Share

79. Mantra

Penulis: Eljanes Crocus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam hari.

Sebuah layar tipis menjadi tontonan serta semangkuk kudapan ringan. Kedua wanita tua itu,tengah duduk bersandingan.

Terlihat mereka begitu khidmat menghayati jalan cerita. Sekelebat bayangan muncul dalam benak Barsha,perlahan dia melirik ke arah lain.

"Kamu ga lupa bawain mereka selimut kan?" tanya Barsha,menoleh sambil mengangkat alis. 

"Ya enggak lah! Masa barang terpenting aku lupain."

"Ya udah. Bagus deh, soalnya Thea agak lemah sama udara dingin! Walau udah kebiasaan pake AC, dia gampang sakit kalo kena angin alami." gumam Barsha kembali membenarkan posisi.

"Oh gitu. Semoga saja mereka berdua bisa make selimutnya dengan nyaman," sahut Peny sekilas tersenyum.

"Hacim.."

"Aduh dingin! Nenek kebangetan, cdah baju cuma dibawain 3."

"Mana baju pendek semua! ಠ益ಠ" &

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asisten Tuan Angkuh   80. Satu selimut

    "Di luar kan hujan! gimana mau masak? Emang gapapa, masak di dalam tenda?" gumam Thea merendahkan suara. "Gapapa." sontak Nathan,singkat. Gadis itu mengangguk sekilas,segera melangkah ke sudut ruangan. Meraih sebuah termos, "Eh, tunggu dulu! Kamu bisa masak kan?" ujar Nathan mengangkat alis,berusaha memastikan. "Ng, b-bisa." "Tadi siang, sama sore kamu masak apa?" tambahnya,sedikit ragu dengan ucapan gadis itu. "Mm, masak mie instan." sahut Thea lirih,lalu menggigit bibir bawah. "Ha?dan sekarang kamu mau masak mie lagi?" Gadis itu mengangguk pasti,sambil tersenyum kikuk. "Mie instan kaya natrium dan juga MSG, rendah nutrisi. Aku ga mau makanan seperti itu!" tolak Nathan,menjelaskan. "Y-yaudah. Saya coba masak yang lain," "

  • Asisten Tuan Angkuh   81. Benda Lembut

    WARNING 18+ ________________________________ Harap bijak dalam membaca ________________________________ ________________________________ Detik mulai berganti ke menit, hampir satu jam laki laki itu berusaha agar terlelap namun tak kunjung bisa. Suara rintikan hujan yang belum berhenti,bagai lagu pengantar tidur bagi Thea. "Badanku sakit karena alas ini," benak Nathan,mengerutkan alis. Meski kedua matanya terpejam,benak laki laki itu masih sigap menggerutu. Selang beberapa detik,dia merasa sedikit guncangan. Perlahan membuka mata dan melihat Thea tengah beralih posisi dan menghadap ke arahnya. "Tadi ngoceh dingin. Tapi sekarang malah nyenyak banget tidurnya!" gumam Nathan dalam hati, "Eurhg..." Gadis itu sedikit bergeliat,menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Tanpa senga

  • Asisten Tuan Angkuh   82. Minum obat

    Sejak kejadian pagi tadi,Thea merasa sikap laki laki itu semakin berubah. Dia semakin bertindak semena mena dan juga memberi perintah yang tidak masuk akal, "Apa yang sedang kulakukan sekarang? Mengupas buah sendiri? Benar benar memalukan." celetuk Nathan dalam hati,menggerutui dirinya sendiri. Baginya,beberapa pekerjaan seperti itu tidak patut dilakukan selama ada orang lain yang bisa melakukan untuknya. Terlebih lagi dia terbiasa dengan beberapa pelayan disampingnya, Tapi apa boleh buat,hanya itu yang bisa dia lakukan untuk mengalihkan perhatian. Karena setiap berpapasan atau menatap gadis itu,benaknya langsung dipenuhi peristiwa yang terjadi pagi tadi. "Thea. Tata ulang barang barang itu!" pekik Nathan tanpa menoleh. Dia tengah duduk di luar pintu tenda sambil mengupas beberapa buah. "Tapi Pak! itu kan udah ditata rapi kemarin. &nbs

  • Asisten Tuan Angkuh   83. Serangan balik

    Karena ketetapan laki laki tadi,tentu saja Thea tidak ragu lagi untuk berbaring dan tidak takut kalau dia akan diusir jika penyakitnya menular. Gadis itu berbaring di tempat yang sama seperti tadi malam,dan menghadap ke kanan. Nathan yang baru menyadari,mulai terlihat gusar. "Lagi lagi aku lupa untuk bertukar posisi! Tapi akan terlihat memalukan jika tiba tiba menyuruhnya pindah," benak Nathan,tak sengaja menatap ke arah gundukan yang begitu jelas. "Bapak ga tidur?" ujar Thea lirih. "Ehem, tidak! aku masih ada urusan lain." timpal Nathan,segera beranjak pergi. Sedangkan gadis itu hanya terdiam,menatap langkah kaki jenjang yang semakin menghilang dari pandangan. Nathan berjalan keluar tenda, "Perasaan ini udah malam, dan sekarang lagi di pulau kecil." "Emangnya ada urusan apa?" pikir Thea,mengerutkan alis.

