All Chapters of CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak): Chapter 11 - Chapter 20

73 Chapters

Bab 11 : Rasa Apa Ini?

Bab 11 : Rasa Apa Ini? "Hai budak cantik!"Pria yang berada di hadapan Zara menyeringai. Tiba-tiba ada dua orang wanita muncul dari balik tubuh besar Henry yang asyik menatap wajah cantik Zara. "Oh, ini budak baru Kak Rasyad?" cetus seorang wanita muda bercadar dengan salib yang menggantung di lehernya. Kemudian ia membuka cadarnya setelah masuk ke dalam. Wanita itu begitu cantik. Zara berjalan mundur dan tertunduk tak nyaman dengan tatapan para tamu. "Ya, dia sangat cantik, kan, Kath?" Henry berkata kepada adiknya. "Huh!" Sang adik mendengkus tak suka. "Cantik juga budak satu ini." Wanita satu lagi mendekati Zara dan membelai pipi ranumnya. Sang budak semakin tertunduk. Wanita itu Jasmine, ipar dari Marie. "Men-mencari siapa?" tanya Zara kepada tiga orang tamu itu. "Siapa, Shaki?" Tiba-tiba dari belakang muncul Marie. "Ooh, kalian ... ayo masuk sini!" lanjutnya."Bibi ..
Read more

Bab 12 : Rasa Apa Ini? (Bagian 2)

Bab 12 : Rasa Apa Ini? (Bagian 2) Keesokan harinya, setelah waktu isya, Zara telah selesai melipat pakaian sang Tuan di dalam kamarnya. "Shaki, Tuan memanggilmu ke kamarnya." Benazir tersenyum simpul. Wajah gadis cantik itu sedikit merona karena Benazir seakan menggodanya. Tanpa banyak tanya ia segera ke luar kamar. Ia juga menghindari wanita tua itu menggodanya lebih lama. Sesampai di depan pintu ruang pribadi Rasyad tersebut ia pun mengetuknya. "Masuk!" seru Rasyad dari dalam kamar. Zara kemudian melangkah masuk. "Tutup pintunya," perintah sang tuan. Degup jantung sang budak cantik itu mulai bertalu. Ini kali kedua ia berduaan di dalam kamar sang tuan. Sejak malam itu, Zara tidak masuk ke dalam ruangan itu kecuali untuk membereskan kamar juga mengambil pakaian kotor. Itu pun ketika sang tuan sudah pergi berkegiatan di luar rumah. Gadis itu menuruti perintah sang tuan menutup pintu ka
Read more

Bab 10 : Cemburu

Bab 10 : Cemburu "Shaki .... " Deg! Itu ... itu suara Tuanku, Rasyad. Pria yang tadi malam kembali telah ... ah! Jantungku berdebar kencang. Mengapa jadi begini .... Aku yang sedang menjemur pakaian lalu menoleh ke arahnya. "Iya, Tuan?" Astaga ... semakin hari ia semakin tampan saja. Dengan memakai sorban berwarna gading, baju gamis selutut warna lumut, pedang yang sedia di sabuknya, postur sempurna walau dengan baju begitu, otot lengannya tetap jelas terlihat, sangat gagah sekali. Semalam wajah putih bersih nan rupawan tersebut sangat dekat. Saat itu ada perasaan gemas ingin sekali membelai rahang berambutnya, tapi aku tak kuasa. "Kau segera bersiap, aku mau mengajakmu ke tempat Bibi Jasmine," perintah Tuan Rasyad. Apa? Kenapa aku diajak? Ingin aku menanyakan alasan, tapi bukankah aku ini budaknya. Apa pantas aku banyak bertanya? "Baik, Tuan," jawabku dengan mengalihkan p
Read more

Bab 14 : Cemburu (Bagian 2)

