All Chapters of CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak): Chapter 31 - Chapter 40

73 Chapters

Bab 31 : Kegundahan Hati Rasyad

Bab 31 : Kegundahan Hati Rasyad SULTANKU Dari embus sepanjang gersangSendiri terpasung kerinduanHingga sunyi kian menjamah piluSedang pandang masih sejarak impi Aku bernama sepiDalam riuh parasmuTertahan yang pernah gagu di pelupukLalu sebisa hati kulerai cekatnya Dari embus sejauh anganIngin kukabarkanTentang luruh sekat memancangTentang jemu semakin meradang Aku bernama sepiTanpamu, sandar paling kekarTanpamu, tatap paling debarSedang di sini, masih kelu barang sepatah Dirantai sulur cintamuDiderai lara rindumuHingga bila tatapku hendak mencumbu?Sultanku? ***Malam ini langit tampak cerah tanpa diselimuti awan. Bintang-bintang bertaburan menghiasi, bulan purnama pun terapung indah di lautan angkasa raya. Angin m
Read more

Bab 32 : Kegundahan Hati Rasyad (Bagian 2)

Bab 32 : Kegundahan Hati Rasyad (Bagian 2) "Bu, adikku ini laki-laki atau perempuan?" tanya Razi sambil menggandeng tanganku. Hari ini aku, Benazir dan Ummu Syifa sedang berjalan-jalan di taman, ditemani oleh anak lelaki Ummu Syifa yang berusia tujuh belas tahun. Kami melepas penat. Sejak beberapa bulan para lelaki menyiapkan strategi perang dengan pemerintah Badrussallam waktu itu, saat ini baru kami bisa menikmati suasana di Istam. "Ibu tidak tahu, Sayang," Aku tersenyum, "laki-laki atau perempuan tidak masalah, yang penting dia sehat dan menjadi anak yang shalih juga pintar seperti kamu," sambungku. Razi mengulum senyuman. "Aku senang bakalan punya adik. Kalau laki-laki mau aku ajak latihan pedang seperti yang biasa aku lakukan sama anak-anak lainnya. Kalau perempuan akan aku jagain biar tidak diganggu anak nakal," seru bocah kecil itu riang. Kubelai rambut Razi yang sudah mulai lebat. Benazir, Ummu Syifa, d
Read more

Bab 33 : Kegundahan Hati Rasyad (Bagian 3)

Bab 33 : Kegundahan Hati Rasyad (Bagian 3)   Sang sultan meminta waktu sepekan untuk beristikharah dan mengambil keputusan. Apakah akan ataukah tidak melanjutkan hubungan dengan gadis tadi ke jenjang berikutnya. Sesampainya di area istana, Rasyad pun turun dari kereta. Sementara kereta kuda itu melanjutkan perjalanan mengantar Syaikh Yunus pulang ke tempat persinggahan sementaranya. Ya, beliau sedang mengunjungi anak lelakinya di ibu kota, sekaligus menjadi perantara Rasyad mencari jodoh.  *** Sudah delapan hari rombongan Gubernur Konstin melakukan perjalanan dari Istam menuju Barkah. Sebentar lagi mereka akan sampai ke gerbang ibukota. Hati Zara begitu berbunga ketika gerbang Kota Barkah sudah di depan mata. "Alhamdulillaah," lirihnya. Ia bersyukur akhirnya rombongan mereka sampai. Wajah-wajah penuh kegembiraan tampak Zara, Benazir, juga Razi. Walau Barkah bukanlah kota kelahiran mereka, tapi entah mengapa kota itu seakan
Read more

Bab 34 : Hurin Al Barkatiyyah, Melarikan Diri

"Mereka melarikan diri, Tuan!" lapor seorang tentara kepada Panglima besar Kerajaan Haura. Mata sang panglima membulat sempurna, rahangnya tiba-tiba mengeras. Seketika sang prajurit digampar dengan keras. Gemeretak geligi panglima itu menahan geram. "Cari mereka hidup atau mati!" seru sang panglima tegas, "jangan lepaskan seorang pun keluarga dari Kerajaan Andusia ini. Atau kalau tidak ... kepala kalian jadi taruhannya!" lanjutnya dengan sorot mata penuh amarah. ***Gadis muda dan dua orang pembantu wanitanya itu terengah-engah berlari menjauhi kereta kuda yang tadi menawannya. Mereka berhasil membuka kunci sel kereta dan melarikan diri. "Putri Roseline, kemari!" pekik tertahan dari salah seorang lelaki setengah baya—pembantu setianya selama tiga tahun ini. Sang putri jelita bersama kedua pembantu wanitanya pun segera memasuki sebuah gua yang ditutupi oleh berbagai jenis tanaman merambat di muka pintunya.
Read more

Bab 35 : Terungkap

Fakhrurrazi menatap lekat kepada pria setengah baya yang terlihat masih gagah di hadapannya, Andrew. "Wajah Anda seperti tak asing bagiku," ujarnya. Ia merasa seakan pernah mengenal garis wajah pria di hadapan.  Andrew hanya tersenyum tipis.  Pemuda tampan tersebut lalu mengedarkan pandangan ke arah satu per satu orang di hadapannya lebih lekat. Matanya bersirobok sejenak dengan mata biru safir Roseline. Seketika gadis cantik itu mengalihkan pandangan, entah mengapa jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Dia mengumpat di dalam hati, kesal dengan reaksi tubuh dirinya sendiri. Dia tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Hatinya bertanya-tanya, mengapa seperti ini?  Ketika melihat wajah Roseline, Fakhrurrazi kembali seakan melihat garis wajah yang dia pernah kenal. Entah siapa, dia sama sekali tak dapat mengingatnya. "Kalian beragama apa? Aku dengar Anda seorang muslim?" tanya pemud
Read more