  • Asisten Tuan Angkuh   84. Lembur (1`8 +)

    WARNING 18+ ______________________________ Harap bijak dalam membaca. ______________________________ ______________________________ "Apa yang Ba-" "Sh, diam." ujar Nathan dengan nada lembut,lalu mendongak sekilas. Gadis itu dapat dengan jelas menatap raut teduh di wajah Nathan,seketika tersihir,mulutnya tertutup rapat tak mengomentari apa yang laki laki itu lakukan. Melihat kebungkaman Thea,dengan segera telapak tangannya meraup gumpalan tanpa sangkar itu,melontarkan sebuah pijatan kuat. "Ah..." ucapan sakral yang tiba tiba terlepas dari mulut Thea. Bahkan gadis itu merasa malu,karena tidak dapat mengontrol ucapannya. Namun Nathan,diam tak peduli, masih meremas p*yud*ra Thea dengan tempo lambat, "Bodoh. Dia hanya berusaha melakukan pengobatan!" hardik Thea dalam hati,dengan polo

  • Asisten Tuan Angkuh   85. Mencuci baju

    Mereka berdua melupakan hal yang terjadi semalam,bahkan bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun. Gadis itu benar benar beranggapan bahwa Nathan memang tengah mengobatinya, Sedangkan laki laki itu berusaha bersikap normal dan menjaga sorot matanya agar tidak teralih ke area berbahaya. Waktu berlalu,seluruh tempat terkena sorot merah yang berasal dari arah barat. Matahari mulai tenggelam,dan gadis tadi terlihat tengah menatap punggung Nathan yang sedari tadi sibuk memegang kamera. "Hampir malam. Lebih baik aku kembali ke tenda," benak Nathan,berbalik. Namun langkahnya terhenti,terkejut mendapati gadis yang berdiri tepat di depannya. "Kamu ngapain disini?" ujar Nathan dengan raut datar. "......." Thea terdiam sambil mengalihkan pandangan,berusaha mencari alasan yang tepat. Sebenarnya sejak tadi,gadis itu terlalu bosan untuk

  • Asisten Tuan Angkuh   86. Coklat panas ^°^

    Waktu berlanjut hingga keesokan pagi. Penantian terakhir,hari yang mereka tunggu telah tiba. Lebih tepatnya ini sudah hari ke enam mereka terdampar di dalam pulau tak berpenghuni. Di dalam tenda,seorang gadis baru saja terbangun dari mimpi indah. Kedua tangannya terentang bebas, "Hoam.." "Akhirnya pulang juga!" benak Thea,tersenyum lebar. Berdiri dan melangkah pergi, menyibakkan pembatas kain lalu menatap teduh pemandangan yang ada di hadapannya. Sepertinya gadis itu mulai terbiasa dengan semua pemandangan alam ini, meski begitu dia tetap merindukan tempat tidur empuk dan selimut tebalnya. "Kemarin udah hari kelima. Tapi sampe malam ga ada yang jemput! Pasti mereka jemputnya pagi ini," pikir Thea merasa senang. Menghentakkan kaki keluar ruangan,segera mencari seseorang. Betapa terkejutnya Thea saat men

  • Asisten Tuan Angkuh   87. Salah sangka

    "Barang barang kemarin sud-" "Buang." sontak Nathan,memotong ucapan pria tua tadi. Satu malam mereka habiskan di resort yang telah disewa oleh Barsha. Laki laki itu bersikeras meminta penjelasan, namun Zen hanya bisa menghindar dan berlindung dibalik nenek Thea. Kemarin saat sore hari, (Di area kolam) Mereka berenam tengah bersantai bersama,saling berjajar mengisi setiap kursi tidur dengan segelas limun yang menemani. "Ayah. Aku harap tidak ada lagi rencana seperti kemarin!" "Jika terjadi sesuatu diluar dugaan. Akan sangat berbahaya," tegas Nathan,melirik ke arah pria yang tengah tidur di sampingnya. "Hm.." sahut Zen singkat. Tadi malam, (Di ruang keluarga) "Ayah, ada yang ingin aku bicarakan." seru Nathan,berjalan menghampiri pria ya

