Semua Bab BENALU: Bab 121 - Bab 130

149 Bab

Bab 74 (Season Dua)

Benalu part 74POV Martina“Mami itu udah curiga kalau kamu itu punya masalah! benerkan ternyata!” ucap Mami setelah aku menceritakan masalahku tentang teror itu. Karena nggak tahu lagi mau cerita ke siapa.Aku cuma menceritakan masalah teror itu, tidak menceritakan masalah Yusuf yang bukan anak Mas Angga. Sampai kapanpun itu nggak akan aku ceritakan ke siapapun. Cukup menjadi rahasiaku dengan Mas Angga dan Tuhan.“Iya, Mi, terus ini gimana? Mas Angga nggak bisa di hubungi dan belum pulang juga?” tanyaku cemas. Mami mendesah, kayaknya Mami juga bingung ini harus bagaimana.“Haduh, mana Papi mu tadi keluar entah kemana?” ucap Mami nampak juga kalau dia bingung. Apalagi aku? dadaku terasa sesak sekali. Aku masih terus saja menghubungi nomor mas Angga. Berharap nomor dia aktif dan tersambung.“Mi, ini gimana?” tanyaku lagi aku benar bingung-bingung. Bolak balik udah kayak setrikaan. Nggak tahu jalan mana yang harus di ambil. Mau maksa keluar ini perut juga belum sembuh. Masih suka nyeri.
Baca selengkapnya

Bab 75 (Season Dua)

Benalu part 75POV DEWI“Hape Mita ketemu, Mas!” teriakku girang. Kayak menemukan sebongkah berlian saja. Seneng banget pokoknya. Mas Romi lagsung mendekat.“Akhirnya ketemu juga,” ucap Mas Romi, nada suaranya terdengar lega. Begitu juga denganku. Terasa lega banget. “Tapi, hapenya mati, Mas,” ucapku setelah mengutak atik hape Mita tapi nggak bisa hidup. Aku tekan tombol untuk menghidupkanpun, tetap saja nggak mau hidup. Drop total.“Kita cas dulu, wajar kalau mati, karena mungkin semenjak Mita mendapat masalah, langsung nggak merhatikan hape,” sahut Mas Romi. Aku mengangguk, kemudian langsung mencari cas hape ini. Aku melihat casnya di gantungkan di meja rias. “Itu casnya, aku cas dulu, Mas, semoga saja kita bisa menemukan titip terang, masalah Mita ini,” ucapku kemudian mencas gawai Mita. Mungkin karena sudah terlalu lama mati, di cas tidak ada reaksi hapenya. “Kok, nggak bisa di cas ya, Mas?” tanyaku kepada Mas Romi. Jangan bilang hapenya rusak, duh, harus dengan cara apalagi, a
Baca selengkapnya

Bab 76 (Season Dua)

Benalu part 76POV MARTINAAku dan Pak Hadi muter-muter dengan mobil nggak jelas arah tujuannya. Masih terus menghubungi nomor Mas Angga. Walau masih nggak aktif nomornya, aku terus menghubunginya. Bergantian dengan nomor baru yang menterorku. Nomor baru yang menteror itu aktif tapi nggak di angkat. Dia kayaknya sengaja ingin membuatku cemas. Aku balas pesan singkatnya tapi juga nggak ada respon. Terus aku harus bagaimana mencari Mas Angga?Untuk pertanyaan Mami tadi, tidak aku respon. Nggak mungkin aku jujur kalau Yusuf bukan anak Mas Angga. Untung saja tadi Pak Hadi langsung segera datang. Jadi langsug bisa pergi ninggalin Mami. Biarkan saja pertanyaannya menggantung tanpa ada jawaban.“Mbak kita ini mau kemana?” tanya Pak Hadi. Karena memang udah muter-muter nggak jelas.“Nggak tahu, Pak. Pokoknya jalan saja terus dan pelan-pelan,” jawabku. Mata fokus mengedarkan pandang. Berharap mata ini bisa menemukan Mas Angga.‘Mas, kamu di mana? Ibu juga kenapa pakai acara nggak mau makan di
Baca selengkapnya

Bab 77 (Season Dua)

