Beranda / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Asisten Tuan Angkuh: Bab 111 - Bab 120

127 Bab

111. Kesempatan lain

"Dimana Thea sekarang?"Bukan kalimat angkuh atau pembelaaan diri, melainkan sebuah pertanyaan yang terlontar dari mulut pria itu. Terlihat begitu serius seakan benar benar ingin tahu keberadaan seseorang,"......." Namun tidak semudah perkiraan, gadis di depannya lebih memilih diam dengan bibir mengatup rapat, begitu enggan menanggapi bahkan merasa senang melihat raut kebingungan yang terlukis di wajah Nathan.Sekilas mereka berdua terkesan dengan sikap tak terduga yang belum pernah pria itu lakukan. Mungkinkah hasil dari perkataan Manda? Atau memang perasaan tulus yang selama ini dipendam?Walau belum mendapat kepastian, tanpa berputus asa kedua manik hitam Nathan beralih menatap sosok pengawal yang selalu tunduk dengan perintahnya. "Romi, katakan---dimana Thea sekarang? Apa di rumahku?" merendahkan suara,Nyaris saja muncul sahutan, namun dengan sigap Manda mencengkram erat telapak kekar disamping
Baca selengkapnya

112. Teman tidur

 Padahal selama perjalanan dia telah mendapat banyak siraman pelajaran untuk mencoba sopan juga berlembut kata demi menjalankan aksinya. Namun siapa sangka seluruh informasi tadi lupa pria itu gunakan saat kesan pertama, "Maksud saya, biarkan saya menjemput Thea." ujar Nathan masih berusaha merubah raut datar yang terpasang di wajah. "Tidak, Thea tidak memerlukan kunjungan anda. Jadi silahkan kembali," menolak dengan pasti, merasa enggan menerima kehadiran pria yang sangat dibenci karena sifat juga rumor tentangnya. "Paman, setidaknya biarkan om saya menemui Thea---sebentar saja.." sanggah Manda memelas, "Manda, aku tidak keberatan denganmu karena kamu teman Thea. Tapi jika pria ini---maaf! Aku tidak menerima kunjungan orang asing," "Paman, jangan lupa kalau saya adalah suami Thea." tegas Nathan memasang raut dingin yang berhasil membuat orang di sekitar tertekan.
Baca selengkapnya

113. Buku catatan

"Biarkan tanganmu seperti ini---kamarnya sangat panas dan tanganmu cukup dingin," lugas Nathan merendahkan suara, Sayang sekali kedua maniknya tak sempat melihat raut wajah Thea yang berubah semerah tomat berkat ucapan tak berarti. Entah bagaimana bisa, dia begitu lemah dengan suara berat yang telah lama tak didengar.Namun semua itu justru membuat gadis tadi merasa kesal, karena hanya dia yang merasakan emosi berkecamuk di dalam hati. Dengan cepat menarik paksa hingga berhasil melepaskan diri dari genggaman Nathan,Segera mengundang perhatian, sampai membuat pria itu membuka mata namun hanya mendapati punggung ramping berbalut kain merah muda."Apa kulitku terasa kasar---mungkinkah karena aku belum mencuci muka? Kenapa gadis ini menolak untuk menyentuhku," pikirnya mengerutkan alis, sekilas meraba kutikula pipi.Begitu banyak ribuan wanita yang rela berbaris demi bertemu Nathan, tapi gadis itu dengan mudahnya me
Baca selengkapnya

114. Tanpa busana

Cahaya fajar mulai menyingsing ditemani alunan melodi berkat kicauan burung yang sedang bertengger ria pada ranting pohon. Mengepakkan sayap sambil berputar seakan menari untuk mengawali hari,Udara sejuk menerpa bulir embun yang berpijak pada daun hijau, perlahan menetes hingga terserap membasahi tanah. Seluruh alam terasa lebih sejuk berkat guyur hujan yang baru saja berhenti beberapa saat lalu,Kring...Kring...Kring...Dering suara seketika mengusir kesunyian, di tengah ruang luas terlihat ranjang besar berisi dua sosok dengan mata terpejam juga selimut tebal menutup tubuh.Bunyi yang tak kunjung reda mulai mengusik Thea, kedua alisnya bertaut sambil berdecak lirih sebelum mengulurkan tangan demi meraih benda di atas laci.Sebenarnya gadis itu memang sengaja untuk tetap menyetel alarm yang selama ini berjasa karena telah membangunkannya, "Eurhg,"Setelah berhasil menghentikan kebisingan
Baca selengkapnya