Bab terbaru

  • Asisten Tuan Angkuh   127. Menghilang

    "Srup---ah!" celetuk suara puas dari bibir ranum yang baru saja menikmati beberapa teguk minuman.Cap..Cap..Cap..Berulang kali mengecap demi mengingat rasa manis yang tersisa di langit-langit mulut, lengkung sempurna perlahan muncul saat melihat sosok dengan setelan hitam putih tengah berjalan menghampiri.Sepoi angin siap menerpa rambut legam terkuncir tinggi bak ekor kuda, terasa begitu sejuk saat kutikula tubuh serta leher jenjangnya tertiup udara."Kenapa kau berikan padaku?" ucap Thea menegur wanita yang sedang berdiri sambil menyodorkan sebuah kelapa. Begitu bingung padahal dirinya sendiri juga telah memangku s

  • Asisten Tuan Angkuh   126. Saya bukan pelacur!

    Mendengar logat halus yang begitu menyejukkan telinga juga sentuhan intim yang terasa nyata, padahal kedua hal itu adalah impian yang tak mungkin didapat.Tapi siapa sangka setelah menjadi kenyataan semua ini justru menyakitkan hati Thea, kata bak pinangan tadi berubah setajam pedang yang menoreh luka.Sakit yang menggores batin mengundang linang air di pelupuk mata, "Apa, Bapak bilang--layani?""Iya, tapi kenapa kau menangis? Ini bukan waktunya bersedih," tanya Nathan penuh kelembutan, sedikit merasa cemas melihat satu bulir bening menetes menyusuri pelipis."Apa Bapak pikir saya hanyalah wanita penghibur! Apa Bapak tidak tahu kalau perintah itu hanya pantas diajukan pada seorang pelacur,""Apa maksudmu? Aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan seorang pelacur," sanggah Nathan panik, sigap mengusap air mata yang mulai bercucuran.Segera Thea menepis tangan yang menurutnya hanya berbuat demi seuntai n

  • Asisten Tuan Angkuh   125. Aku akan menghangatkanmu!

    WARNING 21+ ________________________________ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA ________________________________ Blush.. Begitu jelas terukir rona merah di kedua pipi Thea, wajah putihnya berubah bak kepiting rebus berkat perkataan penuh makna. "A-apa maksudnya, kenapa dia mengatakan hal itu? D-dan kenapa aku memikirkan hal kotor!" gumam Thea dalam hati menangkup kedua tangan ke dalam dada hingga memastikan seperti apa kondisi organ dibalik kerangka tubuhnya. Perlahan memberanikan diri melirik sosok yang terus berjalan dengan langkah normal, raut datar itu tetap terpasang hingga menaruh tanda tanya di benak Thea. Bibir yang hendak bergumam guna menanyakan maksud tak lagi melanjutkan niat setelah menyadari suara debaran yang berasal dari dada bidang yang kini tengah mendekapnya. Dengan keberanian yang tak seberapa telapak gadis itu terulur untuk menyentuh ambang kutikula Nathan,

  • Asisten Tuan Angkuh   124. Berenang berdua

    Sigap gadis itu berdiri memandang Nathan yang siap menarik kaos hitam hingga memperlihatkan tubuh bagian atas. Mulai dari lekuk otot perut hingga kedua titik pada dada bidang, entah kenapa Thea belum menyadari jika kedua maniknya perlahan tersihir karena pemandangan tersebut. Bahu lebar itu terlihat begitu luas dari jarak dekat, kali ini Thea lebih lekat menatap setiap inci tubuh atletis seorang pria. "Itu ada 8," gumamnya tanpa sadar menganga tak mampu mengontrol ekspresi, Seketika berhasil mengundang tawa singkat di wajah Nathan, merasa senang melihat tingkah gadis yang terkesan menggemaskan. Perlahan menoleh demi melempar kaos ke sisi lain, "Apa kau menghitungnya?" sontak Nathan merendahkan suara sambil menerbitkan senyum licik, "Aa-tidak!" geleng Thea, baru menyadari apa yang telah dilakukan. Pasti wajahnya terlihat seperti orang bodoh saat tertegun hanya karena hal sepele, reflek Thea mengalihkan pandanga

  • Asisten Tuan Angkuh   123. Monokini

    "Huh! Apa dia bilang? Perutku penuh dengan lemak! Memangnya dia pernah melihat perutku--seenaknya saja menghina tanpa bukti." gerutu Thea mendengus kesal,Dengan hati yang terbakar amarah dia berdiri di depan cermin besar, meletakkan tumpukan kain ke atas penyangga kaca. Masih sigap memasang wajah muram karena terus teringat ucapan pria tadi,Sigap dilepasnya dress formal yang melekat demi segera mengenakan salah satu setelan lain. Entah kenapa sekilas muncul senyum cerah di wajah Thea,Tercipta satu tujuan jika dia harus bisa mematahkan hinaan tadi demi menjaga harga diri. Bahkan Thea mulai membayangkan ketika wajah angkuh itu terpesona dengan tubuh indahnya,Doeng!