Benalu part 77POV MARTINA“Pak ikuti mobil itu!” perintahku kepada Pak Hadi seraya menunjuk ke arah mobil itu.“Siap, Mbak!” sahut Pak Hadi. Mobil terus mengikut kemana mobil berwarna merah maroon itu melaju. Aku yakin akan menemukan titik terang dari masalahku ini. Aku juga harus bertemu dengan Berlin. Apa, sih, maunya? Padahal aku udah lama nggak ada hubungan dengan kakak Iparnya.Aku juga nggak minta Haris bertanggung jawab atas kehamilanku. Aku juga tak ada melabrak istri Haris. Terus kenapa Berlin selalu mengusikku? Aku juga sudah lama menghilang dari kehidupannya. Apa, yang dia inginkan?Ah, mobil itu entah kemana akan pergi. Yang jelas aku dan Pak Hadi masih setia membuntutinya. Mau sampai manapun aku kejar. Yang penting aku bisa menyelamatkan Mas Angga. entah, lah, hati ini yakin kalau Mas Angga di culik oleh dia. Walau bukan dia yang menculik. Pasti Berlin bayarin orang untuk menculik Mas Angga. Dia pasti nggak mau tangannya kotor. “Mobil ini mau kemana, ya, Mbak? Dari tad
Baca selengkapnya

Bab 78 (Season Dua)

Benalu part 78POV DEWIKarena penasaran aku segera menyambar gawai Mita yang sedang di baca Mas Romi. Mas Romi masih melongo melihatku menyambar gawai Mita. Dengan cepat dan nggak sabar aku ingin membaca isi gawai itu. Seperti inilah isi gawai pesan singkat gawai Mita.[Hai, Mit! Besok bisa datang nggak di acara ultah Tata?] pesan masuk pertama dari nomor yang Mita kasih nama. Hilda.[Hai juga, Da! Datanglah, nggak enak sama Tata kalau nggak datang, kamu sendiri datang nggak?] balas Mita.[Datang, dong! Sekalian mau ngenalin pacar ke teman-teman,] begitulah jawaban dari Hilda.[Ok. sampai ketemu besok, ya!] balas Mita. [Sipp] balas Hilda lagi.“Nggak ada yang mencurigakan, Mas,” ucapku. Mas Romi mendesah. Karena itu chat terakhir yang ada di gawai Mita. Lainnya biasa-biasa. Hanya menanyakan kabar dan hal remeh temeh lainya.“Iya, memang nggak ada yang aneh, tapi itu chat terakhir yang mengajak Mita keluar,” sahut Mas Romi. Aku masih terus memeriksa gawai Mita. Berharap ada chat lain
Baca selengkapnya

Bab 79 (Season Dua)

Benalu part 79POV RAMA“Dek, kamu ini kenapa?” tanyaku kepada Rizka yang nadanya meninggi saat aku menelpon Dewi. Seketika aku matikan saja telponnya. Karena aku nggak mau Dewi dan Romi mendengar keributan kami.“Mila itu anakku, Mas,” sahut Rizka. Mila sudah di ajak ke belakang sama Bi Yuli. Karena aku lihat Mila ketakutan melihat Rizka. “Semua orang tahu kalau Mila itu anak kamu,” sahutku pelan. Aku harus bisa mengontrol emosi. Jangan sampai aku ikut membentaknya. Dia lagi hamil, mungkin hormonnya lagi naik turun. ‘Sabar Rama, Sabar! Istrimu lagi hamil,’ lirihku dalam hati.“Aku nggak suka Mila dekat-dekat dengan Mbak Dewi,” sungut Rizka. aku hanya bisa mendesah. Untuk pertama kalinya Rizka ngomong kasar kayak gini. Untuk pertama kalinya juga Rizka membahas keberatan Mila dekat sama Dewi. Biasanya dia aman-aman saja. Tenang-tenang saja. Entahlah.“Kenapa, Dek? Kenapa baru sekarang kamu mempermasalahkannya?” tanyaku. Rizka membuang muka. Mungkin dia nggak terima dengan ucapanku. ‘T
Baca selengkapnya

Bab 80 (Season Dua)

Benalu part 80POV MARTINAPak Hadi segera menuntunku masuk ke dalam mobil. Perut ini terasa sangat nyeri. Ngilu, karena Berlin lumayan kuat juga tadi mendorongku. Dengan menahan perutku yang masih ngilu, aku masih berusaha memainkan gawai. Menekan nomor Mas Angga. Tapi, masih saja tidak tersambung.“Kamu di mana sih, Mas?” lirihku. Air mata ini keluar lagi, selain merasakan sakit di perut juga merasakan cemas di hati.“Mbak, tadi harusnya jangan langsung menyerang perempuan tadi. Dari wajahnya saja saya menilai dia bukan orang baik,” celetuk Pak Hadi, yang berkali-kali melihatku ke arah spion depan.“Sayan tadi udah nggak sabar, Pak! Sudah memuncak emosi saya,” sahutku. Pak Hadi terlihat mendesah.“Iya, tapi kalau kayak gini kita nggak dapat info apa-apa tentang Mas Angga, Mbak. Terus ini gimana? Apa kita pulang? saya nggak tega lihat Mbak Tina kesakitan kayak gitu,” ucap Pak Hadi masih sering memperhatikanku di spion depan.“Jangan, Pak. Kita jangan pulang. Aku masih ingin terus men
Baca selengkapnya

