Beranda / CEO / Suamiku Pangeran Muda / 59. Malam Pertama Muzammil

Share

59. Malam Pertama Muzammil

Penulis: Roesaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Hati-hati kamu bicara, Zhee! Di sini banyak telinga, dinding pun ikut mendengarkan," pesan Muzammil sambil telunjuknya menutup bibirku yang sedang berbicara.

Kami saling berpandangan, perlahan tanganku meraih tangan Muzammil dan aku mencium tangannya sambil berlutut.

"Maafkan aku, Kak Zammil! Jangan tinggalkan aku, ampuni semua kebodohanku," ucapku menangis menyesal.

"Apa yang kamu lakukan, Zhee? Berdirilah, jangan buat aku merasa berdosa atas keadaanmu!" perintah Muzammil datar.

"Apa yang harus aku lakukan, Kak Zammil? Haruskah kugugurkan bayi ini?" tanyaku berbisik.

"Jangan berbuat keji dengan membunuh bayi yang tidak berdosa, Zhee, itu sama halnya dengan Faruq, biadab! Setelah melihat di layar USG tadi, kamu masih bisa berbuat ingin menyingkirkannya?" ketus Muzammil berbisik.

"Apa yang harus saya lakukan, Kak Zammil?" tangisku tersedu. "Aku tidak mungkin melakukan kebohongan sebesar ini dan seorang pangeran malah membantuku seperti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Pangeran Muda   60. Pertemuan Aku dan Iqbal di Pesta

    Muzammil mengantarkan aku untuk dirias dan gaun dari desainer ternama. "Aku hanya ingin kamu percaya diri, Zhee," kata Muzammil dengan pelan. "Aku takut membuat kamu malu, Kak Zammil!" kataku ragu. "Tidak perlu takut! Santai saja, kamu tidak perlu banyak interaksi dengan mereka. Aku akan selalu menemanimu!" janji Muzammil. Dia memberiku keberanian, aku semakin percaya diri. Saat Muzammil menggandeng aku turun dari mobil, aku bahagia sekali. Sorot kamera banyak tertuju kepada kami berdua. Para wartawan mengerumuni kami dan semua pertanyaan dijawab oleh Muzammil dengan sopan dan ramah. Aku hanya tersenyum ramah, dan mengangguk mengiyakan saat Muzammil memandangku lembut. "Apakah istri anda juga seorang putri raja atau seorang keturunan bangsawan?" tanya salah seorang wartawan. "Dia seorang Cinderella," jawab Muzammil sambil menggenggam tanganku dan tersenyum menatapku. "Hah Cinderella!" ujar para wartawan saling bergu

  • Suamiku Pangeran Muda   61. Keguguran Lagi

    "Siapa kamu? Kenapa kalian berpelukan begitu mesra dengan Iqbal?" tanya Marwa yang datang mendekati kami. "Maaf Kak, dia persis adik saya, lama saya tidak bertemu dengannya. Dia bersekolah di Amerika," jawabku berbohong. "Aneh, bukan apa-apa, cuma mirip adik kamu bisa memperlakukan dia semesra itu? Nggak masuk akal banget sih, Zhee!" ujarnya sambil memeriksa aku dengan cermat. "Kamu mengingatkan aku pada Fahim," lanjutnya sambil menarik tangan Iqbal dan membawanya pergi. "Anakku," desahku. Aku cemburu melihat Marwa memperlakukan Iqbal seperti itu. Dia menjaga dan mengawasi seperti anaknya sendiri. Bagaimana kalau Iqbal akhirnya menyayanginya dan melupakan aku? "Ada apa, Zhee?" tanya Muzammil yang tiba-tiba muncul. "Aku menahan Faruq malah Marwa yang datang," lanjutnya. "Tidak apa-apa, Kak Zammil, aku takut kehilangan Iqbal! Aku takut Iqbal akan melupakan aku, setelah mendapat perhatian lebih dari Kak Marwa," ujarku. "Tida