  • Asisten Tuan Angkuh   122. Mana handukku?

    Meski merasa terpaksa, gadis itu tetap melangkah maju hingga mendapati beberapa pelayan datang dengan meja dorong berisi berbagai macam hidangan.Seketika rasa kesal dalam hati Thea terganti dengan rasa lapar yang mengguncang penduduk di dalam perut. Lengkung bibir itu terukir sempurna seraya membuka jalan bagi pelayan untuk menyelesaikan tugasnya,"Taruh saja disitu. Aku akan menatanya sendiri," celetuk Thea begitu tak sabar mencicipi salah satu makanan yang sangat menggoda hingga membuatnya berulang kali menelan saliva.Beruntung dia masih bisa mempertahankan raut datar demi menjaga citra di hadapan mereka. Perlahan setiap pelayan berbaris dengan kepala tertunduk,"Karena malam masih panjang, apa setelah ini---Nyo

  • Asisten Tuan Angkuh   121. Mansion pribadi

    Aroma bunga lily yang masih melekat pada urai legam pria itu mampu membuat Thea mengernyit, sedikit bingung bagaimana bisa hidungnya dengan jelas menghirup wangi tersebut.Entah kenapa tanpa sadar dia terlelap sebelum menghabiskan setengah perjalanan, mungkin saja energi dalam tubuh Thea telah terisi penuh hingga menambah kepekaannya terhadap bau."Ng.." perlahan membuka mata, menemukan diri tengah bersandar pada jendela berukuran sedang.Seketika dia tersentak kaget karena menatap pemandangan awan yang begitu berbeda, sigap menoleh hingga menemukan sosok tinggi sedang duduk tepat di sampingnya. "Bapak! Kita ada dimana?""Pesawat," sahut Nathan datar tanpa menoleh,Mendengar kalimat tadi, tanpa ragu Thea menatap sekeliling yang hanya dipenuhi kursi kosong layar televisi juga perabotan modern yang tak mungkin ditemukan di dalam mobil."Perasaan aku tadi ada di dalam mobil.." gumam Thea mengerutkan alis, ber

  • Asisten Tuan Angkuh   120. Mendapat izin

    "Hah?! K-kenapa!"Tentu saja gadis itu terkejut tak mampu berkutik mendengar saran aneh dari mulut Zen. Bukannya mendukung dan membiarkan Thea membantu karena pasti mengerti tentang emosi yang dirasakan, dia justru menggunakan ide aneh Nathan untuk mengusir mereka."Tu--" nyaris saja sebuah panggilan hormat muncul berkat batin yang terlalu antusias, beruntung dia sadar pada waktu yang tepat."Aku mohon, izinkan aku membantu..""Bukankah tadi sudah kujelaskan, bahwa kaulah target mereka. Liburan adalah cara yang tepat untuk kau bersembunyi,""Kau harus menghilang selama beberapa hari untuk mengecoh mereka. Dan Nathan akan menemanimu," beralih menatap sosok lain."Kau tidak boleh pergi kemanapun dan pastikan Thea selalu berada di sampingmu sampai keadaan aman----biarkan aku menjalankan rencana yang telah kami setujui," lugas Zen berhasil membujuk,Meski tidak tahu apapun tentang rencana yang dim

  • Asisten Tuan Angkuh   119. Meminta izin

    Karena gadis yang masih bersikeras mengajak Nathan ke suatu tempat, mau tidak mau setelah berganti pakaian mereka berdua pergi menaiki mobil yang dibawa oleh Romi.Kedatangan pria itu juga menyelesaikan kesalahpahaman yang beberapa saat lalu terjadi. "Thea, kenapa kau memintaku membawa baju? Padahal tadi, Pak Nathan sudah memakai baju baru."Seperti biasa dia menempati kursi depan agar tak mengganggu kenyamanan tuan muda. "Itu tadi, baju milik sepupuku..""Apa?!" sontak Romi terkejut mendengar kebenaran yang belum pernah terjadi,"Sudahlah lupakan saja. Itu telah berlalu! Jangan sampai ada yang kesal karena kita membicarakan hal tadi," bisik Thea berhasil menghentikan perbincangan,Menit berlalu kendaraan beroda empat itu telah melewati gerbang besar yang menuntun ke depan gedung megah familiar milik keluarga Adelard.Muncul helaan nafas panjang, dari seorang pria berjas coklat yang tengah melirik sekilas

DMCA.com Protection Status