"Ma, bagaimanapun Zhee adalah istriku. Diterima ataupun tidak dia tetap istriku, Ma. Kami berdua menikah secara agama maupun negara," ujar Muzammil menjelaskan. "Aku tidak peduli, jangan bawa dia pulang ke sini, Zammil!" pesan mamanya. "Apa maksudnya, Ma? Dia istriku berhak mendapat perlakuan yang layak, Ma," bantah Muzammil. "Kalau kamu mau mamamu lekas pergi dari dunia ini, silakan!" sahutnya. "Mama?" pekik Muzammil. "Mama menunggu kepulanganmu secepatnya, tanpa alasan!" ujarnya kemudian menutup teleponnya. Aku mendengarkan semua pembicaraan ibu dan anak itu. Aku merasa bersalah telah menciptakan masalah diantara mereka hanya gara-gara Muzammil menikahiku. "Zhee, maafkan aku ...," kata Muzammil terputus. "Tidak perlu minta maaf, Kak Zammil! Bukankah kita hanya menikah bohongan, Kak Zammil hanya ingin menolongku belaka," ujarku pelan menahan sedih. "Tidak begitu, Zhee, tidak ada yang salah dengan pernikahan kit
Read more