Home / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Asisten Tuan Angkuh: Chapter 81 - Chapter 90

127 Chapters

81. Benda Lembut

WARNING 18+ ________________________________ Harap bijak dalam membaca ________________________________ ________________________________   Detik mulai berganti ke menit, hampir satu jam laki laki itu berusaha agar terlelap namun tak kunjung bisa. Suara rintikan hujan yang belum berhenti,bagai lagu pengantar tidur bagi Thea.    "Badanku sakit karena alas ini," benak Nathan,mengerutkan alis.   Meski kedua matanya terpejam,benak laki laki itu masih sigap menggerutu. Selang beberapa detik,dia merasa sedikit guncangan.   Perlahan membuka mata dan melihat Thea tengah beralih posisi dan menghadap ke arahnya.    "Tadi ngoceh dingin. Tapi sekarang malah nyenyak banget tidurnya!" gumam Nathan dalam hati,   "Eurhg..."   Gadis itu sedikit bergeliat,menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Tanpa senga
Read more

82. Minum obat

Sejak kejadian pagi tadi,Thea merasa sikap laki laki itu semakin berubah.  Dia semakin bertindak semena mena dan juga memberi perintah yang tidak masuk akal,   "Apa yang sedang kulakukan sekarang? Mengupas buah sendiri? Benar benar memalukan." celetuk Nathan dalam hati,menggerutui dirinya sendiri.   Baginya,beberapa pekerjaan seperti itu tidak patut dilakukan selama ada orang lain yang bisa melakukan untuknya. Terlebih lagi dia terbiasa dengan beberapa pelayan disampingnya,   Tapi apa boleh buat,hanya itu yang bisa dia lakukan untuk mengalihkan perhatian. Karena setiap berpapasan atau menatap gadis itu,benaknya langsung dipenuhi peristiwa yang terjadi pagi tadi.   "Thea. Tata ulang barang barang itu!" pekik Nathan tanpa menoleh.   Dia tengah duduk di luar pintu tenda sambil mengupas beberapa buah.    "Tapi Pak! itu kan udah ditata rapi kemarin. &nbs
Read more

83. Serangan balik

Karena ketetapan laki laki tadi,tentu saja Thea tidak ragu lagi untuk berbaring dan tidak takut kalau dia akan diusir jika penyakitnya menular.   Gadis itu berbaring di tempat yang sama seperti tadi malam,dan menghadap ke kanan. Nathan yang baru menyadari,mulai terlihat gusar.   "Lagi lagi aku lupa untuk bertukar posisi! Tapi akan terlihat memalukan jika tiba tiba menyuruhnya pindah," benak Nathan,tak sengaja menatap ke arah gundukan yang begitu jelas.   "Bapak ga tidur?" ujar Thea lirih.   "Ehem, tidak! aku masih ada urusan lain." timpal Nathan,segera beranjak pergi.   Sedangkan gadis itu hanya terdiam,menatap langkah kaki jenjang yang semakin menghilang dari pandangan. Nathan berjalan keluar tenda,   "Perasaan ini udah malam, dan sekarang lagi di pulau kecil."   "Emangnya ada urusan apa?" pikir Thea,mengerutkan alis.  
Read more

84. Lembur (1`8 +)

WARNING 18+ ______________________________   Harap bijak dalam membaca. ______________________________ ______________________________   "Apa yang Ba-"   "Sh, diam." ujar Nathan dengan nada lembut,lalu mendongak sekilas.   Gadis itu dapat dengan jelas menatap raut teduh di wajah Nathan,seketika tersihir,mulutnya tertutup rapat tak mengomentari apa yang laki laki itu lakukan.   Melihat kebungkaman Thea,dengan segera telapak tangannya meraup gumpalan tanpa sangkar itu,melontarkan sebuah pijatan kuat.   "Ah..." ucapan sakral yang tiba tiba terlepas dari mulut Thea.   Bahkan gadis itu merasa malu,karena tidak dapat mengontrol ucapannya. Namun Nathan,diam tak peduli, masih meremas p*yud*ra Thea dengan tempo lambat,   "Bodoh. Dia hanya berusaha melakukan pengobatan!" hardik Thea dalam hati,dengan polo
Read more

85. Mencuci baju

Mereka berdua melupakan hal yang terjadi semalam,bahkan bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun. Gadis itu benar benar beranggapan bahwa Nathan memang tengah mengobatinya,   Sedangkan laki laki itu berusaha bersikap normal dan menjaga sorot matanya agar tidak teralih ke area berbahaya.   Waktu berlalu,seluruh tempat terkena sorot merah yang berasal dari arah barat. Matahari mulai tenggelam,dan gadis tadi terlihat tengah menatap punggung Nathan yang sedari tadi sibuk memegang kamera.   "Hampir malam. Lebih baik aku kembali ke tenda," benak Nathan,berbalik.   Namun langkahnya terhenti,terkejut mendapati gadis yang berdiri tepat di depannya.   "Kamu ngapain disini?" ujar Nathan dengan raut datar.   "......." Thea terdiam sambil mengalihkan pandangan,berusaha mencari alasan yang tepat.   Sebenarnya sejak tadi,gadis itu terlalu bosan untuk
Read more

