Home / Rumah Tangga / It's Me, Your Wife / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of It's Me, Your Wife: Chapter 51 - Chapter 60

96 Chapters

Siapa Mereka?

    "Sayaaanggg?!!! Seru Rita kembali karena tidak ada satu pun yang bersuara, menjawab pertanyaannya. Netranya menatap satu per satu putranya, sedangkan Alleya memilih menundukkan matanya.   Dengan berat hati sembari menghela nafas kasar, Bima akhirnya mengatakan yang sebenarnya jika ia telah memberi Aditya sedikit shock therapy.  Rita ternganga demi mendengar pengakuan jujur putra sulungnya.     "Bima... Apa yang membuatmu melakukan itu? Kamu sudah dewasa, harusnya bisa lebih bijaksana. Bukan malah membiarkan setan menguasai dirimu lalu melampiaskan emosi sesaatmu." Rita menatap Bima dengan tatapan gemas. Mengapa anaknya bisa bersikap kekanak-kanakan seperti itu?   "Ma! Jangan Mama menyalahkan Kak Bima. Wajar kakak membela adiknya. Kalau saja  Ryan juga ada di sana, mungkin saja si brengsek itu sudah tidak bisa berjalan lagi." Ryan tidak terima jika kakaknya d
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

Bule Asing

  Abraham dan Rudy terlibat pembicaraan serius di ruang tengah kediaman Abraham, sedangkan  Rita dan Lisa hanya menyimak.  Kenyataan bahwa  Aditya tidak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya, membuat Rudy dan Rita terkejut.   "Apa maksudmu?" tanya Rudy, menatap dalam Abraham. Pria berwajah kalem itu tidak menyangka, jika sahabatnya benar-benar membuktikan kata-katanya bukan hanya sekedar ancaman.   "Maksudku, bahwa anak itu tidak boleh lagi  menginjakkan kaki di rumah ini dan tidak aku akui lagi   sebagai  ahli  warisku sebelum ia meminta maaf pada Alleya."   "Aku tidak menyangka jika kau  benar-benar membuktikan ancamanmu,dan aku rasa kau terlalu berlebihan," ujar Rudy, memberi penilaian terhadap apa yang sudah dilakukan sahabatnya   Lisa menghela napas panjang. "Karena dia sudah melakukan kesalahan  yang sudah tidak bisa kami tolerir.
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

Bukan Urusanku

    Bocah laki-laki kecil itu memeluk erat kedua kaki Nara sambil menangis kencang. Nara bergeming. Ia tidak memeluk bocah laki-laki itu, tapi justru berdiam diri. Pria bule itu lalu menggendong bocah itu dan berusaha menenangkannya. Ia kembali berbicara kepada Nara, namun Nara hanya bergeming sambil menundukkan kepalanya.    Bocah itu terus meronta-ronta, memohon Nara agar menggendongnya. Nara tidak juga tergerak hatinya mendengar suara tangisan bocah yang bagi Aditya sendiri sangat memilukan. Aditya terus memperhatikan drama keluarga di depannya.     Apa yang sebenarnya sedang terjadi, Nara? Apa yang tidak aku ketahui darimu? Apa yang sudah kau sembunyikan dariku? Siapa pria bule itu? Dan itu, itu anak siapa? Batin Aditya terus saja bertanya-tanya sendiri.   Nara kembali terlibat adu mulut dengan pria bule itu, dengan iringan tangis dari bocah laki-laki yang berada dala
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

Andai

    Aditya terus saja mengikuti gerak gerik gadis yang baru saja keluar dari ruko Alleya. Gadis itu begitu cantik berbanding terbalik dengan Alleya , tetapi postur tubuhnya sangat mirip dengan Alleya. Apakah Alleya melakukan operasi plastik? Gumamnya dalam hati.   Mobil itu mulai berjalan perlahan  menjauhi jalan di depan ruko Alleya. Rasa ingin tahu Aditya yang begitu besar membuatnya mengikuti mobil itu dari belakang. Mobil itu berhenti di sebuah toko roti, dan  Aditya memarkirkan mobilnya  tepat di belakang mobil yang mirip dengan mobil Alleya. Ia memutuskan untuk ikut masuk ke dalam toko roti tersebut, memuaskan rasa penasarannya. Benarkah gadis  itu gadis yang sedang ia pikirkan?   Aditya melangkah masuk ke dalam, dan segera saja indera penciumannya sudah disergap aroma harum dari berbagai jenis roti yang tersedia di sana. Sejenak konsentrasinya terpecah karena bunyi perutnya yang b
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

Calon Suami

  Suara ketukan berulang kali  di pintu kamar, membuat Alleya terbangun dari tidurnya. Dengan malas, ia bangkit dari tempat tidur dan melangkah membukakan pintu. Rambut dan wajah yang acak-acakan membuat dirinya terlihat begitu mengenaskan.   "Astaga! Wajah kamu jelek banget, Al! Dah, sana mandi! Bau keringet kamu kecium sampe kamar kakak." Bima menyentil kening Alleya lalu berbalik meninggalkan Alleya yang masih belum begitu sadar.   Alleya menutup kembali pintu, berjalan ke tempat tidur dan melanjutkan kembali tidurnya. Whatever deh, Kak. Al ngantuk, gumamnya kembali memejamkan matanya.   Bima kembali mendatangi kamar yang ditempati Alleya. Sudah satu jam berlalu sejak terakhir dirinya mengetuk pintu kamar itu, tapi adik bungsunya tidak juga menampakkan dirinya di meja makan.   "Al! Bangun! Mau tidur sampai kapan? Bukannya kamu mau ikut Kakak ke pasar malam?" Bima kembali berteria
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

Kau?!

