Beranda / Romansa / Prince Of Love / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Prince Of Love: Bab 61 - Bab 70

81 Bab

Bab 61 Bercerita Ke Aka

“Hai sayang, kabar kamu gimana?” tanya Cia dengan ceria menatap wajah tampan Aka yang tengah berada di kantornya sedangkan dia sendiri sedang bergelung malas di kamarnya. Perbedaan waktu 7 jam seringkali mereka manfaatkan untuk sekedar video call melepas rindu.“Aku baik sayang, kamu sudah makan malam?” tanya Aka dengan senyum lembutnya, menahan berjuta rasa rindu pada pemilik wajah tersenyum yang sekarang cuma bisa dia nikmati dari layar ponselnya.“Udah kok, nggak boleh makan malam lebih dari jam enam sore, ntar mudah gendut,” jawab Cia dengan gaya menggemaskannya.“Ah, meskipun kamu gendut se- biri-biri Australia aku juga bakal tetep sayang kok.”“Ihh … kok gitu sih, bukannya nyemangatin aku supaya tetap langsing malah bilang gitu,” raut cemberut pura-pura Cia tunjukkan yang membuat Aka semakin gemas.“Perumpamaan aja, Sayang, mau gendut mau kurus kamu tetap cantik kok di m
Baca selengkapnya

Bab 62 Aka Kefikiran

Aka menatap jauh ke puncak tertinggi satu gedung di luar sana yang dia lihat dari jendela ruang kerjanya. Terngiang cerita Cia bahwa Alvendra berada di satu tempat dinas dengan gadisnya itu. Dirinya tak pernah lupa bagaimana sikap perhatian seorang Vendra kepada adik tingkatnya kala itu. Yang seringkali menatapnya penuh kelembutan meski Aka sadar dan tahu bahwa cowok itu cukup baik dan menghargai hubungannya dengan Cia. Tapi itu dulu, ketika dirinya berada di dekat gadisnya. Untuk sekarang, bagaimana dia bisa mencegah sebuah hati yang mendamba dan telah menyimpan rasa begitu lama jika tiba-tiba saja mereka berada di satu tempat yang sama dalam banyak hitungan jam dan kegiatan bersama. Tak mungkinkah pada akhirnya hati mereka merasakan getaran yang sama karena kebiasaan berdekatan?Meski seringkali Aka selalu menitip pesan pada Cia untuk pandai menjaga hati tetap saja hati Aka di liputi kekhawatiran dan rasa cemburu yang entah kenapa semakin membesar saja. Tanpa sadar bolpoint
Baca selengkapnya

Bab 63 Ungkapan Hati Vendra

Weekend dan Cia menikmati waktunya seorang diri di rumah. Mama mengikuti Papa yang sedang ada urusan kerja ke luar negeri sekalian liburan buat mereka sejak beberapa hari lalu. Beberapa waktu lalu dia baru saja selesai melakukan panggilan video bersama ketiga sahabatnya, Merlin yang masih berada di Jogja mendampingi Kak Arya yang mendapatkan pekerjaan di sana, Flo yang memilih tetap stay di Australia dan Vio yang masih berjas putih di tempat dinasnya dan cuma bisa gabung sebentar saja sekedar say hello setor muka melegakan sahabat-sahabatnya.Cia menatap nanar langit malam penuh bintang dan sepertinya bertepatan juga dengan tanggal saat bulan purnama. Langit nampak cerah namun hati Cia sedikit mendung. Sejak beberapa saat lalu dirinya tak berhasil menghubungi Aka, entah karena jalur komunikasi untuk panggilan international yang sedang trouble ataukah karena memang nomor Aka yang tak bisa di hubungi. Karena nyatanya Flo yang juga tengah di luar negeri lancar-lancar aja melakuk
Baca selengkapnya

