Home / Romansa / Asmara dalam Prahara / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Asmara dalam Prahara: Chapter 61 - Chapter 70

128 Chapters

60. Awal Permusuhan

Jakarta, 6 Agustus 1987 “Benar-benar kurang ajar! Mereka memanfaatkan situasi untuk membuat kita terjebak. Saya tegaskan! Ini terakhir kali Bhumi Prawiradirga bekerja sama dengan mereka. Setelah proyek hotel di Denpasar selesai, jangan pernah lagi menyebut nama Cakrawangsa Persada!” Baswara Prawiradirga mengeluarkan titahnya di depan para petinggi perusahaan. Lelaki berusia 38 tahun itu menekan-nekan telunjuknya ke atas meja. Malam itu sebuah meeting mendadak diadakan di kantor pusat mereka di kawasan Pasar Minggu. Kantor mereka berada di sebuah komplek ruko dengan bangunan berlantai empat. Ruang meeting tempat mereka berada bernuansa putih. Sama seperti ruangan lainnya. Di dinding terdapat aneka foto proyek-proyek yang berhasil mereka laksanakan. Juga lukisan dari bangunan-bangunan yang menjadi inspirasi mereka. “Apakah tidak sebaiknya kita melapor ke pihak berwenang, Pak?” tanya seorang pimpinan bagian legal. Lelaki itu berusia sepuluh tahun lebih tua dari Baswara. “Mereka menga
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more

61. Arti Sebuah Kepastian

Jakarta, 10 April 2018 “Ndra, kapan kita makan-makan?” tanya Kevin sambil berjongkok di sisi meja Andra. Dagunya dia topangkan di kepalan tangan yang menempel di sisi meja. Suara lelaki itu terdengar rendah dan lirih. Sementara, kedua matanya berbinar-binar penuh harap. Andra terdiam sejenak sambil mengernyit. “Makan-makan dalam rangka apa, Kev?” balas gadis itu sambil meneruskan kesibukannya. Dia sedang mengeluarkan dompet dan tissue dari dalam tas. Sekalian menunggu laptopnya benar-benar mati. Jam istirahat sudah lewat lima menit. Hampir semua penghuni procurement sudah meninggalkan ruangan. Hanya ada Andra, Kevin, dan Bram yang tertinggal. “Buat merayakan hari jadian dong, Ndra. Jangan suka pura-pura, deh,” goda Kevin. “Hari jadian? Memang siapa yang jadian?” elak Andra. Gadis itu tidak habis pikir, mengapa teman-temannya cepat sekali menyimpulkan segala sesuatu. Padahal, dia tidak pernah menyampaikan apa-apa. Sudah lebih dari seminggu ini para personel procurement membahas s
last updateLast Updated : 2022-02-27
Read more

62. Perempuan Cantik

Jakarta, 10 April 2018 Sesampainya di lobi, Bram dan Andra berpisah dengan rombongan para direktur tadi. Namun, tanpa diduga mereka pergi ke tujuan yang sama. Sebuah mall yang terletak tak jauh dari kantor. Mereka bertemu lagi ketika melintasi pintu masuk. Rupanya, para petinggi Cakrawangsa Persada itu hendak mengadakan meeting sekaligus makan siang. Bram mengajak Andra berjalan-jalan sebentar. Lelaki itu hanya ingin menghindari Olivia. Perempuan mirip Priyanka Chopra yang sudah menjadi asisten pribadi Imel selama lima tahun. Pastilah saat ini Imel juga sedang berada di tempat itu. Jangan sampai mereka mengetahui di mana Bram dan Andra melewati makan siang. Bisa rusak semuanya. Bram cukup sering bertemu dan berbincang dengan Olivia beberapa kali. Saat meeting, acara launching product, dan seminar kepemimpinan yang diselenggarakan perusahaan. Seperti beberapa perempuan lain, Olivia mencoba menggoda lelaki itu. Bram tidak mau perlakuan perempuan itu padanya menjadi beban pikiran
last updateLast Updated : 2022-03-01
Read more

