Home / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Asisten Tuan Angkuh: Chapter 51 - Chapter 60

127 Chapters

51. Pembalasan

Beberapa jam kemudian. Setelah selesai memahami dan sedikit merubah isi perjanjian,gadis itu masih harus menunggu Nathan menyelesaikan pekerjaannya lalu kembali bertemu. Mereka berdua sekilas membahas perjanjian dengan percakapan singkat,kemudian laki laki tadi mengatakan akan merubah beberapa isi aturan. Setelah selesai meluruskan pendapat, gadis itu segera keluar dan berjalan kembali ke dalam kendaraan. "Huh, akhirnya selesai juga!" "Punggungku sakit. Kelamaan nunggu siluman itu selesai rapat!" gerutu Thea segera mengemudikan mobil, Berada dalam perjalanan ke tempat tinggal temannya. Karena suatu hal,Manda harus mengambil beberapa barang yang masih tertinggal di apartemen. Setelahnya,mereka berdua akan pergi bersama untuk menemui rekan kerja Thea. Selang 15 menit, kendaraan hitam terparkir dalam basement dan terlihat gadis itu tengah meraih ponsel lalu menghubungi salah satu kontak. Tut... "Halo?" ujar suara g
Read more

52. Penyiksaan

Meski keluarga Briella tergolong ke jajaran kelas atas,namun kekayaan mereka tidak sebanding dengan seluruh properti sekaligus aset milik Nathan sendiri. Bisa dibayangkan seberapa besar keberhasilan yang laki laki itu capai tanpa bantuan keluarga Adelart. Bahkan hanya karena bekerja cukup lama dengannya,seorang pengawal mampu membeli rumah mewah. Itu semua Romi dapat dari hasil gaji dan juga investasi yang ia lakukan, Ruangan kosong yang begitu luas,entah sengaja dikosongkan atau apa. Namun tidak ada perabotan dan hanya terdapat rantai yang mengait salah satu kaki para pria tadi. Mungkin bagi beberapa orang ini adalah pemandangan yang tidak pantas. Tapi bagi kedua gadis itu,yang tengah mereka lihat adalah bentuk hiburan. "Sudah berapa lama mereka disini?" tanya Manda tanpa menoleh,menatap salah satu tahanan di depannya. "Tepat setelah malam itu, mereka langsung dibawa kemari." "Aku sengaja tidak memukul atau melukai, supaya kam
Read more

53. Hukuman

Dug. Karena dongeng sudah cukup di dengar. Dengan sigap Manda menghantam tengah selangkangan pria itu dengan heels yang ia pakai. "Arhg!" teriak Kai,dengan raut kesakitan. Raut semerah tomat,rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh. Pria itu tersungkur sambil meraih bagian tubuhnya yang terasa nyeri, "Anjing bodoh. Kau fikir pria yang berani menyiksa istrinya, bisa mengingat secuil jasa hinamu itu?" sontak Manda,merubah posisi dan berjongkok di hadapan Kai. "Jika kau memang memiliki keberanian, maka bebaskan adikmu!" "Bukannya mencari tumbal lain. Dan membiarkan adikmu terjebak di lubang hitam." "K-kau bilang. Akan melepaskanku jika aku bercerita semuanya," gumam Kai terbata bata,berusaha menahan rasa sakit. "Akan ku pertimbangkan! itu yang ku bilang." "Tapi sepertinya kondisimu cukup parah. Lebih baik kau istirahat disini," tegas Manda tersenyum ramah, Gadis itu berdiri dan berbalik,melangkah pergi men
Read more