Bab 64 Salah Paham

Minggu yang cerah ceria.Aka menatap malas Selena yang bermain di pantai sendirian sedangkan dirinya hanya duduk diam di pasir dengan pandangan dan rasa tak menentu. Pagi tadi Selena tiba-tiba datang ke rumah, memaksanya mengajak ke pantai dan sialnya dia merengek seperti anak kecil yang membuat Mommy tak tega melihatnya.“Mom, Aka malas keluar sama dia, pengin istirahat aja di rumah,” tolak Aka pagi tadi ketika Mommy sampai harus menungguinya di sisi ranjang. Telaten membujuknya supaya mau menemani Selena pergi jalan-jalan. Sedangkan gadis itu sendiri sudah pergi ke ruang makan menemani Daddy sarapan karena Mommy memastikan bahwa Aka akan mau di ajaknya keluar rumah.“Sayang, nggak ada salahnya menyenangkan Selena sesekali, orang tuanya udah baik banget ikut bantuan Mommy pas sibuk-sibuknya urus Daddy ketika sakit kemarin,” bujuk Mommy untuk yang ke sekian kalinya.“Tapi kita nggak minta di baikin sama mereka, Mom.”
Baca selengkapnya

Bab 65 Hati Yang Terluka

“Fe, kok kamu bentak aku segitunya, sih?” protes Selena yang terdiam di samping Aka.Aka menghela nafas panjang, meletakkan ponselnya dengan malas di meja kemudian menyandarkan punggungnya di kursi sambil mulai mengatur nafas dan mengendalikan emosinya. Bukan sifatnya memarahi seorang cewek karena dirinya benci melihat air mata yang biasanya menjadi senjata mereka di akhir cerita. Jadi lebih baik dia diam saja, meredakan amarahnya sendiri.Tanpa Aka ketahui, senyum tipis tersungging di bibir Selena. Gadis itu bukan tak tahu jika tadi Aka sedang melakukan panggilan video dengan kekasihnya di Indonesia. Pun begitu dengan kemarin, Selena tahu jika ponsel Aka ketinggalan di rumah karena Mommy menelepon dan memberitahunya. Tapi dengan sengaja Selena bilang bahwa ponsel supaya tetap di matikan saja dan dirinya sengaja mengajak cowok itu menemaninya seharian. Kondisi inilah yang dia harapkan, merusak hubungan Aka dengan Valencia kekasihnya. Cewek yang di agung-agu
Baca selengkapnya

Bab 66 Tersudut Kesalahan

Seminggu berlalu, Aka dan Cia masih terlibat perang dingin. Aka masih rajin mengirim pesan kepada Cia, namun Cia sama sekali tak pernah membalasnya. Bukan tanpa alasan, setelah insiden panggilan video saat itu setelah Vendra mengantarnya pulang Cia menenggelamkan diri di kamarnya. Sibuk merenung dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Rindu pada Aka begitu besar, tapi mengingat kedekatan cowoknya itu dengan gadis bernama Selena tak urung rasa cemburu menguasai jiwanya juga. Akhirnya di antara rasa rindu dan gabut dengan iseng Cia membuka akun sosmed facebook. Stalk akunnya sendiri yang sudah cukup lama tak pernah di bukanya sekaligus stalk akun Aka.Dari akun facebook itulah degub jantungnya kembali berpacu hebat penuh emosi, air mata yang sebelummya dia kira sudah mengering kini mengalir lagi ketika mendapati satu postingan tagging di akun Aka dari akun bernama Selena Agatha Rodriguez.“Happy sunday with my darl. Thank you so much, honey for today
Baca selengkapnya

Bab 67 Surprise

Dua hari berlalu. Jordi tak nampak lagi mendekati atau menemui Cia. Entah apa yang di rasakan oleh cowok itu, rasa bersalah, marah ataukah menyesal karena telah berbicara kepada Cia tanpa berfikir panjang sebelumnya.Suasana kantin di jam istirahat siang ini cukup ramai, Cia dan Vendra duduk berdua di salah satu bangku untuk menikmati makan siang bersama. Ngobrol santai tentang beberapa hal termasuk mengenai persiapan penyelesaian koas Cia. Banyaknya pasang mata yang melihat ke arah mereka terabaikan begitu saja. Terserah mereka mau ngomongin apa asal tidak kedengaran secara langsung di telinga keduanya nggak jadi masalah.“Sudah lebih tenang kan hatinya sekarang?” tanya Vendra di antara pembicaraan mereka yang kebanyakan bertopik medis.“Iya, terima kasih untuk kesabarannya ngadepin aku yang penuh masalah ini ya, Kak,” ucap tulus Cia sambil berusaha tersenyum melegakan hatinya sendiri.Vendra tertawa sambil menggeleng kemudian mul
Baca selengkapnya