63. Mulai Terbuka

Jakarta, 10 April 2018 “Pak, saya hampir lupa. Masalah administrasi rumah sakit waktu saya dirawat bagaimana? Apa ada biaya tambahan?” Andra bertanya ketika semua hidangan di meja sudah tandas. Bram diam sejenak. Terus terang, dia memang sengaja menunda untuk membicarakan masalah itu. Lelaki itu belum siap juga membahas sosok misterius yang sudah membereskan biaya rumah sakit Andra. “Oh, soal itu. Kamu tenang saja. Tidak usah dipikirkan, Ra,” jawab Bram. Lelaki itu merogoh dompet dari saku belakang celananya. Dia mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkannya pada Andra. “Ini kartu asuransimu. Ternyata tidak terpakai.” Andra mengambil kartu berwarna silver yang diulurkan Bram. Semua karyawan Cakrawangsa Persada memang mendapatkan benefit berupa asuransi kesehatan dari sebuah perusahaan asuransi swasta. Asuransi kesehatan yang diwajibkan pemerintah hanya didaftarkan sebagai formalitas saja. Gadis itu terperangah. “Maksudnya, rumah sakit menggratiskan biaya pengobatan saya?” “Bu
last updateLast Updated : 2022-03-03
Read more

64. Gadis Pilihanku

Jakarta, 27 Maret 2018 Lelaki itu menggeser layar ponsel di tangannya berkali-kali. Mengamati foto-foto candid seorang gadis yang diambil di beberapa tempat. Lebih banyak dengan latar suasana kantor. Saat dia sedang serius di depan laptopnya, saat dia melakukan presentasi di ruang meeting, juga saat sedang bercengkerama dengan kawan-kawannya. Seorang gadis dengan rambut ikal sebahu dan poni yang jatuh menutupi kening. Sepintas wajahnya mirip model iklan sabun mandi yang kerap menghiasi layar kaca awal tahun 2000 an. Model itu sekarang berkarier di New York. Hanya saja, gadis dalam foto itu tidak tinggi menjulang. Dia mungil sekaligus lebih berisi. Padat di tempat-tempat yang tepat. Apa karena itu sang adik tergila-gila padanya? Lelaki itu menautkan sebelah alisnya. “Pantas saja kamu rela menunggu dia sampai selama itu,” komentar lelaki itu sambil terbahak. “Menurutmu dia nggak akan marah fotonya diambil diam-diam?” “Sebaiknya Mas Satria mengagumi dia dalam hati saja,”protes Bram.
last updateLast Updated : 2022-03-06
Read more

65. Sebuah Proposal

Jakarta, 27 Maret 2018 “Sebenarnya, aku ingin bertemu karena sebuah keperluan,” tutur Bram terdengar formal. “Aku sudah mendiskusikan ini dengan Om Adhil sebelumnya. Sudah sejak lama,” “Baiklah. Mari kita to-the-point saja,” balas Arya tampak bersemangat. Lelaki itu memajukan tubuhnya ke arah Bram. Kedua sikunya bertumpu di lutut dengan telapak tangan saling menggenggam. Bram mengambil sebuah map dari kulit berwarna hitam yang sedari tadi dia letakkan di atas meja. Disodorkannya map berisi sebuah proposal itu kepada Arya. Dia memberi waktu pada lelaki berkacamata itu mempelajari dokumen di tangannya. Kening Arya tampak mengernyit. Lelaki itu meletakkan jari telunjuk kanannya di sisi kening. Dia tidak pernah menyangka sang adik mampu menyusun tindakan senekat ini. “Bisakah Mas Arya membantuku menyampaikan itu pada Bapak?” Suara Bram mengejutkan Arya yang masih terpana. “Adikku yang satu ini memang sudah gila!” umpat Arya. Meskipun merasa ngeri, raut lelaki itu masih tampak berwiba
last updateLast Updated : 2022-03-06
Read more

66. Sang Penggoda

Jakarta, 13 April 2018 Sudah lewat seminggu, Bram selalu mengajak Andra makan malam di luar. Namun, Jumat malam itu, mereka menikmati nasi goreng a la kaki lima di teras rumah Bu Rima. Kebetulan, tak jauh dari tempat kos Andra itu ada sebuah warung tenda yang baru dibuka. Bu Rima sedang sakit kepala dan sudah tidur ketika Andra pulang. Para penghuni kos yang lain tidak tampak. Setiap weekend, rumah kos ini memang lebih sepi dari biasanya. Sebagian memilih menghabiskan waktunya di luar. Sebagian pulang ke rumah keluarganya. Ada pula yang mengurung diri di kamar. Selesai makan, Andra beranjak ke ruang makan khusus penghuni kos. Letaknya di teras samping. Saat kembali, gadis itu membawa sepotong kue dengan lapisan coklat dan potongan ceri. Di atasnya ada sebuah lilin yang tengah menyala. Wajah Bram bersemu melihat Andra berjalan ke arahnya dengan kue ulang tahun di tangan. Dengan suaranya yang lembut, gadis itu menyanyikan lagu Happy Birthday to You. Kehangatan menjalari hati Bram s
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more