Bab 14 : Cemburu (Bagian 2)  Tuan, kenapa kau buat aku begini ...?***Suara ketukan pintu utama terdengar oleh Katherine yang sedang berkaca di ruang tengah rumahnya. Bibirnya langsung tertarik ke atas. Kemudian ia bergegas dengan riang menuju ke depan."Terima kasih, Sayef," ucap Rasyad sembari melangkah masuk ke dalam rumah Jasmine. Seorang budak lelaki tua yang membukakan pintu rumah itu. Sayef pun tersenyum. "Sama-sama, Tuan," sahutnya. "Tolong bawa kudaku ke halaman belakang, ya!" perintah Rasyad kepada sang budak lelaki. "Baik, Tuan," jawabnya. Kemudian Sayef berjalan menuju arah dalam rumah, hendak memberitahu akan kedatangan Rasyad kepada majikannya, lalu ia berpapasan dengan Katherine di pintu antara ruang tengah dengan ruang tamu. "Tuan Rasy—" Omongan Sayef terpotong karena Katherine sama sekali tak menghiraukannya, terus saja melenggang menuju ke pintu depan. Sayef ha
Read more

Bab 15 : Terungkap

Bab 15 : Terungkap   Sesampainya di depan rumah, Rasyad langsung pergi lagi menuju masjid untuk salat zuhur setelah menurunkan Zara. Gadis itu pun masuk ke dalam rumah. Setelah mengganti pakaian rumah, Zara menuju ke kamar Benazir. Terlihat wanita tua itu sedang berkemas pakaian. Memasukkan beberapa pasang pakaian Nyonya Marie juga pakaiannya sendiri ke dalam sebuah kantung kain.  "Kau juga ikut ke Andusia, ya, Benazir?" tanya Zara sembari mendudukkan bokongnya di atas ranjang tak jauh dari Benazir.  "Hu'um. Aku disuruh ikut," jawab wanita paruh baya itu.  "Berapa lama perjalanan ke Andusia?" "Sekitar lima hari perjalanan dengan kereta kuda." "Apa perjalanan ke arah sana aman saja?"  "Tidak juga, terkadang ada saja para irhabi yang menyerang hendak merampas harta para musafir." Zara mengernyitkan dahi.  "Tapi jangan khawatir, Tuan Rasyad sudah membayar beberapa orang untuk m
Read more

Bab 16 : Terungkap (Bagian 2)

Bab 16 : Terungkap (Bagian 2) Sreeek! Sreeek! Mata Zara seketika membulat ketika Rasyad merobek beberapa lembar gambar kakaknya, juga gambar beberapa budak, gambar Razi, dan kuda. "Tu-tuan, ke-kenapa kau lakukan itu?" Zara berusaha merebut buku itu. Matanya kini dipenuhi kaca-kaca. "Jangan menggambar makhluk hidup lagi," seru Rasyad dengan tatapannya yang datar. "Kau boleh menggambar apa saja, istanamu, kamarmu, taman, atau pemandangan alam di Konstin. Asal jangan menggambar makhluk bernyawa. Paham?" tegas Rasyad. "Ta-tapi kenapa, Tuan?" Zara menghapus air matanya yang hendak luruh. "Gambar itu bisa menarik jin ke dalamnya. Nanti pun malaikat tak mau singgah di rumahku," ujar Rasyad menjelaskan. Dahi Zara mengernyit. "Jangan pasang wajah seperti itu. Dengarkan saja aku. Aku bukan hendak membatasi kesenanganmu. Hanya saja itu terlarang. Hemm." Kemudian Rasyad m
Read more

Bab 17 : Hirabah

Bab 17 : Hirabah Angin malam berembus kencang membuat arraya bertuliskan kalimat tauhid yang terpancang di sudut-sudut benteng gerbang Kota Barkah berkibaran. Cahaya purnama cukup terang menyelimuti suasana di malam ini. Tampak seseorang menunggangi kudanya dengan sangat terburu-buru ke arah pintu gerbang. Debu-debu dari tanah berpasir pun beterbangan terkena entakan keras tapak hewan mamalia itu. "Ada seorang penunggang kuda ke arah sini!" teriak penjaga yang bertugas mengawasi dari atas menara. Beberapa penjaga gerbang pun segera bersiap sedia, siaga menyambut siapa yang datang. Penunggang kuda itu pun menuruni kudanya setelah sampai di hadapan para penjaga. Ia tampak terengah-engah berbicara kepada para petugas Klkesultanan. Setelah orang itu menjelaskan sesuatu, para penjaga pun membagi kelompoknya. Sebagian masih berjaga di tempat, yang lainnya pergi entah ke mana. Mereka tampak sangat tergesa-gesa. Sepertinya kabar ya
Read more