  • Suamiku Pangeran Muda   62. Percobaan Pembunuhan

    Aku masih shock, akhirnya aku harus keguguran lagi. Tapi demi menyelamatkan Iqbal yang juga anak kesayanganku. Sebagai ibu aku berada di posisi dilema, keduanya merupakan buah hatiku. Aku jadi berpikir, pasti kini Faruq sudah mengetahuinya kalau aku adalah Fahim. Aku teringat Iqbal histeris berteriak memanggil umi saat aku mendorongnya minggir dan mobil menabrakku. Sekarang dia berada di dekatku, aku tidak mau lagi melihat wajahnya. "Kak Zammil, suruh orang itu pergi, aku tidak mau melihat wajahnya!" pintaku. Muzammil memandang Faruq dengan berharap tanpa berucap. "Biarkan Iqbal menemaniku sebentar saja, ada yang ingin aku bicarakan!" pintaku lagi. "Aku hanya ingin bertanya kepada Fahim, apakah bayi itu adalah anakku? Jawab yang jujur, Fahim!" pinta Faruq memohon. "Kamu gila ya, bagaimana kamu berpikiran sepicik itu. Aku istrinya Kak Zammil bagaimana mungkin hamil anak kamu? Pergi ... pergi aku bilang!" teriakku his

  • Suamiku Pangeran Muda   63. Kedatangan Permaisuri dan Hema

    Aku sudah berusaha mengingat-ingat tato siapakah itu tapi tidak bisa mengingatnya. "Bagaimana kalau Sultan Mahmud mendengar tentang insiden ini, Kak Zammil?" tanyaku takut dan sedih. "Lambat laun beliau pasti mendengarnya, Zhee, tapi sebelum itu terjadi kita berusaha lagi ya? Semoga Allah lekas mengaruniakan lagi si kecil buat kita," bisik Muzammil. Dokter sudah mengijinkan aku pulang ke rumah. Muzammil mendorong kursi rodaku sampai di depan pintu mobil. Fattah membantu membawakan koper ke mobil dan di tata di bagasi. Kemudian mobil melaju kencang menuju ke rumah. Sepanjang perjalanan Muzammil memeluk tubuhku dengan sayang. Tubuhku yang masih lemah dan tidak berdaya membuatku semakin nyaman terlindungi. Dret ... dret ... dret! Ponsel Muzammil bergetar, mamanya yang menelepon. "Assalamualaikum, Sayang?" sapanya. "Waalaikum salam, Ma," jawab Muzammil pelan. "Kamu dimana, Sayang?" tanya mamanya. "Aku lagi di

  • Suamiku Pangeran Muda   64. Terkuak Siapa Zhee

    Permaisuri sangat terkejut melihat Muzammil membentak Hema, bagaimanapun Hema adalah istri pilihannya. "Zammil, kamu marah kepada Hema hanya karena dia, seorang pembantu Indonesia yang tidak berpendidikan dan udik. Yang benar saja?" sahut Permaisuri emosi. "Aku cuma ingin dia tidak asal nyeplos, aku ingin mereka bisa saling menghargai," usul Muzammil. "Dia mau dihargai? Pantaskah? Apanya yang perlu dihargai, semua yang ada padanya tidak berharga," ejek permaisuri sambil menatapku. Aku hanya diam dan menunduk takut. Aku menyadari apa yang dikatakan permaisuri itu benar. Padahal dia belum mengetahui siapa aku? Kalau saja dia tahu pasti akan lebih sulit bagiku masuk istana Muzammil. Aku wanita kotor yang hanya membawa aib. "Kalau saja bayi itu masih hidup, dia bisa mengangkat sedikit hargamu," lanjutnya. "Sudah Ma, aku dan Zhee sudah cukup tersiksa dengan kehilangan anak kami, jangan ditekan lagi!" pinta Muzammil pelan. "Lihat apa