  Alleya menatap keponakannya dengan berjuta tanda tanya. Bagaimana mungkin bocah empat tahun berbicara hal yang tidak patut dibicarakan tanpa ada orang dewasa yang membisikkan padanya lebih dulu? Apa memang anak jaman sekarang lebih matang berpikirnya dibanding jaman dulu? Alleya tidak juga mengalihkan tatapannya dari wajah imut Jusuf. Pikirannya terus bekerja, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.   "Tante kenapa?" Akhirnya Jusuf melontarkan rasa herannya karena ditatap sedemikian rupa oleh Alleya. Wanita cantik yang dulu sering menemaninya ketika masih berumur satu tahun. Gadis yang selalu ikut menangis ketika dirinya merengek mencari mamanya, yang harus kembali bekerja karena cuti melahirkannya sudah habis. Gadis yang mengajarkannya berjalan dan berbicara hingga ia sudah sangat lancar berbicara saat usianya belum genap tiga tahun.    Ya. Saat Jusuf kecil, yang lebih sering menemaninya adalah Alleya. A
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

Apakah Kamu Bersedia?

  Alleya menatap pria di depannya dengan tatapan tidak percaya. Ia benar-benar tidak menyangka pria itu bisa berdirii tepat di depannya saat ini. Pria itu terkekeh melihat Alleya yang begitu syok melihat dirinya. Ah, Alleya.      "Kau terkejut?" Pria itu mendekat ke arah Alleya, memandangi wajah putih milik Alleya yang kini mulai bersemu merah.       "Hiks." Bukannya menjawab, Alleya justru mulai menangis. Jusuf yang melihat ekspresi Alleya seperti orang yang akan menangis, langsung turun dari gendongan lalu memeluk erat kedua kaki Alleya.   "Tante, kenapa menangis? Ini Om, calon suami Tante sudah datang. Kenapa malah menangis?" Jusuf tidak melepaskan pelukannya, menatap pria yang ia sebut calon suami Alleya barusan.   Alleya mengurungkan niatnya yang ingin menangis. Ia langsung dengan cepat menutup mulut Jusuf. "Ngomongnya jangan sembarangan. Papa Bima itu kelir
last updateLast Updated : 2021-12-13
Read more

Lelucon Yang Tidak Lucu

  Alleya terkejut bukan main. Ia seakan dipaksa terlempar dari kursi yang sekarang ia duduki. Apa yang pria ini bicarakan? Apa dia sedang mabuk? Sadarkah dirinya mengatakan hal yang saat ini sedang dihindari oleh Alleya? Apa dia tidak takut Alleya akan mengamuk, mendiamkannya lalu pergi menghilang lagi dari hadapan pria itu, seperti yang dulu pernah ia lakukan.      Alleya duduk diam. Dirinya mendadak kaku seperti patung. Pernyataan Bobby barusan benar-benar sudah membuatnya terjungkal dari tempat duduknya. Ia tidak pernah membayangkan jika Bobby akan berani mengungkapkan kalimat yang sangat sakral itu pada dirinya yang sedang tidak ingin memikirkan hal itu. Ia sedang fobia dengan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan pernikahan.   "Al?" Bobby memanggil Alleya yang kini berjalan pelan meninggalkan mobilnya. Jusuf sudah kembali berada dalam gendongannya. Ia sedikit kesulitan untuk mengejar Alleya yang berjalan begi
last updateLast Updated : 2021-12-15
Read more

Harus Ke mana Aku Mencarimu?

  Ups! Keceplosan. Bima mengutuk bibirnya yang berbicara tanpa ijinnya. "Tidak! Tidak ada apa-apa. Sudah-sudah, kita lupakan saja masalah ini." Bima mencari cara menghindari pertanyaan Alleya.     "Jangan mencoba berkelit dari Alleya, Kak! Apa ada orang lain selain Bobby yang tahu tentang semua ini?" Alleya mengepalkan tinjunya. Ingin ia melayangkan pukulan ke pria berjambang di depannya, tapi akal sehat mencegah dirinya melakukan hal gila. Tidak mengapa jika yang duduk di depannya adalah Aditya, tapi sayangnya, yang duduk di depannya saat ini adalah kakak sulungya.     "Tidak ada. Ya, tidak ada. Tidak ada." Jawab Bima sedikit kikuk. Meski Alleya adalah adik bungsunya, tapi, jika Alleya marah, ia  tidak bisa berkutik. Karakternya yang tidak mudah marah, membuat dirinya disegani oleh Bima dan Ryan.     Alleya tidak tahu lagi. Mengapa semua orang menjadi seperti ini?
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

Benarkah Kau Alleya?

  Aditya mengangkat ponselnya tanpa melihat identitas penelpon. Dengan suara serak, ia menjawab telpon itu.   "Halo?"     *Ada apa mencariku?                    Merasa mengenali suara di ujung telpon, Aditya langsung menatap layar ponselnya. Hanya nomor. Tidak ada dalam buku telponnya. Nomor baru? Aditya merasa heran, kembali menempelkan ponsel itu ke telinga kanannya.   "Apakah kita bisa bertemu? Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu?" Suara Aditya terdengar memelas.   *Hmm. Kalau itu hanya sebuah undangan pernikahan, tidak perlu susah-susah untuk bertemu. Berikan saja ke orang rumah atau titipkan saja ke ruko-ku. Mereka akan memberitahuku.   "Bukan. Bukan pernikahan. Tentu saja bukan soal pernikahan. Aku tidak bisa membicarakannya lewat telpon. Aku takut nanti akan timbul salah paham un
last updateLast Updated : 2021-12-17
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status