Home / CEO / Suamiku Pangeran Muda / 55. Hermin dan Muzammil Terseret Hukum

Share

55. Hermin dan Muzammil Terseret Hukum

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kini Muzammil terperanjat dengan apa yang aku lakukan. Dia terdorong ke belakang beberapa langkah. Aku terperanjat dan menyesal dengan apa yang aku lakukan. Aku mencintainya juga merindukannya, tapi kenapa justru ini yang aku lakukan setelah bertemu. Aku  menyesalinya, tapi semua sudah terlanjur pasti Muzammil sangat kecewa denganku. Bagaimana cara aku memperbaikinya?

"Maafkan aku, Kak Zammil!" kataku pelan.

"Tidak apa-apa, Zhee. Aku terlalu tergesa-gesa ya? Aku rindu sekali padamu. Aku tidak menyangka Fuad bisa membuat lukisanku menjadi nyata. Kalau orang membuat manusia menjadi lukisan itu adalah hal yang biasa, tapi ini sebaliknya. Fuad bisa membuat lukisan menjadi nyata," kata Muzammil.

"Tapi apakah ini tidak haram, Kak Zammil? Aku takut ini adalah  perbuatan dosa besar, " kataku ragu.

"Hanya antara kita sama Allah yang tahu, Zhee. Tujuan kita hanya ingin menyelamatkan diri dari niat jahat orang dzolim, Zhee!" kata Muzammil menghiburku.<

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Pangeran Muda   56. Kedatangan Sultan Mahmud

    Aku tidak berani mengatakan ini pada Muzammil. Aku sudah terlambat tujuh hari, ini membuat perasaanku berdebar tak menentu. Bagaimana kalau aku hamil anaknya Faruq sementara aku sedang jadi istrinya Muzammil. Kini Sultan Mahmud benar-benar datang ke Inagara. Dia bertemu dengan dengan Raja Inagara sebelum menemui Muzammil dan aku. Dari pertemuan kedua orang penguasa itu, semua masalah selesai dan tertutup rapi. Ada negosiasi tentunya, yang orang kecil dan rendahan seperti aku jelas tidak mengerti. Aku mendengar Muzammil sedang telepon dengan papanya, hatinya berbunga-bunga. Dia begitu bahagia, tapi aku hanya menatapnya dari jauh. Ada rasa bersalah dan benci pada diriku sendiri. Kalau sampai Sultan Mahmud tahu aku hanya TKW yang dijadikan budak nafsu majikan dan akhirnya punya anak, bahkan sekarang sedang mengandung anaknya. Tentu ini bukan hanya aib, tapi harga diri kerajaan akan hancur hanya karena Fahim yang hina dan nista ini. "Iya Pa, saya share lokasi ya?

  • Suamiku Pangeran Muda   57. Hamil Anaknya Faruq

    Aku akhirnya menuruti keinginan Muzammil untuk membuka cadarku untuk mengobati rasa penasaran mereka. Sambil membuka cadarku aku memperkenalkan diri. "Hei Kakak, nama saya Zhee Amalia," ujarku sambil membuka cadarku dan menundukkan tubuh tanda hormat. "Wow cantik sekali istrimu, Kak Zammil," ujarnya takjub. "Subhanallah!" lanjutnya. Aku juga menatap Faruq yang penasaran memperhatikan aku sejak awal. Dia pasti sedang curiga kalau wanita yang bersama Muzammil adalah Fahim. Aku tidak tahan menatap mata Faruq, dia pasti akan mengenaliku bila tahu aku sedang gugup. Maka itu aku harus menghindari tatapan matanya. Aku segera menutup kembali cadarku. Muzammil memperhatikan aku yang salah tingkah saat di depan Faruq, dia segera meraih tanganku dan merangkul pundakku. "Ih romantis sekali," kata Marwa. Aku hanya mengangguk, aku melihat tangan Faruq merangkul pinggang Marwa mesra juga. Tiba-tiba hati perih dan sesak, apakah ini cemburu?