  • Suamiku Pangeran Muda   65. Berbagi Ranjang

    Iqbal sambil menarik tangan Faruq, mengajak Faruq pulang. Dengan terpaksa dan berat hati Faruq mengikuti Iqbal. Padahal dalam benaknya berapi-api ingin membongkar semua rahasia tentang cinta segitiganya. "Apa yang sedang kamu alami di sini, Sayang? Kamu dimanfaatkan oleh wanita rendahan seperti dia. Mama tahu kamu orang yang murah hati, tapi tidak seharusnya sembarangan orang yang mendapatkannya," hardik permaisuri. "Ma, aku mencintai Zhee, tanpa syarat," gumam Muzammil. "Tapi aku menerima menantu penuh syarat, dan semua syarat itu tidak ada pada Zhee. Kamu tahu, kalau papamu tahu siapa Zhee, dia akan bersikeras memisahkan kalian berdua. "Aku rela melepaskan status pangeranku untuk orang yang aku cintai, Ma," gumam Muzammil pelan dan tegas. "Kamu gila, Zammil! Kamu kena sihir ya? Aku dengar di Indonesia banyak terkenal ilmu hitam dan sihir. Sehingga kamu tidak bisa berpikir waras," hardik permaisuri. "Ma, sihir itu ada di mana-mana buk

  • Suamiku Pangeran Muda   66. Cinta Semakin Bersemi

    Aku jadi penasaran, ingin mengetahui kenapa Hema memanggil Muzammil? Dengan tertatih-tatih aku memaksa berjalan mendekati pintu ingin menguping. "Pangeran, tolong kasih masukan, ini foto pernikahan kita dipasang dimana?" tanya Hema manja. "Terserah, kamu bisa pasang dimanapun kamu suka, kan tempatnya luas!" jawabnya ketus. "Jangan begitu, Pangeran! Tadi di kamar kita sudah kupasang satu, ukurannya sama besarnya dengan ini. Terus ini masih sisa dua, dipasang dana dong?" tanya Hema merajuk. "Kamarku? Kenapa kamu pasang di kamar, Hema? Kamar kamu di sebelahku, bukan di kamarku," kata Muzammil tegas. "Apa maksudmu?" sahut Hema. "Maaf Hema, aku belum terbiasa tidur dengan orang lain. Ada kamar kosong pas di sebelahku, kamu boleh tidur di sana," jawab Muzammil. "Omong kosong apa ini, Zammil? Masak iya kamu tidur sekamar dengan istrimu, serasa tidur dengan orang lain?" sahut permaisuri turun dari tangga. "Maafkan aku, Ma! Aku

  • Suamiku Pangeran Muda   67. Diagnosa Mandul pada Hema

    Sekarang kami berpisah kamar, Muzammil di lantai dua dan aku di bawah, sederetan dengan kamar pembantu. Pukul 03.00, seperti biasa aku bangun untuk sholat Tahajud. Karena aku tidak bisa berjalan jauh, aku melakukannya di kamar. "Zhee!" panggil Muzammil sambil membuka pintu kamarku. Saat itu aku sedang sholat, sehingga aku tidak merespon panggilannya. Aku mendengar dia menutup kembali pintu kamarku. Setelah sholat tahajjud, seperti biasanya Muzammil membaca dan menghafal Al-Qur'an. Perlahan aku menghampirinya sambil membawakan secangkir kopi. "Terima kasih, Sayang," ucapnya setelah aku menaruh kopi di depannya. "Tidak perlu berterima kasih, Kak Zammil," jawabku. "Bagaimana keadaanmu, Zhee?" tanya Muzammil. "Aku sudah baik-baik saja," jawabku. "Duduklah, Zhee!" perintah Muzammil. "Tidak Kak Zammil, aku takut Putri Hema dan permaisuri bangun, aku kembali ke kamar saja," jawabku. Dengan tertatih-tatih