Bab 81 (Season Dua)

Benalu part 81POV DEWIHari ini aku kembali menjenguk Mita di Rumah Sakit. Keadaan masih sama saja. Masih di infus. Cuma bedanya dia udah nggak teriak-teriak. Dia udah bisa di ajak bicara.“Om bisa kita bicara sebentar?” tanyaku lirih di telinga Om Heru. Om Heru mengangguk. Tanpa menjawab. Kemudian aku dan Om Heru keluar dari ruangan Mita di rawat. Aku mengkode Mas Romi dengan tatapan mata. Untung saja dia mengerti. Akhirnya ikut membuntutiku dengan Om Heru. Tante Tika masih di dalam. Menunggu Mita. Mata Tante Tika masih sembab. Pasti dia masih menangis terus karena nasib buruk yang menimpa anaknya.“Ada apa, Wi?” tanya Om Heru setelah sudah sampai di luar ruangan Mita di rawat. Aku membahas Mita nggak mungkin di dekat Mita bahasnya.“Om, Dewi nemuin hape Mita! dia terakhir chat sama Gio ngajak ketemuan, Om kenal dengan yang namanya Gio?” tanyaku. Om Heru terlihat mengerutkan kening.“Gio, Gio, Gio,” Om Heru menyebut nama itu berkali-kali. Seakan lagi mengingat-ingat. Aku dan Mas Ro
Baca selengkapnya

Bab 82 (Season Dua)

Benalu part 82POV DEWI[Kenapa kamu nggak datang lagi waktu itu? aku nunggunya sampai lumutan] seperti itulah chat baru dari Gio. Padahal kami belum ada balas.“Astaga! lihat chat Gio, kayaknya dia nggak tahu apa-apa, ya?” ucapku dengan mata masih fokus membaca pesan chat itu.“Iya, berarti Mita nggak datang di lokasi janjian?” sahut Om Heru.“Coba, Dek, balesin lagi!” perintah Mas Romi.“Di balesin gimana?” tanyaku, karena kalau aku menilai chat Gio yang kayak gini, berarti Gio nggak tahu apa-apa. Tapi, entahlah. Bingung rasanya membongkar teka-teki ini.“Bilang aja, aku terkena musibah,” ucap Mas Romi. Aku mendesah dan masih memikirkan balasan yang tepat untuk Gio ini.“Kalau dia tanya musibah apa?” tanyaku balik. Karena aku yakin Gio pasti akan bertanya kayak gitu. Itu udah otomatis. Karena aku sendiri kalau dapat balasan dapat musibah jelas jiwa kepo langsung meronta.“Udahlah, pokoknya ikuti aja dulu saran, Mas,” ucap Mas Romi.“Iya, Wi, nggak ada salahnya. Balas gitu saja dulu,
Baca selengkapnya

Bab 83 (Season Dua)

Benalu part 83POV DEWI“Sus, kamar Mita Faradiba di mana, ya?” tanya laki-laki yang di tunjuk Mas Romi. Berarti betullah dia itu Gio.“Owh, kamar 151 Pak sebelah sana,” jawab suster cantik itu. Laki-laki itu langsung memandang ke arah yang di tuju suster itu.“Iya, Mas, dia Gio,” celetukku, mata kami masih mengarah ke laki-laki itu.“Masak Mita sayang-sayangan sama-sama yang jauh lebih tua? Kebangetan lagi,” ucap Mas Romi seakan bertanya. Aku melirik ke Om Heru. Dia mendesah dengan mata yang masih memandang ke laki-laki itu.“Nyatanya dia nyari kamar Mita? sedangkan yang arah ke sini, kan, memang Gio,” sahutku. Aku juga ikut mendesah. Lihat wajahnya yang sudah bisa di bilang tidak muda. Tapi? Mita kok, manggilnya nggak mas atau kakak atau apalah. Manggilnya nyebut nama saja.“Iya juga, sih,” jawab Mas Romi. Mata kami masih memandang ke laki-laki yang menuju ke sini. Laki-laki yang sudah sangat dewasa. Mungkin nggak selisih jauh dengan Om Heru. Mungkin bisa di bilang adiknya Om Heru.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status