  • Suamiku Pangeran Muda   58. Restu Sultan Setelah Aku Hamil

    Aku menatap Muzammil yang tegang penuh emosi, tapi hebatnya dia bisa menahannya. "Kak Zammil, lekas bantu aku agar segera pulang ke Indonesia. Semakin lama aku di sini hanya akan membuatmu malu. Maafkan aku yang bodoh ini, Kak Zammil," ucapku. Muzammil hanya diam, mungkin kalau papanya tidak sedang disini dia pasti akan meluapkan emosinya. Tapi selama aku bersamanya tidak pernah sekalipun dia marah. "Masakkan sop buntut yang lezat buat papaku!" perintahnya. Kenapa dia tidak merespon kata-kataku sama sekali. Dia pasti terluka sekali, aku berkali-kali menyesalinya, tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur. Aku menyiapkan makan siang bersama Muzammil. Aneka masakan spesial Tukasha dan Inagara serta sop buntut masakan andalanku dari Indonesia. Menu kesukaan Muzammil dan papanya Kebab daging, Baklava dan Kofte. "Ayo kita makan bersama!" ajak Sultan Mahmud. "Ayo, Zhee!" ajak Muzammil, memaksakan diri berlagak romantis di depan papanya.

  • Suamiku Pangeran Muda   59. Malam Pertama Muzammil

    "Hati-hati kamu bicara, Zhee! Di sini banyak telinga, dinding pun ikut mendengarkan," pesan Muzammil sambil telunjuknya menutup bibirku yang sedang berbicara. Kami saling berpandangan, perlahan tanganku meraih tangan Muzammil dan aku mencium tangannya sambil berlutut. "Maafkan aku, Kak Zammil! Jangan tinggalkan aku, ampuni semua kebodohanku," ucapku menangis menyesal. "Apa yang kamu lakukan, Zhee? Berdirilah, jangan buat aku merasa berdosa atas keadaanmu!" perintah Muzammil datar. "Apa yang harus aku lakukan, Kak Zammil? Haruskah kugugurkan bayi ini?" tanyaku berbisik. "Jangan berbuat keji dengan membunuh bayi yang tidak berdosa, Zhee, itu sama halnya dengan Faruq, biadab! Setelah melihat di layar USG tadi, kamu masih bisa berbuat ingin menyingkirkannya?" ketus Muzammil berbisik. "Apa yang harus saya lakukan, Kak Zammil?" tangisku tersedu. "Aku tidak mungkin melakukan kebohongan sebesar ini dan seorang pangeran malah membantuku seperti

  • Suamiku Pangeran Muda   60. Pertemuan Aku dan Iqbal di Pesta

    Muzammil mengantarkan aku untuk dirias dan gaun dari desainer ternama. "Aku hanya ingin kamu percaya diri, Zhee," kata Muzammil dengan pelan. "Aku takut membuat kamu malu, Kak Zammil!" kataku ragu. "Tidak perlu takut! Santai saja, kamu tidak perlu banyak interaksi dengan mereka. Aku akan selalu menemanimu!" janji Muzammil. Dia memberiku keberanian, aku semakin percaya diri. Saat Muzammil menggandeng aku turun dari mobil, aku bahagia sekali. Sorot kamera banyak tertuju kepada kami berdua. Para wartawan mengerumuni kami dan semua pertanyaan dijawab oleh Muzammil dengan sopan dan ramah. Aku hanya tersenyum ramah, dan mengangguk mengiyakan saat Muzammil memandangku lembut. "Apakah istri anda juga seorang putri raja atau seorang keturunan bangsawan?" tanya salah seorang wartawan. "Dia seorang Cinderella," jawab Muzammil sambil menggenggam tanganku dan tersenyum menatapku. "Hah Cinderella!" ujar para wartawan saling bergu