Bab terbaru

  • Suamiku Pangeran Muda   109. Akhir Cinta Segitiga

    Ternyata orang yang sangat kucintai menusukku dari belakang. Diam-diam dia akan mengambil Erkan dariku. Pandainya dia bersandiwara seolah dia adalah pahlawanku, pelindungku juga anak-anak. Ternyata dia ular yang berbisa. Semenjak aku mendengar telepon dari Hema itu aku harus lebih hati-hati kepada Muzammil."Faruq, berikan Erkan kepadaku!" pinta Muzammil kepada Faruq.Dengan suka hati Faruq memberikannya kepada Muzammil. Aku menatapnya dengan kecewa, "harusnya kamu menjaganya, Pangeran, bukannya malah akan menculiknya," batinku."Aku akan menyuapinya, Pangeran," kataku."Suapi saja biar kugendong," usul Muzammil.Tanpa berontak terpaksa aku menyuapi Erkan yang dalam gendongan Muzammil. Sambil bergurau riang menghibur Erkan agar mudah makan. Aku melihat Faruq terpaku menatapku, perasaan canggung mulai menghinggapiku."Assalamualaikum ...?" sapa Marwa yang tiba-tiba muncul di depan kami."Waalaikum salam," jawab kami bersamaan."Marwa?" panggil Faruq terkejut."Nyonya Marwa?" panggilku

  • Suamiku Pangeran Muda   108. Pengkhianatan Muzammil Terbongkar

    Muzammil terkejut ternyata yang menelepon pengawal istana dan mengabarkan hasil penyelidikannya. Ternyata benar wanita yang aku curigai itu adalah Marwa. Berarti Marwa ada di Indonesia? Apa yang dilakukan di negaraku? Apa karena Faruq dan Iqbal belum pulang ke Inagara? Apakah Marwa sudah tahu kalau Faruq sedang sakit? Kalau benar dia sudah tahu tapi kenapa masih mengejar-ngejar Faruq? Apa itu artinya cinta Marwa tulus kepada Faruq? Faruq tidak boleh menyia-nyiakan ketulusan hati seorang istri. Aku tahu Marwa begitu membenciku karena rasa cemburunya yang begitu buta karena takut kehilangan Faruq. Tapi kalau ternyata dia belum mengetahui kalau Faruq sedang sakit, apa yang akan terjadi bila akhirnya dia tahu? Apakah dia akan meninggalkannya?"Awasi terus jangan sampai kehilangan jejak!" perintah Muzammil kepada pengawal istana kemudian menutup teleponnya."Ternyata feeling kamu benar, dia adalah Marwa," gumam Muzammil."Aku takut, Pangeran!" ujarku lirih.Muzammil segera memelukku, hang

  • Suamiku Pangeran Muda   107. Salah Paham

    Aku sudah kembali ke rumah, betapa bahagianya melihat Iqbal dan Erkan serta adik barunya bermain dengan rukunnya.. Gadis yang manis itu akan aku adopsi dengan nama Naura. Sepertinya itu nama yang cantik dan cocok buat dia. Aku dan Muzammil menemani mereka bermain di teras rumah."Iqbal suka punya adik cantik dan manis seperti dia?" tanyaku kepada Iqbal."Suka, Umi," jawab Iqbal. "Aku senang tinggal di sini, Umi, rasanya tidak ingin kembali ke Inagara," gumamnya."Kasihan abi juga opa dan oma, Sayang," hiburku."Nanti Iqbal akan semakin sering bertemu dengan mereka, jangan khawatir!" Muzammil juga menghiburnya."Iqbal sayang kan sama adik-adik?" tanyaku."Iya Umi, aku sayang banget sama adik-adikku, mereka imut," sahut Iqbal. "Sekarang adikku ada dua iya kan, Abi?" lanjutnya bertanya Muzammil."Iya, ada dua, kamu mau nambah lagi?" kelakar Muzammil."Ih apaan sih, Pangeran, mereka masih kecil-kecil repot tahu?" selaku berbisik sambil mencubit lengan Muzammil."Auh sakit, Zhee!" tawa Muz