54. Wawancara

"Kamu lagi ngapain sih?" celetuk Manda menatap gadis yang ada di atas sofa. Mereka berdua tengah melakukan kesibukan masing masing. Di satu sisi Manda sedang membuat properti dan memilih konsep pemotretan selanjutnya,di sisi lain ada Thea sedang sibuk menatap layar laptop. "Kerja lah! ngapain lagi?" "Ya santai dong. Pake nge gas segala," gumam Manda lirih,menekuk bibir bagian bawah. Tak..Tak..Tak.. Tidak adanya perbincangan,membuat seluruh ruangan dipenuhi suara ketikan. Lebih tepatnya gadis itu sengaja menekan papan keyboard dengan begitu keras, "Woy! ngetik apaan sih. Kenceng banget," gerutu Manda,beralih posisi. Kini gadis itu tengah duduk di samping Thea,menatap ke arah layar laptop yang melampirkan salah satu pesan email. "Orang lagi baca gitu. Tapi pake mainin keyboard segala," tambah Manda mengangkat alis,menoleh dan mendapati raut kesal di wajah Thea. "Gapapa. Aku lagi mens, bawaannya marah mulu.
Read more

55. Wawancara 2

Setengah jam berlalu,semua pertanyaan dapat laki laki itu jawab dengan lugas dan tenang. Disisi lain Thea terpukau dengan kelihaian atasannya, ini pertama kali dia melihat acara tanya jawab bahkan secara langsung. "Baik, kita akan masuk ke beberapa pertanyaan terakhir. Seputar kehidupan Tuan Adelard," "Di usia yang sudah berjalan 32 tahun. Apakah ada suatu hal atau harapan yang belum Tuan raih?" "Harapan? Itu tidak pernah ada dalam hidup saya." "Saya tidak pernah berharap untuk apapun. Karena saya bisa mendapatkan semuanya dengan mudah," sahut Nathan datar. "Cih, sombong amat!" ketus Thea dengan tatapan menusuk. "Wah jawaban yang sudah tidak diragukan lagi. Memang pantas menjadi pimpinan perusahaan Galaksi," ujar wanita yang ada di samping Nathan. Dia tersenyum lebar,terpesona dengan sikap dingin Nathan. Bahkan pipinya terlihat merona, "Apakah Tuan Adelard sudah memiliki pujaan hati?" "Apa apaan! ga nyambung ban
Read more

56. Hadiah

"Kamu udah boleh pulang." ujar Nathan,menempati kursi kerjanya. Perintah aneh yang membuat gadis itu terkejut. Thea terdiam sambil membulatkan mata, "Kenapa? udah sana keluar." timpal Nathan, "T-tapi ini masih jam 3. Belum waktunya pulang," sahut Thea dengan raut bingung. "Kalau disuruh pulang, ya pulang." "Istirahat di rumah. Nanti malam aku jemput!" "Loh. Saya ikut juga?" "Ya iyalah. Undangannya untuk dua orang, kamu mau aku berangkat sama Romi?" "E-enggak. Ng, tapi ga usah di jemput! saya bisa berangkat sendiri. Naik taksi," seru Thea,berusaha menolak tawaran laki laki itu. "Apa kamu ga bisa nurut? setiap apa yang ku katakan. Pasti kamu bantah," "B-bukannya gitu Pak. Tapi saya ga mau ngerepotin," gumam Thea merendahkan suara, "Kamu selalu buat masalah kalau ga diawasin. Jadi aku tidak akan memberi kamu peluang untuk pergi sendiri," tegas Nathan. "Terus Bapak ga pulang juga?"
Read more

57. Pesta

"Aku make up in ya?" tawar Manda dengan raut antusias. "Hah? ngapain? aku bisa sendiri kok." "Ih, sekali kali. Aku make up in ya? Plis!" seru Manda dengan raut memohon. "Hh, iya." ucap Thea pasrah. "Yes! acaranya jam berapa?" "Jam 7." "Oh. Masih lama! Ya udah, aku mau nonton ini dulu," sontak Manda kembali membenarkan posisi,menghadap ke layar. Waktu mulai berlalu,pukul 18.00 Gadis itu terlihat sedang asik menatap layar ponsel,sambil memasang raut takjub. Mengalihkan pandangan,ke arah angka penunjuk waktu. Sesuai permintaannya tadi,dia menyuruh Thea untuk segera duduk di kursi depan cermin. Lalu mulai melakukan kegiatan,merias bagian wajah Thea. "Barusan kamu lihat apa sih? kok heboh banget," tanya Thea,menatap melalui cermin.  "Acara tanya jawab paman." "Wawancara? emangnya udah ada?" sahut Thea sedikit terkejut. "He.em udah! Tadi sore jam 4 uploadnya," "Wah. Cep
Read more