  • Suamiku Pangeran Muda   61. Keguguran Lagi

    "Siapa kamu? Kenapa kalian berpelukan begitu mesra dengan Iqbal?" tanya Marwa yang datang mendekati kami. "Maaf Kak, dia persis adik saya, lama saya tidak bertemu dengannya. Dia bersekolah di Amerika," jawabku berbohong. "Aneh, bukan apa-apa, cuma mirip adik kamu bisa memperlakukan dia semesra itu? Nggak masuk akal banget sih, Zhee!" ujarnya sambil memeriksa aku dengan cermat. "Kamu mengingatkan aku pada Fahim," lanjutnya sambil menarik tangan Iqbal dan membawanya pergi. "Anakku," desahku. Aku cemburu melihat Marwa memperlakukan Iqbal seperti itu. Dia menjaga dan mengawasi seperti anaknya sendiri. Bagaimana kalau Iqbal akhirnya menyayanginya dan melupakan aku? "Ada apa, Zhee?" tanya Muzammil yang tiba-tiba muncul. "Aku menahan Faruq malah Marwa yang datang," lanjutnya. "Tidak apa-apa, Kak Zammil, aku takut kehilangan Iqbal! Aku takut Iqbal akan melupakan aku, setelah mendapat perhatian lebih dari Kak Marwa," ujarku. "Tida

  • Suamiku Pangeran Muda   62. Percobaan Pembunuhan

    Aku masih shock, akhirnya aku harus keguguran lagi. Tapi demi menyelamatkan Iqbal yang juga anak kesayanganku. Sebagai ibu aku berada di posisi dilema, keduanya merupakan buah hatiku. Aku jadi berpikir, pasti kini Faruq sudah mengetahuinya kalau aku adalah Fahim. Aku teringat Iqbal histeris berteriak memanggil umi saat aku mendorongnya minggir dan mobil menabrakku. Sekarang dia berada di dekatku, aku tidak mau lagi melihat wajahnya. "Kak Zammil, suruh orang itu pergi, aku tidak mau melihat wajahnya!" pintaku. Muzammil memandang Faruq dengan berharap tanpa berucap. "Biarkan Iqbal menemaniku sebentar saja, ada yang ingin aku bicarakan!" pintaku lagi. "Aku hanya ingin bertanya kepada Fahim, apakah bayi itu adalah anakku? Jawab yang jujur, Fahim!" pinta Faruq memohon. "Kamu gila ya, bagaimana kamu berpikiran sepicik itu. Aku istrinya Kak Zammil bagaimana mungkin hamil anak kamu? Pergi ... pergi aku bilang!" teriakku his

  • Suamiku Pangeran Muda   63. Kedatangan Permaisuri dan Hema

    Aku sudah berusaha mengingat-ingat tato siapakah itu tapi tidak bisa mengingatnya. "Bagaimana kalau Sultan Mahmud mendengar tentang insiden ini, Kak Zammil?" tanyaku takut dan sedih. "Lambat laun beliau pasti mendengarnya, Zhee, tapi sebelum itu terjadi kita berusaha lagi ya? Semoga Allah lekas mengaruniakan lagi si kecil buat kita," bisik Muzammil. Dokter sudah mengijinkan aku pulang ke rumah. Muzammil mendorong kursi rodaku sampai di depan pintu mobil. Fattah membantu membawakan koper ke mobil dan di tata di bagasi. Kemudian mobil melaju kencang menuju ke rumah. Sepanjang perjalanan Muzammil memeluk tubuhku dengan sayang. Tubuhku yang masih lemah dan tidak berdaya membuatku semakin nyaman terlindungi. Dret ... dret ... dret! Ponsel Muzammil bergetar, mamanya yang menelepon. "Assalamualaikum, Sayang?" sapanya. "Waalaikum salam, Ma," jawab Muzammil pelan. "Kamu dimana, Sayang?" tanya mamanya. "Aku lagi di