67. Mendapatkan Jawaban

Jakarta, 14 April 2018 Bram merebahkan punggungnya di atas tikar piknik sambil mengatur napas. Sementara itu, Andra terduduk di sampingnya. Masih mengambil udara banyak-banyak. Buliran keringat berjatuhan di keningnya. Gadis itu menarik tas ransel hitam yang teronggok di antara mereka. Kemudian mengeluarkan dua botol air mineral dan dua lembar handuk kecil. Disodorkannya sebotol air mineral dan selembar handuk kepada Bram. Sedangkan yang lain untuk dirinya sendiri. Bram menyambutnya dengan wajah semringah. “Thanks.” Rupanya Andra antusias sekali dengan acara mereka hari ini. Dia sampai menyiapkan segala sesuatunya. Bukan untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk Bram. Gadis itu hanya balas tersenyum sambil menyeka keringatnya dengan handuk. Lalu perlahan menuangkan isi botol air mineral ke mulutnya. Bram mengamati gerak-gerik gadis itu. Juga parasnya yang polos tanpa make up. Andra terlihat cantik sekali. Kulitnya yang kuning langsat berkilauan diterpa sinar matahari. Rautnya berse
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

68. Kamu Milikku

Jakarta, 14 April 2018 Beberapa pemuda yang kebetulan melewati mereka mencuri pandang pada Andra. Salah seorang bahkan mencoba merebut perhatian gadis itu dengan bermanuver di atas papan skateboard. Bram tidak heran dengan tindakan mereka. Bram sudah terbiasa. Beberapa kali ketika mereka berjalan di tempat umum, ada saja laki-laki yang mencuri pandang ke arah Andra. Di kantor pun demikian. Bram tahu ada karyawan dari divisi lain yang sering mondar-mandir ke area procurement hanya untuk mencari perhatian Andra. Tetap saja lelaki itu tidak suka. Bram dan Andra sedang menikmati bekal yang dibawakan gadis itu. Lelaki itu berharap tidak ada yang mengusik kebersamaan mereka. Juga kekaguman Andra. Gadis itu tampak terpesona melihat skill pemuda itu. Bram tahu Andra bukan tertarik pada orangnya. Namun, lelaki itu tetap dihampiri rasa cemburu. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke telinga Andra. “Masakanmu enak,” bisiknya. Kemudian kembali memundurkan kepalanya. Wajah Andra memerah. “Terima k
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

69. Setelah Delapan Tahun

Semarang, 14 April 2018 Hari sudah gelap ketika Bram tiba di depan sebuah rumah bergaya Joglo. Letaknya sedikit jauh dari jalan besar. Rumah itu tampak asri dengan aneka tanaman hijau. Lampu di teras depan sudah menyala. Lelaki itu menutup pintu belakang taksi online yang ditumpanginya. Setelah itu, dia melangkah memasuki halaman. Sebuah mobil sedan keluaran tahun 90 an terparkir di carport. Menandakan bahwa orang yang ingin Bram temui sedang ada di tempat. Menjelang tengah hari, sepulang dari jogging bersama Andra, Bram bertolak ke Soekarno – Hatta. Setelah mendarat di Semarang, dia langsung menuju ke sebuah hotel di kawasan Kota Lama. Bram beristirahat sebentar untuk membersihkan diri dan makan malam. Kemudian, lelaki itu menyambangi sebuah alamat rumah yang berhasil didapatnya kurang dari sebulan lalu. “Selamat Malam. Bisa bertemu dengan Pak Sugeng, Dik?” sapa Bram pada seorang gadis remaja yang membukakan pintu untuknya. “Bapak siapa, ya?” selidik gadis itu. Dia memandangi Br
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status