah posisinya. Tetap enggan memandangnya. "Dengarkan aku," ucap Rafin sambil berusaha membalikkan tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya. Namun rupanya wanita itu menolak. "Bicaralah, dan aku tetap akan mendengarmu,"ucap Mila dingin. Pria itu akhirnya memilih untuk mengalah.  "Katakan padaku, aku
Baca selengkapnya

Bab 45

 Anggita membiarkan suara panggilan yang sedari tadi membuat benda kotak pipih itu mengeluarkan nada dering. Bukannya tidak mendengar, tapi ia sengaja melakukannya. Apalagi setelah ia melihat bahwa seseorang yang berada di seberang sana adalah Maya, manajernya.  Perempuan itu menutup telinganya dengan bantal. Mencoba untuk cuek. Sebentar kemudian sudah tak terdengar apapun lagi, namun sesaat kemudian dering itu kembali menggema. Anggita sama sekali tak ingin mengangkatnya. Andai ia tahu siapa yang berada dibalik panggilan kedua itu. *** "Kemana sih ni anak? Pingsan kali ya?" tanya Maya yang akhirnya menyerah dengan kegiatan konyolnya. Bukan apa-apa, tapi semua yang terjadi pada Anggita otomatis akan berimbas seluruhnya pada Maya. Namun, menjadi manajer gadis itu ternyata sangat sulit. Artisnya suka sekali bertingkah semaunya bahkan kadang diluar kendali. Ia sendiri sebenarnya sudah
Baca selengkapnya

Bab 46

 Mama, papa dan Riska sudah menunggu Mila di luar ruang bersalin. Tak lama setelahnya datang Pram dan Shella. Rafin sendiri berada di dalam, menemani istrinya. Suasana tampak tegang dan mencekam, tak henti-hentinya mereka merapalkan doa untuk keselamatan ibu dan bayinya. *** Mila tampak kepayahan, keringat terus saja mengalir di dahinya. Rafin tak meninggalkan istrinya itu meskipun selangkah. Tangannya mengelus rambut dan genggaman tangan mereka tak pernah terlepas. Kontraksi demi kontraksi terus saja terjadi. Semakin lama semakin sering, dan setiap kali hal itu terjadi, Rafin seakan kehilangan nyawa karena menyaksikan bagaimana Mila menahan sakit.   Wanita itu nyaris tak mengeluh sedikitpun, tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Setiap kali Rafin bertanya padanya, hanya sebuah senyuman yang ia dapatkan.  "Katakan sesuatu sayang," bisik Rafin ditelinga istrinya.&nbs
Baca selengkapnya

Bab 47

 "Boleh aku masuk tante?" tanya Anggita. "Oh, tentu. Masuklah, kami juga baru tiba dari Rumah Sakit." Mama yang masih menggendong Azzam duduk di kursi tamu, menemani Anggita.  "Ih ... , lucu banget. Kembar ya tan, siapa namanya?" Anggita dan mama kemudian terlibat perbincangan basa basi disana.   Mila sebenarnya urung untuk meneruskan niatnya beristirahat di kamar. Setidaknya ia ingin menghormati seorang tamu yang datang, setidaknya saat ini ia adalah tuan rumah. Namun, Rafin lebih menginginkan ia untuk beristirahat.  "Kenapa? Bukankah ia ingin bertamu? Biarkan aku menemuinya, aku kan masih istri dari tuan rumah ini," tanya Mila seakan tak terima dengan larangan suaminya. "Iya, sekarang dan sampai kapanpun kamu tetap jadi istriku sayang. Makanya, aku mau kamu istirahat aja. Kamu baru pulang dari rumah sakit," pintanya. "Izinka
Baca selengkapnya

Bab 48

 Dua bulan kemudian .... "Papa berangkat ya sayang," ucap Rafin setelah mencium pipi gembul kedua anaknya yang berada di dalam kereta dorong. Tak lupa ia mencium bibir istrinya. Meskipun sudah satu tahun ia menjadi istri Rafin, namun adegan seperti itu nyatanya masih saja membuat Mila merasa malu.  Sebenarnya keadaan pria itu tak terlalu baik, bisnisnya benar-benar mengalami penurunan pendapatan. Seumur-umur baru kali ini ia mengalami hal yang seperti ini, mengalami kerugian secara terus menerus dan bertubi-tubi. Hampir separuh proyeknya gagal dan sisanya tidak mendapatkan keuntungan. Ia berusaha untuk tidak mengatakannya pada Mila, Rafin tak ingin membuat wanitanya khawatir. Pria itu mengutus Tommy dan Hendra serta Rio untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya. Karena ia merasakan ada kejanggalan dengan kemerosotan pendapatan yang sangat signifikan. Insting pebisnisnya mengatakan bahwa ini terlalu
Baca selengkapnya

Bab 49

 Jarum jam sudah menunjuk ke angka sepuluh, namun seseorang yang dinantikan belum juga datang. Sedangkan nomor orang itu bahkan tak dapat dihubungi sejak beberapa jam yang lalu. Jika harus mencari, ia sungguh tak tau arah mana yang akan ia tuju.  KLUNTING Sebuah pesan masuk. Mila segera mengambil benda itu, siapa tau ada kabar dari Rafin suaminya. Oh ... , ternyata bukan. Sebuah pesan gambar dari nomor seseorang yang tak ada dalam kontaknya. DEG! Mila ingin untuk tidak mempercayai apa yang baru saja ia lihat.  KLING sebuah video tanpa suara memperlihatkan sebuah adegan dewasa. Yang membuat air matanya luruh adalah pemeran dalam video itu. Rafin. Terlihat pria itu sedang berada diatas tubuh seorang wanita yang sedang merekamnya dari arah bawah. Video itu dibuat dengan suara yang terputus-putus. Meskipun tampak bahwa pria itu mengatakan s
Baca selengkapnya

Bab 50

 Rapat pemegang saham telah berlangsung, Rafin ada disana, Tn Arkan Wijaya sendiri yang memimpin rapat di hari itu. Penurunan laba kali ini terasa sangat anjlok. Sebagian pemegang saham menuntut untuk pergantian pimpinan , namun sebagian lainnya masih memberikan kesempatan bagi Rafin untuk memperbaiki semua kekacauan ini. Tak dapat dipungkiri, bahwa selama beberapa tahun di bawah kepemimpinannya, perusahaan itu telah berkembang dengan pesat. Bahkan banyak perusahaan besar yang memutuskan untuk bergabung dengannya.  Sementara Rafin yang ditinggalkan oleh istrinya, terlihat tak ada lagi semangat. Bahkan ia kini lebih banyak melamun. Hingga papanya kerap kali memarahinya. "Harusnya kau bisa bersikap profesional, mana jiwa kepemimpinan mu? Aku tau, aku tau, kamu sedang bersedih. Tapi harusnya kamu bisa memilah-milah, nasib ribuan karyawan ada ditanganmu. Disana mereka juga memiliki keluarga yang harus dihidupi. Jika kau hanya b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status