Latest chapter

  • Suamiku Pangeran Muda   109. Akhir Cinta Segitiga

    Ternyata orang yang sangat kucintai menusukku dari belakang. Diam-diam dia akan mengambil Erkan dariku. Pandainya dia bersandiwara seolah dia adalah pahlawanku, pelindungku juga anak-anak. Ternyata dia ular yang berbisa. Semenjak aku mendengar telepon dari Hema itu aku harus lebih hati-hati kepada Muzammil."Faruq, berikan Erkan kepadaku!" pinta Muzammil kepada Faruq.Dengan suka hati Faruq memberikannya kepada Muzammil. Aku menatapnya dengan kecewa, "harusnya kamu menjaganya, Pangeran, bukannya malah akan menculiknya," batinku."Aku akan menyuapinya, Pangeran," kataku."Suapi saja biar kugendong," usul Muzammil.Tanpa berontak terpaksa aku menyuapi Erkan yang dalam gendongan Muzammil. Sambil bergurau riang menghibur Erkan agar mudah makan. Aku melihat Faruq terpaku menatapku, perasaan canggung mulai menghinggapiku."Assalamualaikum ...?" sapa Marwa yang tiba-tiba muncul di depan kami."Waalaikum salam," jawab kami bersamaan."Marwa?" panggil Faruq terkejut."Nyonya Marwa?" panggilku

  • Suamiku Pangeran Muda   108. Pengkhianatan Muzammil Terbongkar

    Muzammil terkejut ternyata yang menelepon pengawal istana dan mengabarkan hasil penyelidikannya. Ternyata benar wanita yang aku curigai itu adalah Marwa. Berarti Marwa ada di Indonesia? Apa yang dilakukan di negaraku? Apa karena Faruq dan Iqbal belum pulang ke Inagara? Apakah Marwa sudah tahu kalau Faruq sedang sakit? Kalau benar dia sudah tahu tapi kenapa masih mengejar-ngejar Faruq? Apa itu artinya cinta Marwa tulus kepada Faruq? Faruq tidak boleh menyia-nyiakan ketulusan hati seorang istri. Aku tahu Marwa begitu membenciku karena rasa cemburunya yang begitu buta karena takut kehilangan Faruq. Tapi kalau ternyata dia belum mengetahui kalau Faruq sedang sakit, apa yang akan terjadi bila akhirnya dia tahu? Apakah dia akan meninggalkannya?"Awasi terus jangan sampai kehilangan jejak!" perintah Muzammil kepada pengawal istana kemudian menutup teleponnya."Ternyata feeling kamu benar, dia adalah Marwa," gumam Muzammil."Aku takut, Pangeran!" ujarku lirih.Muzammil segera memelukku, hang

  • Suamiku Pangeran Muda   107. Salah Paham

    Aku sudah kembali ke rumah, betapa bahagianya melihat Iqbal dan Erkan serta adik barunya bermain dengan rukunnya.. Gadis yang manis itu akan aku adopsi dengan nama Naura. Sepertinya itu nama yang cantik dan cocok buat dia. Aku dan Muzammil menemani mereka bermain di teras rumah."Iqbal suka punya adik cantik dan manis seperti dia?" tanyaku kepada Iqbal."Suka, Umi," jawab Iqbal. "Aku senang tinggal di sini, Umi, rasanya tidak ingin kembali ke Inagara," gumamnya."Kasihan abi juga opa dan oma, Sayang," hiburku."Nanti Iqbal akan semakin sering bertemu dengan mereka, jangan khawatir!" Muzammil juga menghiburnya."Iqbal sayang kan sama adik-adik?" tanyaku."Iya Umi, aku sayang banget sama adik-adikku, mereka imut," sahut Iqbal. "Sekarang adikku ada dua iya kan, Abi?" lanjutnya bertanya Muzammil."Iya, ada dua, kamu mau nambah lagi?" kelakar Muzammil."Ih apaan sih, Pangeran, mereka masih kecil-kecil repot tahu?" selaku berbisik sambil mencubit lengan Muzammil."Auh sakit, Zhee!" tawa Muz