Bab 68 Rindu Yang Tercurah

Aka menunggu penuh sabar sampai jam dinas Cia berakhir. Setelah say hello singkat di kantin tadi Cia berpamitan padanya untuk kembali ke ruang praktek. Sikapnya masih nampak dingin, namun Aka bisa melihat kerinduan yang cukup besar di mata jernihnya. Masih bisa melihat seberapa besar cinta untuknya dari sana.“Kak, aku pulang dulu, ya,” pamit Cia pada Vendra setelah membantu cowok itu membereskan ruang praktek mereka. Semua sudah bersih dan rapi kembali sehingga siap untuk di tinggalkan dan berganti dengn dokter shift selanjutnya.Vendra tersenyum kemudian mendekat ke arah Cia. Berdiri tepat di depannya, kemudian menyingkirkan sedikit anak rambut yang menutup wajah cantik itu.“Dia sudah ada di sini, selesaikan masalahnya baik-baik, ya. Jangan dengan emosi, tapi dengan hati,” pesan Vendra.“Iya, Kak. Kakak baik-baik juga ya sama Kak Meischa. Maafkan aku karena Kak Meischa sempat salah paham.”“Meischa menya
Baca selengkapnya

Bab 69 Magang

“Terima kasih, Dokter, jadi saya hanya harus banyak-banyak istirahat?” ucap seorang wanita tua berusia sekitar enam puluh tahun yang duduk di depan Cia.“Iya Ibu, cukup istirahat, di kurangi makan makanan bersantan dan asin, minum vitamin yang saya resepkan, pasti nanti tubuh Ibu lebih enakan dan nggak akan suka pusing lagi. Tensinya pasti akan normal kembali,” jelas Cia sambil tersenyum.“Baik, Dokter, terima kasih banyak, saya akan menuruti nasehat dokter, saya bosan sering merasa pusing dan badan terasa lemah, nggak bisa ngapa-ngapain meski buat sekedar kerja ringan saja.”“Iya, Bu, semoga segera sembuh, ya.”Cia menatap pasien terakhirnya hari ini. Sudah hampir enam bulan dirinya berada di sini. Di sebuah desa pelosok yang masih dalam wilayah propinsi Jawa Timur. Sebenarnya dirinya tak benar-benar sendiri, lagi-lagi ada Jordi bersamanya, namun cowok itu di tugaskan di puskesmas kecamatan sebelah yang ber
Baca selengkapnya

Bab 70 Menunggu

Hari yang di janjikan Aka untuk datang menemui Cia hampir saja tiba. Cia menunggunya dengan sabar, memperkirakan bahwa Aka mungkin saja baru akan bisa menemuinya di hari kamis jika setelah pesawatnya mendarat dia langsung berangkat ke tempat magangnya saat ini. Namun jika Aka memilih istirahat dahulu di Surabaya entah dia memilih hari apa untuk menemuinya. Karena jarak dari Surabaya menuju tempatnya saat ini cukup jauh, setidaknya membutuhkan waktu delapan jam perjalanan darat. Tak ada bandara dan hanya bisa di tempuh dengan mobil. “Dokter Cia di panggil Dokter Abdi,” beritahu Dela yang hari ini kerjanya terlihat agak longgar di karenakan tak banyak pasien hamil yang harus dia tangani dan kebetulan tak ada pasien melahirkan. “Oh iya, Del, aku segera menemui beliau,” jawab Cia sambil bergegas ke ruang Dokter Abdi. “Selamat siang, Dok,” sapa Cia dengan ramah pada lelaki berusia kira-kira hampir lima puluh tahun ini. “Selamat siang Dokter Cia, silahkan d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status