Bab 18 : Hirabah (Bagian 2)

Bab 18 : Hirabah (Bagian 2) "Terjadi hirabah di sekitar Bukit Radu, keluarga Anda korbannya. Katanya beberapa terluka karena senjata tajam," jawab salah seorang petugas. Marie, Jasmine, Henry dan Benazir ternyata sedang dalam perjalanan pulang. Namun, tak menyangka rombongan mereka dicegat oleh para irhabi setelah beberapa orang pengawal berhasil terkecoh."Ap-apa?!" Mata Rasyad terbelalak, ia sangat terkejut dengan berita ini. "Bagaimana dengan keadaan mereka? Ibuku?" cecar sang panglima cemas. "Kami sudah mengerahkan puluhan pasukan kesultanan menuju ke sana barusan. Masih belum tahu keadaan masing-masing korban hirabah ini. Semoga saja tidak parah dan bisa segera diselamatkan. Kereta kuda mereka juga sudah menuju ke arah Barkah," jelas sang petugas. Rasyad kemudian melesat menuju ke dalam kamar. Zara masih tampak terdiam di atas ranjang. Netra mereka bersirobok. Rasyad lalu mengambil sehelai kain sorban dari dalam
Read more

Bab 19 : Hirabah (Bagian 3)

Bab 19 : Hirabah (Bagian 3) "Bagaimana kelanjutan penyelidikan kasus hirabah kemarin?" tanya Rasyad kepada salah seorang petugas kesultanan. "Alhamdulillaah mereka semua sudah ditahan. Jumlah mereka ada dua belas orang. Tiga di antara mereka tewas. Sebenarnya empat, yang satu tewas berhadapan dengan pengawal bayaran Anda hari itu," jawab sang petugas menjelaskan."Alhamdulillaah. Berapa lama mereka direhab?" lanjut sang panglima dengan rahang mengeras. Ia sangat geram dengan para pelaku karena begitu sadis dan kejam kepada wanita. Ia teringat bagaimana luka parah yang diperoleh sang ibu juga bibinya. "Sekitar dua pekan kita rehab mereka, setelah itu baru eksekusi, Tuan.""Hemm. Jangan lupa hubungi saya jika ada perkembangan, Akhi," ucap Rasyad sembari menekan pangkal hidungnya. Tiga hari ini ia tak dapat istirahat dengan benar karena ikut memburu para irhabi yang menyebabkan kematian ibu dan bibinya. ***
Read more

Bab 20 : Pertemuan dengan Razi

Bab 20 : Pertemuan dengan Razi "Ini barangnya, Henry," ujar Tuan Rasyad sembari menurunkan karung dan kantung berisi kain sutra juga perhiasan bersama Hamri. Tuan Henry dan kulinya pun kemudian memasukkan barang-barang itu ke dalam tokonya satu per satu. "Terima kasih, Sepupu," ucap Tuan Henry kepada Tuan Rasyad sembari melirikku. Hhhgg, genitnya muncul lagi. Menyebalkan! "Ya, sama-sama," jawab Tuanku. "Aku pergi dulu, ya," lanjut Tuan Rasyad seraya meraih pergelangan tanganku. Desiran itu kembali datang dengan sentuhannya. "Hamri, kau pulang duluan," perintah Tuan Rasyad sambil telapak tangan kanannya menepuk pundak Hamri. "Baik, Tuan," jawab Hamri, kemudian ia berlalu membawa kereta kami. "Aku mau cari buah dulu. Kau mau sesuatu?" Tuan menatapku. Astaga, manik birunya itu sungguh indah. "Emm, akuu tak mau apa-apa, Tuan," jawabku lirih. "Kau ini, aku mau memb
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status