  • Suamiku Pangeran Muda   106. Surat Wasiat dari Ibu

    Aku segera membacanya, betapa terkejutnya hatiku membaca isinya. Ibu menginginkan aku menikah dan bahagia dengan Faruq. Karena di depan matanya Faruq banyak melakukan pengorbanan dan selalu melindungiku. Ibuku menyaksikan sendiri betapa besar cinta Faruq untukku. Sementara dengan Muzammil dia belum pernah bertemu. Meskipun Muzammil seorang sultan dari Kerajaan Tukasha ternyata tidak membuat ibuku silau dengan pangkat dan derajat."Apa isinya, Zhee?" tanya Muzammil yang ikut mengamati surat itu."Bukan apa, Pangeran," jawabku. "Untung kamu tidak mengerti bahasanya," pikirku dalam hati."Kita lihat ibuku, kamu belum pernah melihat ibu kan?" kataku sambil menggandeng tangan Muzammil mencari jenazah ibu di baringkan.Dengan penasaran dia mengikutiku menuju ruang tengah. Aku melihat jenazah ibu sudah dimasukkan keranda. Akhirnya paman dan beberapa orang membantu membuka keranda itu agar aku bisa melihatnya untuk terakhir kalinya."Jangan menangis, Fahim, jangan sampai air matamu menetes di

  • Suamiku Pangeran Muda   105. Cinta Tidak Harus Memiliki

    Entah apa yang sedang kupikirkan, tiba-tiba saja aku balik kanan dan berlari sambil menggendong Erkan. Tanpa berpikir lagi Muzammil sedang di sisiku. Juga hampir lupa bahwa Erkan sedang dalam gendonganku. "Zhee!" teriak Muzammil memanggilku. Aku tidak menggubrisnya lagi, yang ada di otakku wajah Faruq yang melemah dan butuh dukungan orang yang dicintainya. Tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu ruang dokter spesialis kanker atau Dokter Onkologi. Tanpa ragu aku menerobos masuk. "Nyonya, ada apa ini?" hardik perawat spontan. Aku tidak peduli, aku terus masuk hingga akhirnya menerobos ruang periksa dokter. "Siapa dia, Tuan?" tanya dokter dalam bahasa Inggris. "Dokter, bagaimana keadaannya?" sahutku panik. "Apa dia istrimu, Tuan?" tanya dokter lagi. "Saya keluarganya, Dok," jawabku. "Kebetulan, Nyonya, silakan duduk!" perintah dokter. "Hanya dukungan keluarga yang paling dibutuhkan. Satu-satunya jalan dia harus kemoterapi, Nyonya, tapi Tuan Faruq menolaknya," ujar dokter

  • Suamiku Pangeran Muda   104. Saat Cinta Diuji

    Aku dan Faruq terbelalak kaget tidak mengira Muzammil tiba-tiba muncul. Dan kami tidak siap jawaban dengan pertanyaan itu. Aku dan Faruq saling berpandangan. Ada rasa tidak nyaman dengan kehadiran Muzammil terpancar di wajah Faruq."Ada apa kalian? Kenapa kelihatan tegang seperti itu?" tanya Muzammil sok polos."Penyusup itu, dia ... dia ... meninggal," ujarku pelan dan terbata-bata."Bagaimana bisa? Bukankah sebelumnya dia baik-baik saja?" tanya Muzammil heran. "Bagaimana bisa dengan tiba-tiba dia meninggal?" lanjutnya."Pura-pura!" sahut Faruq menggumam lirih."Maksudmu?" bentak Muzammil heran.Sontak mataku memberi isyarat agar Faruq bisa menahan diri. Belum saatnya kita membongkar kejahatan ini karena bukti belum jelas. Akhirnya Faruq pun menahan diri. Muzammil hendak membuka pintu ruang penyusup itu dirawat tapi perawat lebih dulu membuka pintu dan keluar membawa jenazah pindah ke kamar mayat."Mana mungkin? Dia satu-satunya harapan kita untuk mengungkapkan misteri kejahatan ini?