58. Ayah Mertua

Gemerlap bintang yang menghiasi langit malam,membuat perayaan semakin meriah. Seluruh rangkaian acara pesta berjalan cukup lancar. Setelah selesai menemani Nathan bertegur sapa dan menyaksikan setengah perayaan,mereka berdua bergegas kembali. "Terima kasih udah nganter sampe sini," celetuk Thea menoleh ke arah pria yang duduk di sampingnya. "Oke sans." sahut Romi mengangkat alis. Setelah melepas seat belt,sorot mata gadis itu menoleh ke belakang. Melihat ke arah Nathan yang tengah duduk terdiam dengan wajah datarnya, "Terima kasih Pak, untuk bajunya. Saya pamit!" gumam Thea merendahkan suara, Laki laki tadi hanya berdehem mengiyakan. Dengan senyum sepat, Thea membuka pembatas lalu melangkah keluar. Berjalan menuju tempat tinggal temannya untuk mengambil kembali kunci serta beberapa barang yang ada disana. Pukul 21.00 Terlihat seorang gadis tengah berjalan dari arah dapur. Sebuah lapisan putih yang menutupi kutik
Read more

59. Cinta Lama

"Mereka berdua bertengkar, sampai Nathan tahu bahwa ibu mereka meninggal saat melahirkannya." "Sejak saat itu, dia menjadi anak pendiam, dan ambisius. Tapi aku tahu kalau dia selalu merasa kesepian," "Dan anak itu semakin membuatku khawatir karena belum menikah. Padahal usianya sudah sangat tua!" "Benar sih. Kalo menurut jaman dulu, usia Nathan pasti udah punya anak 2 sampai 3." "Kalo sekarang, wajar usia segitu masih fokus cari uang! Tapi siluman kan udah kaya? ga ada alasan buat ga nikah." pikir Thea, "Aku mengenal Barsha. Dia banyak cerita tentangmu, dan aku merasa bahwa kau bisa membawa kebahagiaan dalam hidup Nathan." Setiap harapan yang terpancar dari sorot mata Zen,membuat gadis itu takjub sekaligus terharu. Ternyata ada seseorang yang sangat menyayangi laki laki angkuh. "Apakah sebelumnya, Nathan memiliki kekasih?" gumam Thea merendahkan suara. "Dia tau soal Rena atau nggak ya?" fikir Thea,penasaran. "Ak
Read more

60. Satu Langkah

"Tenang Thea. Kamu ga boleh gugup! cuma ijin sakit doang," gumam Thea, mengotak atik layar ponsel. Tut... Dia tengah menghubungi salah satu kontak di hpnya. "Halo," ucap Thea merendahkan suara. "Hm?" sahut suara pria dibalik telepon "I-itu Pak. Saya mau minta izin cuti satu hari." "Apa?!" pekik Nathan, "Saya ga enak badan. Tiba tiba demam juga, terus dari tadi saya bersin terus. Kayaknya mau flu!" "Kalo saya masuk, nanti nular ke Bapak!" dusta Thea dengan nada antusias,semua ucapan itu muncul begitu mudahnya sebagai pertahan diri. "Hm. Ya sudah, tapi tidak ada lagi cuti buatmu!" "Baik Pak! saya janji ga cuti lagi." sontak Thea. "Tapi semua laporan harus tetap masuk, dan juga jadwal kegiatan jangan sampai berantakan." ketus Nathan lalu memutuskan panggilan. Kata kata yang baru saja gadis itu dengar,membuatnya merasa lega. Kini Thea hanya perlu menepati janji sebagai calon istri laki laki t
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status