Beranda / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Asisten Tuan Angkuh: Bab 101 - Bab 110

127 Bab

101. Gadis ceroboh

 Pandangan itu menoleh ke arah wanita yang ternyata tengah sibuk menebar senyum usil, "Tempat apa ini?" "Tempat makan," sahutnya santai seraya mengalihkan pandangan. Jemarinya berisyarat menatap cermin mobil, kendaraan hitam itu berhenti di tengah tempat dengan sigap pria yang sebelumnya bertugas sebagai supir mulai beranjak pergi. Punggung tadi perlahan menghilang meninggalkan mereka berdua, Dia memilih bungkam semakin menaruh rasa penasaran dalam benak Nathan, mulai beranjak memindahkan posisi kursi mobil.  "Tempat makan? Kau ingin aku makan disini--di dalam mobil?" ujarnya datar tak melepas pandangan pada wanita yang baru saja menunduk dan menempelkan diri ke paha kirinya demi merubah ketinggian
Baca selengkapnya

102. Pengaruh alkohol

"Huk!" satu cegukan berhasil lolos dari mulut Nathan, Dengan usaha keras dia mempertahankan kesadaran, semua hal terasa sedang melayang dengan getaran yang menggoyahkan tubuhnya. Dengan jelas tercium aroma menyengat di area tubuh, suhu panas perlahan mulai menggerogoti dan menampakkan rintik air di kutikula tubuh, "Sayang--kau berkeringat," gumam Rena mengusap lembut air di kutikula kening. Reaksi yang berbeda, wanita itu hanya sedikit terpengaruh namun masih sadar dengan semua yang terjadi. Dia menatap lembut sosok yang mulai mengutip kancing kemeja, "Disini sangat panas. Hidupkan pendinginnya," pinta Nathan merendahkan suara. "Panas? Kalau begitu, kau bol
Baca selengkapnya

103. Video call?

"Engga--kita udah janjian sarapan di rumah masing masing terus berangkat! Ya?" mengetuk keras punggung tangan gadis tadi, "Iya, Manda udah sarapan--tadi-di rumah." tersenyum kikuk berusaha berbohong sesuai arahan temannya, "Ya udah Nek, kita berangkat dulu ya? Sampai jumpa nanti pulang kerja," pamit Thea bergegas beranjak sambil menarik cepat tas kerja pengisi kursi lain lalu meraih paksa pergelangan Manda. "............" Dia tersenyum sekilas menunduk sebagai tanda pamit pada wanita tua yang sibuk menatapnya dengan raut bingung, "Hati-hati!" sontak Barsha baru saja merespon setelah kedua punggung itu hampir menghilang dari pandangan. "Ada apasih? Kok kayak
Baca selengkapnya

104. Pesta di masa lalu

"Apakah aku sedang bermimpi? Atau barusan gadis itu memang benar-benar memutuskan panggilan." gumam Nathan nyaris tak percaya menatap layar yang tidak lagi menampilkan sosok gadis tadi."Hhh," menghela nafas berat dengan rasa kesal memenuhi benak, dengan cepat mendepak benda tipis itu ke sembarang arah."Eurhg!" menjambak sekilas ujung kepala yang terasa berdenyut,"Aku sangat kesal. Pertama kalinya ada seseorang yang berani mengabaikanku dan--orang itu, bawahanku sendiri.""Sial! Berangkat bersama dengan teman? Mari kita lihat, teman mana yang dia maksud." bergegas berbalik seraya mencari ponsel yang sempat diabaikan, begitu lihai mengotak atik layar demi mencari salah satu kontak."Tunggu!""Apa yang sedang ku lakukan?" sontaknya seketika diam tak berkutik, kembali berpikir tentang sikap aneh yang sedang terjadi."Kenapa aku harus repot mencari tau. Biarkan saja dia berangkat dengan siapapun, asalkan itu tak menimbulkan masalah bagi
Baca selengkapnya

105. Memberanikan diri

"Selamat pagi. Nona---" "Amanda. Panggil saja Manda," timpalnya berhasil terbebas dari lamunan. Muncul rasa gugup yang jarang terjadi bahkan membuat gadis itu tak berani bertatap mata langsung. Sorot mata menatap acak benda yang ada di sekitar, "Baiklah, Nona Manda. Silahkan duduk," pinta Ale tersenyum ramah. Beranjak melangkah ke depan sofa seraya melepas kancing pengait jas birunya. Menempelkan bokong bersamaan dengan langkah kaki kecil yang gadis itu ambil, "Kayaknya, dia ga inget sama aku." benak Manda menghela nafas lega, "Kalo tahu dia yang jadi ketua departemen, pasti udah dari dulu aku bekerja untuk perusahaan ini." Siapa sangka dia bertemu dengan sosok di masa lalu yang pernah membuat hati seorang gadis kecil bergetar berkat paras serta keramahan, setidaknya Manda bersyukur telah tersesat di malam itu. Jika tidak? Maka dia tidak akan pernah merasakan sensasi aneh yang tengah menggelitik perutnya. Cahaya serta s
Baca selengkapnya