  • Suamiku Pangeran Muda   103. Curiga

    Muzammil menarik tanganku dan mengajak ke ruang keamanan. Aku hanya pasrah dan mengikutinya bahkan Faruq pun mengikuti kami berdua. "Jaga kamar anak-anakku, Burhan, jangan sampai kecolongan lagi!" pesan Muzammil sambil mempercepat langkahnya menyempatkan menghubungi bodyguard yang menjaga kamar Iqbaal dan Erkan. "Aku takut anak-anak dalam masalah, Pangeran!" sahutku. "Atau biar aku yang menunggu mereka, Zammil?" usul Faruq. "Iya, Faruq, tolong!" jawab Muzammil. Akhirnya Faruq berhenti sejenak karena terlalu lemah fisiknya, dan kami pun juga berhenti mengikuti Faruq. "Kamu baik-baik saja, Faruq?" tanya Muzammil. "Aku hanya capek," jawabnya singkat dibalik napasnya yang berpacu. "Pangeran, bolehkah aku mengantar Tuan muda ke kamarnya? Kasihan dia pucat sekali," pintaku dengan pelan agar pangeran tidak cemburu. Aku melihat dia sedang berpikir, aku tidak tahu apa yang ada dalam otaknya.Tapi aku lebih kasihan melihatnya tampak kesakitan dan melemah. "Tidak perlu, Fahim, aku tidak

  • Suamiku Pangeran Muda   102. Musuh Dalam Selimut

    Kita bertiga mendatangi kamar dimana penyusup itu dirawat. Dia masih belum sadarkan diri. Di depan pintu masuk ada empat bodyguard sedang berjaga."Dia sepertinya orang Indonesia, Fahim," gumam Faruq lirih. "Betul, Tuan muda," jawabku setuju dengan pendapat Faruq. "Tapi untuk siapa dia bekerja, apa salahku?" lanjutku meruntuk. "Kita tidak mengenalnya, bahkan aku dan ibu tidak punya musuh di sini," lanjutku sambil mengingat-ingat.Tiba-tiba dokter datang bersama perawat untuk memeriksa pasien."Pak Faruq, kenapa bapak tidak istirahat malah jalan-jalan kemari," tanya dokter begitu bertemu Faruq sedang berada di kamar pasien lain."Iya Dokter, sebentar lagi saya kembali ke kamar," jawab Faruq."Dokter Farid yang menangani anda adalah dokter terkenal di Indonesia, semoga bisa membantu masalah anda, Pak Faruq," kata dokter Bagus."Amiin," sahut Faruq dan Muzammil bersamaan."Bagaimana keadaan pasien ini, Dok?" tanya Muzammi."Keadaannya sudah stabil, dia akan segera sadar," kata dokter op

  • Suamiku Pangeran Muda   101. Penyusup Terbunuh Misterius

    Tiba-tiba dokter dan perawat gadungan itu keluar dari kamar sambil menggendong paksa Erkan. Dia menconcongkan pistol ke kepala Erkan mengancam kalau kita mengadakan perlawanan maka peluru itu akan menebus kepala Erkan. "Apa yang kalian inginkan sebenarnya? Kenapa harus menghukum bayi yang tidak berdosa? Kalau urusan kalian kepadaku atau pangeran ayo kita selesaikan kita bicara," usulku. Dua orang penjahat itu tidak merespon justru semakin kelihatan garang. Mereka semakin lari menjauh mencari jalan keluar. Yang membuat aku penasaran apa yang mereka inginkan. Kenapa selalu ingin menculik Erkan? Aku ingin lari mengikutinya, tapi sontak Muzammil menarik tanganku dan menghentikanku. "Tenangkan hatimu, Zhee!" pinta Muzammil. "Bagaimana bisa tenang, anakku dalam bahaya? Setelah hilang beberapa hari kini harus diculik lagi," tangisku menggerutu. "Dia sudah mulai berjalan keluar rumah sakit, awasi dan ikuti terus jangan sampai kehilangan jejak!" perinta Muzammil lewat telepon kepada sese

DMCA.com Protection Status