86. Coklat panas ^°^

Waktu berlanjut hingga keesokan pagi.   Penantian terakhir,hari yang mereka tunggu telah tiba. Lebih tepatnya ini sudah hari ke enam mereka terdampar di dalam pulau tak berpenghuni.   Di dalam tenda,seorang gadis baru saja terbangun dari mimpi indah. Kedua tangannya terentang bebas,   "Hoam.."   "Akhirnya pulang juga!" benak Thea,tersenyum lebar.   Berdiri dan melangkah pergi, menyibakkan pembatas kain lalu menatap teduh pemandangan yang ada di hadapannya.   Sepertinya gadis itu mulai terbiasa dengan semua pemandangan alam ini, meski begitu dia tetap merindukan tempat tidur empuk dan selimut tebalnya.   "Kemarin udah hari kelima. Tapi sampe malam ga ada yang jemput! Pasti mereka jemputnya pagi ini," pikir Thea merasa senang.   Menghentakkan kaki keluar ruangan,segera mencari seseorang. Betapa terkejutnya Thea saat men
Read more

87. Salah sangka

"Barang barang kemarin sud-"   "Buang." sontak Nathan,memotong ucapan pria tua tadi.   Satu malam mereka habiskan di resort yang telah disewa oleh Barsha. Laki laki itu bersikeras meminta penjelasan, namun Zen hanya bisa menghindar dan berlindung dibalik nenek Thea.   Kemarin saat sore hari,   (Di area kolam)   Mereka berenam tengah bersantai bersama,saling berjajar mengisi setiap kursi tidur dengan segelas limun yang menemani.   "Ayah. Aku harap tidak ada lagi rencana seperti kemarin!"   "Jika terjadi sesuatu diluar dugaan. Akan sangat berbahaya," tegas Nathan,melirik ke arah pria yang tengah tidur di sampingnya.   "Hm.." sahut Zen singkat.   Tadi malam,   (Di ruang keluarga)   "Ayah, ada yang ingin aku bicarakan." seru Nathan,berjalan menghampiri pria ya
Read more

88. Pria Lain

Hening menyelimuti ruang kerja yang begitu luas,buku tertata rapi serta puluhan furniture yang telah terpajang tanpa sebutir debu.   Terlihat seorang pria tengah duduk khidmat menumpas tugas. Berkat 5 hari kemarin,ada banyak tumpukan dokumen yang harus Nathan periksa.Bahkan masih banyak laporan yang belum ia setujui,   Tap.. Tap.. Tap..   Terdengar langkah kaki dari luar. Selang beberapa detik pintu terbuka, mengundang sorot mata Nathan. Menatap dua orang yang baru saja masuk,   Laki laki itu menatap tajam,tak mengerti dengan alasan apa, Ale datang ke ruangannya.   "Selamat pagi Pak," sapa Thea,sekilas menunduk.   "Hm.." sahut Nathan,kembali menatap pria di samping Thea.   Mereka berdua saling bertukar pandangan,seketika Ale menyadari dimana posisinya sekarang.   "Ehem, selamat pagi Pak."  
Read more

89. Bersaing merebut Ale ale?

Hari mulai siang,waktu sudah hampir mendekati jam istirahat. Terlihat banyak karyawan yang mulai berlalu lalang dan bersiap menuju kantin.   Disisi lain,Thea yang baru saja selesai menggarap setengah tugas,segera beranjak untuk menghadap atasan.   Tap.. Tap.. Tap..   Dengan berat hati,gadis itu melangkah masuk ke dalam ruangan yang terlihat asing baginya.    Baru saja pintu terbuka,tercium aroma  lavender memenuhi ruangan. Seorang wanita berambut gelombang yang terurai panjang,tengah duduk di kursi kerjanya.   "Masuk.." suruh Mia datar.   "Ngapain sih, tiba tiba manggil?" benak Thea,segera berdiri tepat di depan wanita tadi.   "Nona Thea, apa saja yang sudah anda lakukan untuk berada di posisi ini? Maksudku, menjadi asisten pribadi pimpinan."   Wanita itu bertanya dengan raut dingin,semakin m
Read more

90. Mati lampu

"Kamu lihat kan? gimana perhatiannya paman sama Rena? Kalo kalian semakin dekat. Pasti paman bakal gitu juga," Setiap pulang kerja,gadis itu lebih sering menghabiskan waktu bersama temannya. Tapi entah kenapa,hari ini emosi Thea terasa jauh lebih sulit untuk dikendalikan. Ucapan beberapa hari lalu,kembali melekat di benak Thea dan membuatnya kesal. Langkah kaki berjalan masuk ke dalam rumah. Berbekal tas yang tergantung di lengan tangan,gadis itu tak sengaja mengalihkan pandangan menuju meja makan. Terlihat seorang laki laki yang baru saja selesai menghabiskan hidangan. Perlahan menoleh dengan sorot dingin, "Ini sudah larut. Kau dari mana saja?" celetuknya datar.   Entah kenapa,gadis itu masih merasa kesal dengan ucapan Manda yang terngiang di benaknya.    "Bukan urusanmu." ketus Thea,tanpa ragu menatap malas sembari membuang muka.   Tingkah laku yang sangat membuat Na
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status