Bab 36 : Pertemuan Kedua

Bab 36 : Pertemuan Kedua Sudah tiga hari Putri Roseline dan lainnya berada di sebuah tempat tinggal berupa kastil yang tidak begitu besar bagi seorang bangsawan. Sangat jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan istana Andusia. Akan tetapi, tentu sangat luas bagi rakyat jelata.  "Huh! Aku sangat bosan, Jena!" keluh sang putri cantik bermata safir kepada salah seorang pembantu wanitanya.  Mereka tengah duduk di sebuah kursi panjang di taman di bagian tengah kastil tersebut. Taman itu berisi berbagai macam tanaman bunga dan buah. Bunga-bunga mulai tumbuh kuncupnya saat ini. Beberapa pohon rindang pun mengelilingi taman. Menambah sejuk, tampak asri, dan terasa teduh.  "Mau bagaimana lagi, Yang Mulia ... kita tidak ada pilihan lebih baik daripada ini," ujar Jena.  "Andusia telah hancur, Jena ... pamanku, satu-satunya kerabatku, Raja Edward telah mereka bunuh." P
Read more

Bab 37 : Mau Jadi Ibuku?

Bab 37 : Mau Jadi Ibuku? "Dia Putri Roseline dari Kerajaan Andusia, Bu. Mereka mendapat jaminan keselamatan untuk empat bulan ke depan dari kesulthanan," jawab Fakhrurrazi atas pertanyaan sang ibu.  Lelaki tampan itu dapat mengenali Roseline walaupun sang putri memakai cadar. Mata safir itu cukup membuatnya mudah dikenali, apalagi dari suaranya. Suara gadis cantik itu memang agak serak sehingga menjadi ciri khas tersendiri darinya. Teringat pada saat pertama kali sang putri menyahut ketika sang pejabat menteri menyampaikan syarat untuk mengenakan pakaian tertutup di Negeri Konstin.  "Hemm ... maafkan aku," ucap sang putri basa-basi. Di balik cadar ia tersenyum getir. Ia mendekat ke arah ibu dari Fakhrurrazi, "Salam kenal, wahai nyonya," lanjutnya sambil meraih tangan kanan wanita yang bersama sang pejabat menteri bergiliran dengan Elisa. Roseline tahu dari suaranya, wanita di hadapannya ini lebih tua darinya. W
Read more

Bab 38 : Terpana

Bab 38 : Terpana Ketika sang pejabat menteri sampai di muka pintu, ia terpana melihat wajah Roseline yang berbalut hijab. Tadi karena sang putri menutupi wajahnya, kesannya biasa saja. Akan tetapi, entah mengapa dengan balutan hijab gelap tersebut, wajah rupawan sang putri tampak lebih indah baginya. Degub jantung sang pejabat menteri seketika menjadi lebih keras berdentam.  Roseline yang ditatap dengan begitu lekat, menjadi salah tingkah. Wajahnya tampak merona. Ia masih melupakan tentang penutup wajahnya.  "Mana Haris, Nak?"  Tiba-tiba tepukan di lengan kekarnya oleh sang ibu membuat Fakhrurrazi terkejut.  "Hah? Oh, i–iyaaa ... Ha–ris, di .... " Fakhrurrazi tergagap. Entah mengapa wajahnya terasa memanas. Langsung saja ia berbalik dan melangkah besar menjauhi ruangan itu.  Zara tampak bingung melihat tingkah sang putra.
Read more

Bab 39 : Kenyataan yang Harus Diterima

Bab 39 : Kenyataan yang Harus Diterima Andrew berusaha terlihat tenang, walaupun pada kenyataannya hatinya tiba-tiba gundah. Ia hanya mengangguk sedikit tanda perkenalan dengan Benazir.  "Aku baik-baik saja, Andrew. Hanya sering merasa bosan saja di sini." Roseline menjelaskan.  "Kalau Anda mau, besok aku ajak ke suatu tempat untuk menghilangkan kebosanan, Yang Mulia," tawar Andrew.  Mata sang putri jelita tampak berbinar.  "Benar-benar aku seakan mengenal suara, bahkan garis wajah Anda. Hanya aku lupa kapan dan di mana," sela Benazir dengan kernyitan dahi yang masih kentara, "begitu juga wajah Anda, wahai Putri Andusia," lanjut Benazir.  "Mungkin ada orang yang mirip denganku, wahai ibu," jawab Andrew.  "Ya, benar, Nek. Mungkin ada yang mirip dengan kami," timpal sang putri.  Benazi
Read more

Bab 40 : Kaum Nabi Luth

Bab 40 : Kaum Nabi Luth  Di tengah perjalanan, tampak dari kejauhan banyak orang berkumpul di halaman samping sebuah masjid besar. Kumpulan itu menarik perhatian Roseline dan yang lainnya.  "Ramai sekali, ada acara apa?" lirih sang putri nyaris tak terdengar.  Jena dan Elisa diam memperhatikan kerumunan orang di hadapan yang mana kereta semakin dekat ke arah itu.  "Ada penerapan hudud," ujar sang kusir kereta kuda.  Dahi Roseline mengernyit, hatinya penuh tanda tanya.  "Pelankan jalan kereta ini, Pak," pinta Andrew kepada kusir kereta.  Tiba-tiba di hadapan mereka tampak sesuatu yang terjun dari atas menara tinggi masjid. Mata Roseline dan lainnya terbuka lebar, mereka sangat terkejut. Pantas saja banyak orang yang melihat ke arah atas tadi. Rupanya ada dua orang yang dijatuhkan dari beranda mena
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status