  • Suamiku Pangeran Muda   106. Surat Wasiat dari Ibu

    Aku segera membacanya, betapa terkejutnya hatiku membaca isinya. Ibu menginginkan aku menikah dan bahagia dengan Faruq. Karena di depan matanya Faruq banyak melakukan pengorbanan dan selalu melindungiku. Ibuku menyaksikan sendiri betapa besar cinta Faruq untukku. Sementara dengan Muzammil dia belum pernah bertemu. Meskipun Muzammil seorang sultan dari Kerajaan Tukasha ternyata tidak membuat ibuku silau dengan pangkat dan derajat."Apa isinya, Zhee?" tanya Muzammil yang ikut mengamati surat itu."Bukan apa, Pangeran," jawabku. "Untung kamu tidak mengerti bahasanya," pikirku dalam hati."Kita lihat ibuku, kamu belum pernah melihat ibu kan?" kataku sambil menggandeng tangan Muzammil mencari jenazah ibu di baringkan.Dengan penasaran dia mengikutiku menuju ruang tengah. Aku melihat jenazah ibu sudah dimasukkan keranda. Akhirnya paman dan beberapa orang membantu membuka keranda itu agar aku bisa melihatnya untuk terakhir kalinya."Jangan menangis, Fahim, jangan sampai air matamu menetes di

  • Suamiku Pangeran Muda   105. Cinta Tidak Harus Memiliki

    Entah apa yang sedang kupikirkan, tiba-tiba saja aku balik kanan dan berlari sambil menggendong Erkan. Tanpa berpikir lagi Muzammil sedang di sisiku. Juga hampir lupa bahwa Erkan sedang dalam gendonganku. "Zhee!" teriak Muzammil memanggilku. Aku tidak menggubrisnya lagi, yang ada di otakku wajah Faruq yang melemah dan butuh dukungan orang yang dicintainya. Tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu ruang dokter spesialis kanker atau Dokter Onkologi. Tanpa ragu aku menerobos masuk. "Nyonya, ada apa ini?" hardik perawat spontan. Aku tidak peduli, aku terus masuk hingga akhirnya menerobos ruang periksa dokter. "Siapa dia, Tuan?" tanya dokter dalam bahasa Inggris. "Dokter, bagaimana keadaannya?" sahutku panik. "Apa dia istrimu, Tuan?" tanya dokter lagi. "Saya keluarganya, Dok," jawabku. "Kebetulan, Nyonya, silakan duduk!" perintah dokter. "Hanya dukungan keluarga yang paling dibutuhkan. Satu-satunya jalan dia harus kemoterapi, Nyonya, tapi Tuan Faruq menolaknya," ujar dokter

  • Suamiku Pangeran Muda   104. Saat Cinta Diuji

    Aku dan Faruq terbelalak kaget tidak mengira Muzammil tiba-tiba muncul. Dan kami tidak siap jawaban dengan pertanyaan itu. Aku dan Faruq saling berpandangan. Ada rasa tidak nyaman dengan kehadiran Muzammil terpancar di wajah Faruq."Ada apa kalian? Kenapa kelihatan tegang seperti itu?" tanya Muzammil sok polos."Penyusup itu, dia ... dia ... meninggal," ujarku pelan dan terbata-bata."Bagaimana bisa? Bukankah sebelumnya dia baik-baik saja?" tanya Muzammil heran. "Bagaimana bisa dengan tiba-tiba dia meninggal?" lanjutnya."Pura-pura!" sahut Faruq menggumam lirih."Maksudmu?" bentak Muzammil heran.Sontak mataku memberi isyarat agar Faruq bisa menahan diri. Belum saatnya kita membongkar kejahatan ini karena bukti belum jelas. Akhirnya Faruq pun menahan diri. Muzammil hendak membuka pintu ruang penyusup itu dirawat tapi perawat lebih dulu membuka pintu dan keluar membawa jenazah pindah ke kamar mayat."Mana mungkin? Dia satu-satunya harapan kita untuk mengungkapkan misteri kejahatan ini?

