Aku masih terdiam tak percaya, seolah semua bagai mimpi. Muzammil telah mengetahui segalanya, bukan saja luka di paha yang sedang kututupi, tapi luka di hatiku pun dia mengetahuinya juga. "Apalagi yang sedang kamu renungkan, hah? Udah tidur saja, aku menundanya pulang ke rumahku. Aku akan merawat kamu dulu," ujar Muzammil. "Tidak perlu, Pangeran, aku sudah tidak apa-apa. Nanti keluarga Pangeran menunggu, kasihan mereka datang dari Kerajaan Tukasha yang sangat jauh. "Ya sudah, gimana kalau sementara aku panggilkan Hermin ke sini, biar dia menemani kamu?" tawar Muzammil. "Bolehkah, Pangeran Muda? Apa bener pangeran akan memanggil Hermin untukku?" tanyaku seolah tak percaya. "Aku kan yang menawarkan? Tentu saja sudah kupikirkan sebelumnya. Santai saja, Hermin baik kok aku sudah mengenalnya lama sekali. Dia setiap Sabtu dan Minggu kerja paruh waktu di sini," Muzammil mengungkapkan. "Iya dia sangat baik, Pangeran, dia membantuku melewati se
Read more