Jakarta, 7 Februari 2018 Makanan di meja mereka sudah tandas. Perut Amara terasa penuh. Beberapa saat lalu, Bram memaksanya menghabiskan lauk-pauk yang dipesannya. Lelaki itu juga menuangkan lagi satu sendok nasi ke piringnya. Sekarang, Amara jadi banyak menguap. Rupanya, Bram memperhatikan. “Kita pulang setelah agak lengang, ya, Ra,” dalih lelaki itu sambil mengaduk-aduk minuman hangat di depannya. Sebenarnya, bukan masalah lalu lintas yang jadi pertimbangan Bram. Orang yang mengikuti mereka dengan minibus silver itu yang Bram khawatirkan. Orang itu membuntuti mereka. Bram tahu itu. “It’s okay, Pak. Nggak apa-apa,” sahut Amara. Padahal, dalam hati gadis itu menyesal. Semestinya, Amara bertahan untuk pulang dengan taksi saja. Pasti sekarang Amara sudah berada di kamarnya yang nyaman. Amara juga tidak perlu menghadapi rentetan pesan yang tiba-tiba tidak henti masuk ke ponselnya. Perbuatan yang dilakukan oleh seorang lelaki gila yang rupanya mengutus orang untuk menguntit mere
Terakhir Diperbarui : 2022-04-06 Baca selengkapnya