  • Suamiku Pangeran Muda   103. Curiga

    Muzammil menarik tanganku dan mengajak ke ruang keamanan. Aku hanya pasrah dan mengikutinya bahkan Faruq pun mengikuti kami berdua. "Jaga kamar anak-anakku, Burhan, jangan sampai kecolongan lagi!" pesan Muzammil sambil mempercepat langkahnya menyempatkan menghubungi bodyguard yang menjaga kamar Iqbaal dan Erkan. "Aku takut anak-anak dalam masalah, Pangeran!" sahutku. "Atau biar aku yang menunggu mereka, Zammil?" usul Faruq. "Iya, Faruq, tolong!" jawab Muzammil. Akhirnya Faruq berhenti sejenak karena terlalu lemah fisiknya, dan kami pun juga berhenti mengikuti Faruq. "Kamu baik-baik saja, Faruq?" tanya Muzammil. "Aku hanya capek," jawabnya singkat dibalik napasnya yang berpacu. "Pangeran, bolehkah aku mengantar Tuan muda ke kamarnya? Kasihan dia pucat sekali," pintaku dengan pelan agar pangeran tidak cemburu. Aku melihat dia sedang berpikir, aku tidak tahu apa yang ada dalam otaknya.Tapi aku lebih kasihan melihatnya tampak kesakitan dan melemah. "Tidak perlu, Fahim, aku tidak

  • Suamiku Pangeran Muda   102. Musuh Dalam Selimut

    Kita bertiga mendatangi kamar dimana penyusup itu dirawat. Dia masih belum sadarkan diri. Di depan pintu masuk ada empat bodyguard sedang berjaga."Dia sepertinya orang Indonesia, Fahim," gumam Faruq lirih. "Betul, Tuan muda," jawabku setuju dengan pendapat Faruq. "Tapi untuk siapa dia bekerja, apa salahku?" lanjutku meruntuk. "Kita tidak mengenalnya, bahkan aku dan ibu tidak punya musuh di sini," lanjutku sambil mengingat-ingat.Tiba-tiba dokter datang bersama perawat untuk memeriksa pasien."Pak Faruq, kenapa bapak tidak istirahat malah jalan-jalan kemari," tanya dokter begitu bertemu Faruq sedang berada di kamar pasien lain."Iya Dokter, sebentar lagi saya kembali ke kamar," jawab Faruq."Dokter Farid yang menangani anda adalah dokter terkenal di Indonesia, semoga bisa membantu masalah anda, Pak Faruq," kata dokter Bagus."Amiin," sahut Faruq dan Muzammil bersamaan."Bagaimana keadaan pasien ini, Dok?" tanya Muzammi."Keadaannya sudah stabil, dia akan segera sadar," kata dokter op

  • Suamiku Pangeran Muda   101. Penyusup Terbunuh Misterius

    Tiba-tiba dokter dan perawat gadungan itu keluar dari kamar sambil menggendong paksa Erkan. Dia menconcongkan pistol ke kepala Erkan mengancam kalau kita mengadakan perlawanan maka peluru itu akan menebus kepala Erkan. "Apa yang kalian inginkan sebenarnya? Kenapa harus menghukum bayi yang tidak berdosa? Kalau urusan kalian kepadaku atau pangeran ayo kita selesaikan kita bicara," usulku. Dua orang penjahat itu tidak merespon justru semakin kelihatan garang. Mereka semakin lari menjauh mencari jalan keluar. Yang membuat aku penasaran apa yang mereka inginkan. Kenapa selalu ingin menculik Erkan? Aku ingin lari mengikutinya, tapi sontak Muzammil menarik tanganku dan menghentikanku. "Tenangkan hatimu, Zhee!" pinta Muzammil. "Bagaimana bisa tenang, anakku dalam bahaya? Setelah hilang beberapa hari kini harus diculik lagi," tangisku menggerutu. "Dia sudah mulai berjalan keluar rumah sakit, awasi dan ikuti terus jangan sampai kehilangan jejak!" perinta Muzammil lewat telepon kepada sese

DMCA.com Protection Status