Home / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Asisten Tuan Angkuh: Chapter 71 - Chapter 80

127 Chapters

71. Melamar

Wanita itu berdehem dan mencairkan suasana yang terjadi. Segera Thea berdiri dan lepas dari dekapan laki laki tadi,mengalihkan pandangan berusaha menahan rasa malu.  Berjalan maju ke hadapan Barsha, mendapat lontaran senyum puas yang terpampang nyata di raut neneknya. "Apa? ga usah senyum senyum!" "Bikin kesel aja." gerutu Thea,dengan raut sinis. Wanita tua itu menatap Nathan,dan berisyarat untuk segera menempati sofa disana. Mereka bertiga duduk berhadapan,namun gadis itu duduk di samping Barsha. "Ayo. Kita lanjutkan pembicaraan tadi," ujar Barsha tersenyum cerah. "Kedatangan saya kesini. Ingin melamar putri keluarga Briella," tegas Nathan,datar. Gadis itu terdiam mendengar ucapan Nathan,kedua matanya membulat karena terkejut. Setelah itu,tak segan Thea melontarkan tatapan menusuk ke arah laki laki tadi. "Tu mulut ga salah ngomong?" ketus Thea,dalam hati.
Read more

72. Kecelakaan

Tap..Tap..Tap.. Langkah kaki yang bisa terdengar oleh dirinya sendiri,wanita tua itu berjalan dengan raut sedikit cemas. Menyusuri lorong rumah sakit dan menuju ke salah satu kamar pasien, Berpapasan dengan beberapa orang dan juga perawat,sorot matanya beralih mengarah ke seorang gadis yang baru saja keluar dari salah satu ruangan. Mata mereka saling bertemu,gadis tadi berjalan mendekat. "Nenek. Kok dateng sendiri, Thea nya mana?" ucap Sera beralih menatap ke arah lain,mencari seseorang. Dia adalah putri bungsu Yoshep Briella,sekaligus sepupu Thea. Yoshep Briella adalah anak kedua yang menjadi penerus perusahaan keluarga,  "Thea ada di rumah," "Loh. Berarti Nenek sendirian?" sontak Sera mengangkat alis. "Enggak kok. Ada supir di luar," "Thea maksa ikut, tapi ga nenek bolehin." "Ayahmu ada di dalam?" "Hm. Nenek masuk aja, di dalam ada mama." sahut Sera mengangguk. "Terus kamu
Read more

73. Foto ulang

"Apa kata nenek?" tanya Thea,yang masih berdiri menunggu laki laki tadi menyelesaikan perbincangannya melalui telepon.   "Dia tanya kapan kita menikah," sahut Nathan,menyodorkan ponsel ke arah gadis itu.   "Lalu? Bapak jawab apa."   "Aku bilang, kita akan menikah besok."   "Besok?" sontak Thea mengangkat alis.   "Hm.."   "Cepat selesaikan itu semua. Dan ikuti perkataanku, bawa baju secukupnya saja!" tegas Nathan,beranjak dari tempat duduk.   Gadis itu menoleh,sorot matanya menatap punggung lebar yang melangkah menjauh.   "Saya bisa sendiri!" celetuk Thea mengeraskan suara,berjalan maju.   Ucapannya membuat laki laki tadi berhenti,dan menoleh sambil mengangkat alis.   "Aku ingin meminjam kamar mandimu," sanggah Nathan,membuat gadis itu terbelalak karena telah salah paham.
Read more

74.Teman Lama

Suasana yang sama serta pemandangan yang tidak asing lagi bagi gadis itu. Di depan rumah mereka sudah disambut oleh pria tua sekaligus kepala pelayan di kediaman ini.   Mereka berdua melangkah bersama,namun kali ini Thea berhasil membuat pria itu terkejut. Tentu saja karena wajah yang ada di hadapannya terlihat sangat berbeda dari pertemuan pertama.   "Bawa barang barang itu ke dalam, dan tata semuanya di kamar." sontak Nathan,tanpa menoleh.   "Baik Tuan.." sahut Alpha segera tersadar dari lamunan,perlahan melirik kedua punggung yang berjalan menjauh.   Segera pria tua itu,mendongak dan menatap bagasi mobil yang sudah terbuka. Meraih koper yang ada disana,   "Sepertinya kamu membuat dia kebingungan," gumam Nathan,    "Eh? Ng, saya tidak bermaksud seperti itu." ujar Thea,merendahkan suara.   "Peny!" panggil Nathan,menghentikan langkah
Read more

75. Rencana Honeymoon

"Bulan madu!" pekik Thea dalam hati,tertegun dengan ucapan yang baru saja Barsha katakan.   Seketika seluruh organ tubuhnya terhenti mendengar kalimat itu,perlahan sorot mata melirik ke arah laki laki yang ada di hadapannya.   "Kami sudah memikirkan tentang ini." lugas Nathan,kembali membuat gadis itu terkejut.   "Apa apaan? plis deh. Aku ga mau!" benak Thea,mempertahankan raut datarnya.   "Wah. Benarkah? itu bagus!" seru Barsha tersenyum lebar.   "Dimana kalian akan berbulan madu?" tanya Zen mengangkat alis.   "Kami belum menentukan tempatnya,"   "Yah, kok belum! Rencananya kalian berangkat kapan? besok atau lusa." tambah Barsha,penasaran.   "Bulan depan." tegas Nathan,   "Bulan depan? lama sekali," oceh Zen.   "Ayah tau kalo aku pemilik perusahaan besar,  banyak lap
Read more