106. Lukisan asing

Ruang luas berisi puluhan meja yang dibiarkan tersaji dengan beberapa kursi mengelilingi, lalu lalang pengunjung menciptakan hentak kaki serta kebisingan di ujung pintu.Salah satu meja terletak paling sudut menjadi tempat dimana dua gadis bersetelan formal sedang duduk berhadapan. Kedua manik hitam tak henti menyorot sosok yang masih sibuk menghilangkan cegukan, tubuh Thea berulang kali menciptakan suara aneh karena terlalu lama menangis."Berhenti menatapku," tegasnya merasa risih."Aku ini sedang menunggu, kapan kau mulai bercerita?""Ya---mau bagaimana lagi. Setiap mau ngomong--selalu terpotong," sanggah Thea menekuk bibir, mendapat helaan nafas dari temannya."Kau mencintai paman?" celetuk Manda membuat gadis tadi terkejut dengan kedua mata nyaris terbelalak,Bagaimana bisa sebuah pertanyaan itu muncul bahkan sebelum mendengar kisah yang terjadi. Keduanya terdiam untuk mengetahui kebenaran yang masih
Baca selengkapnya

107. Musibah

"Oh ya, aku mau tanya---kenapa nenek bisa ada di rumahmu?" celetuk Manda sekilas melirik gadis yang tengah mengisi kursi mobil disampingnya,   Setelah selesai mengembalikan suasana mereka berdua baru menyadari berjam jam waktu yang telah dihabiskan hingga sore hari. Kendaraan roda empat itu melaju normal, menepis hembusan angin serta debu dalam rantai jalan.    "Ga tau, tiba-tiba nginep. Kayaknya sih mau mastiin hubungan aku sama Pak Nathan," dusta Thea berusaha menutupi kebenaran,   Setelah berpikir juga membulatkan tekad meski harus menanggung rasa bersalah karena telah berbohong, keinginan Thea tak tergoyah untuk tetap menyembunyikan semua hal sebelum dalang dari masalah itu terungkap.   "Ya mungkin, nenek u
Baca selengkapnya

108. Acara Lelang

"Tuan sedang ada di ruang kerjanya, silahkan masuk. Akan saya antar," ujar seorang pelayan wanita paruh baya di depan pembatas yang telah terbuka. Kaki renta Zen dengan sigap melangkah masuk ke dalam rumah mewah yang belum pernah dilewati. Meski baru pertama kali berkunjung, pria itu tak ragu menoleh ke sekeliling sekilas melihat kondisi gedung bertingkat yang terasa sunyi. Menyusuri beberapa ruang hingga menaiki tangga demi menemui sosok penting, "Dimana semua orang?" "Tuan Muda dan Nona sedang menghadiri pesta yang diadakan rekan bisnis, sedangkan Nyonya----pasti sekarang, beliau ada di kamarnya." merendahkan suara sedikit menoleh dengan kepala tertunduk sebagai tanda hormat, Langkah mereka melambat setelah mendap
Baca selengkapnya

109. Dusta besar

Ceklek, Suara pembatas terbuka membuat sedikit kebisingan di tengah ruang luas bertabur warna putih, tercium aroma obat menyebar ke segala sisi. Namun tak mengusik seorang gadis yang terlihat masih tegar menduduki sofa empuk sambil menghadap ranjang besar di depannya, Meski mendengar hentak kaki, kedua manik hitam itu lebih memilih tak acuh guna menatap lekat sosok yang masih memejamkan mata meski dalam waktu lama. "Saya membawakan beberapa makanan," celetuk Romi tak segan menyajikan satu persatu bungkus ke atas meja. Sebagai seorang bawahan yang patuh terhadap perintah, pria itu juga tak pernah beranjak jauh demi memastikan kondisi cucu majikannya. Dalam waktu sekejap seluruh meja terpenuhi dengan berbagai macam hidangan, Semua itu berhasil mengundang sorot mata Manda. "Nafsu makanku tidak sebanyak ini," "Ha---ng, maaf. Saya tidak pandai memilih makanan, jadi saya memesan semua menu yang terjual." sahut Romi me
Baca selengkapnya

110. Keputusan sepihak

BAB 109Sebuah kendaraan roda empat baru saja melewati gerbang berukuran besar, menapak jalan demi berhenti pada area halaman sebuah gedung mewah. Manik hitam Manda sekilas menatap tempat yang pagi tadi ia kunjungi, siapa sangka kaki itu harus kembali melangkah ke dalam tempat yang mengingatkan duka.  Helaan nafas muncul tepat sebelum telapak tangannya meraih knop pintu lalu berjalan keluar. Ditemani sosok pria,  mereka berdua bergegas maju hingga melewati pembatas yang sengaja dibiarkan terbuka,"Nona Manda," panggil suara wanita yang tengah berdiri sambil menyiapkan meja makan.Sekilas kedua alisnya terangkat mendapati kehadiran pengawal, "Romi, juga datang---Nona Thea masih diluar? Oh ya, Nyonya besar tidak ada dirumah! dia--""Pergi ke rumah kakek," timpal Manda, perlahan menoleh menatap lekat wanita tadi sambil mempertahankan raut datarnya."Aku tahu karena sempat bertemu di perjalanan," lugasnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status