76. Pecahan kaca

Hari hari Thea dihiasi dengan berbagai rasa bosan,meski tinggal dan makan bersama setiap hari. Tidak banyak hal yang bisa mereka bincangkan,namun untung saja gadis itu dapat melampiaskan rasa bosannya dan pergi bersama Manda.   1 bulan kemudian.   "Kenapa sih, harus berangkat malem?" gerutu Thea,sedang berdiri di depan cermin sambil melenggak lenggok.   Gadis itu baru saja selesai berganti pakaian,lalu bergegas turun ke lantai bawah. Berjalan menuju meja makan,melihat laki laki yang sudah duduk mendahuluinya.   "Pak! kita yakin mau berangkat habis makan malam?" sontak Thea,mengerutkan alis.   "Hm.." dehem Nathan,masih melanjutkan kesibukannya. Menikmati hidangan makan malam,   "Ck, ga ada gunanya kompromi sama 'ni cowok!" benak Thea,berdecak kesal.   Gadis itu masih terdiam memutar jari telunjuk ke atas piring,mengundang sorot mata Nathan
Read more

77. Benda lembut

"Bapak! ini kapan sampenya sih?"   "Perasaan udah lama, tapi ga nyampe nyampe ke daratan." rengek Thea,masih mendekap erat dan menempel ke punggung laki laki tadi.   Sesuai dengan permintaan, Thea berpindah posisi dan duduk di belakang. Kaki mereka yang saling bersentuhan,serta kedua tangan kurus yang melilit pinggang Nathan.   "Sial! gadis ini menekan sesuatu ke punggungku," umpat Nathan dalam hati,berusaha mendayung dengan lebih cepat.   "Sadarlah Nathan. Atau dia akan merasa detak jantungmu yang begitu cepat," benaknya,berusaha menahan diri.   "Bapak!" pekik Thea merasa kesal karena diacuhkan.   "Sabar. Mankanya kalo mau cepet, kamu ikut dayung juga!" sontak Nathan,tanpa menoleh.   "Ih, ga mau!"   "Lagian masa gini aja ga bisa? Kan Bapak cowok."   "Ayo Bapak! Saya udah ga tahan. Nanti kalo ada
Read more

78. Mandi

"Oke. Sudah siap! sekarang alasnya tidak akan basah kalo tiba tiba hujan, dan akan terasa empuk." gumam Nathan, tersenyum puas dengan hasil kerjanya.   "Thea!" panggil Nathan,menoleh.   "Iya bentar!" sahut Thea,segera beranjak dan melangkah cepat ke arah laki laki itu.   "Apa?" tambah Thea,mengangkat alis.   "Kamu udah cek barang apa aja yang ada di dalam tas?"   "Belum.." geleng Thea.   "Baru aja selesai ngangkat semua tas. Belum sempet ngebuka,"   "Ya udah bagus. Di buka kalo tendanya udah jadi aja," seru Nathan,   "Oh oke. Terus, kapan jadinya?"   "Bentar dong. Kamu ga sabaran banget,"   "Untung saya mau buatin tenda! Kalo ga? Bingung kan kamu, mau tidur dimana." omel Nathan,   "Ya kan, saya cuma mau tanya doang…"   "Gimana kalo say
Read more

79. Mantra

Malam hari.   Sebuah layar tipis menjadi tontonan serta semangkuk kudapan ringan. Kedua wanita tua itu,tengah duduk bersandingan.   Terlihat mereka begitu khidmat menghayati jalan cerita. Sekelebat bayangan muncul dalam benak Barsha,perlahan dia melirik ke arah lain.   "Kamu ga lupa bawain mereka selimut kan?" tanya Barsha,menoleh sambil mengangkat alis.    "Ya enggak lah! Masa barang terpenting aku lupain."   "Ya udah. Bagus deh, soalnya Thea agak lemah sama udara dingin! Walau udah kebiasaan pake AC, dia gampang sakit kalo kena angin alami." gumam Barsha kembali membenarkan posisi.   "Oh gitu. Semoga saja mereka berdua bisa make selimutnya dengan nyaman," sahut Peny sekilas tersenyum.   "Hacim.."   "Aduh dingin! Nenek kebangetan, cdah baju cuma dibawain 3."   "Mana baju pendek semua! ಠ益ಠ" &
Read more

80. Satu selimut

"Di luar kan hujan! gimana mau masak? Emang gapapa, masak di dalam tenda?" gumam Thea merendahkan suara.   "Gapapa." sontak Nathan,singkat.   Gadis itu mengangguk sekilas,segera melangkah ke sudut ruangan. Meraih sebuah termos,   "Eh, tunggu dulu! Kamu bisa masak kan?" ujar Nathan mengangkat alis,berusaha memastikan.   "Ng, b-bisa."   "Tadi siang, sama sore kamu masak apa?" tambahnya,sedikit ragu dengan ucapan gadis itu.   "Mm, masak mie instan." sahut Thea lirih,lalu menggigit bibir bawah.    "Ha?dan sekarang kamu mau masak mie lagi?"   Gadis itu mengangguk pasti,sambil tersenyum kikuk.   "Mie instan kaya natrium dan juga MSG,  rendah nutrisi. Aku ga mau makanan seperti itu!" tolak Nathan,menjelaskan.   "Y-yaudah. Saya coba masak yang lain,"   "
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status