115. Beda selera

Sikap gugup serta pandangan yang berusaha menghindari kontak mata membuat gadis itu curiga, segera menutup pembatas sebelum melangkah mendekat. "Thea.."Meski terlihat kedua kelopak yang masih bengkak akibat menangis, raut cerah itu tak menunjukkan adanya kesedihan yang membuat Sera merasa heran. Walau dia tahu jika orang yang paling tersiksa atas musibah kemarin adalah Thea,Apa ini karena kehadiran sosok pria yang semalam telah diceritakan oleh Raya? Namun entah apapun itu, dia bahagia jika Thea mampu mengatasi kesedihannya. "Kau, baik-baik saja?""Hah? Ten-tentu, aku baik-baik saja. Sangat baik!" ungkapnya tergagap, dengan raut antusias hingga diakhiri senyum cerah."Oh yaudah," angguk Sera berusaha mengiyakan meski menyadari jika ada sesuatu yang tengah ditutupi."Tapi---mana baju gantimu?" mengamati kedua tangan gadis yang tak membawa apapun,"Eh, ng. Aku--""Kamu lupa?" ujarnya mengangka
Baca selengkapnya

116. Menilai ulang

"I-iya benar." sahut Thea tersenyum berusaha mengusir emosi aneh di hatinya,"Kalau begitu, aku pergi!" segera melangkah demi menghindari perbincangan lain.Beruntung gadis tadi tidak mencegah ataupun bertanya tentang kegugupan Thea. Hingga membuatnya merasa lega melewati lorong menuju kamar lain,Namun entah kenapa, tiba-tiba dia teringat akan setiap cerita Sera. Lebih tepatnya kejadian nyata yang tidak dapat disaksikan secara langsung, "Bersikeras untuk menjemputku pulang?""Siluman melakukan semua itu? Tapi untuk apa?" mengerutkan alis demi menebak alasan dari sikap Nathan."Jika dia datang bersama Manda, itu berarti Manda yang memberitahunya----ck, kenapa sih aku pake tidur dulu? coba saja aku belum tidur! Pasti aku bisa melihat secara langsung bagaimana dia berdebat dengan paman," gumam Thea sedikit merasa kecewa."Thea," panggil suara pria dari arah tangga, berhasil mengundang perhatian.
Baca selengkapnya

117. Mendapat hukuman

Tok..Tok..Tok..Bising ketukan pintu dari luar kamar berhasil memecah keheningan ketika mereka berdua terdiam dengan ego masing masing. Di satu sisi gadis yang telah menggerutui diri sendiri karena terlalu mudah masuk ke dalam rencana dan dipermainkan oleh pria di depannya,Lalu di sisi lain Nathan yang masih menunjukkan raut datar dengan sorot angkuh tak menyesal atau lebih tepatnya dia memang tidak menyadari jika perbuatan tadi telah menyinggung hati Thea.Sekilas kedua manik itu melontarkan tatapan sinis sebelum melangkah pergi demi membuka pintu, "Tunggu!" sontak Nathan,Gadis itu menoleh dengan tangan menyentuh ambang bagian knop pembatas, "Apalagi yang kau inginkan?!"Rasa kesal dalam sorot matanya seakan menciptakan telepati yang mampu membuat Nathan mendengar isi hati Thea, "Jangan buka pintunya,""Kenapa?" sahut Thea malas,"Kau bu
Baca selengkapnya

118. Kita akan berlibur..

Waktu berlalu dengan cukup lambat, apalagi bagi Thea yang tengah duduk di dekat kedua pria tadi. Entah bagaimana bisa ruang tempat berkumpul keluarga yang seharusnya diperoleh dengan senang juga berubah jadi begitu sunyi dan mencekam. "Katakan untuk segera pergi dari rumahku," ketus Yosep enggan menatap mata, sibuk mengoper sisa nasi ke dalam sendok. "Tenang Paman, kami akan segera pergi tepat setelah sarapan." sahutan Nathan datar, seolah tidak tahu meski tahu jika orang di hadapannya sedang berantusias mengusir.
Baca selengkapnya

119. Meminta izin

Karena gadis yang masih bersikeras mengajak Nathan ke suatu tempat, mau tidak mau setelah berganti pakaian mereka berdua pergi menaiki mobil yang dibawa oleh Romi.Kedatangan pria itu juga menyelesaikan kesalahpahaman yang beberapa saat lalu terjadi. "Thea, kenapa kau memintaku membawa baju? Padahal tadi, Pak Nathan sudah memakai baju baru."Seperti biasa dia menempati kursi depan agar tak mengganggu kenyamanan tuan muda. "Itu tadi, baju milik sepupuku..""Apa?!" sontak Romi terkejut mendengar kebenaran yang belum pernah terjadi,"Sudahlah lupakan saja. Itu telah berlalu! Jangan sampai ada yang kesal karena kita membicarakan hal tadi," bisik Thea berhasil menghentikan perbincangan,Menit berlalu kendaraan beroda empat itu telah melewati gerbang besar yang menuntun ke depan gedung megah familiar milik keluarga Adelard.Muncul helaan nafas panjang, dari seorang pria berjas coklat yang tengah melirik sekilas
Baca selengkapnya

120. Mendapat izin

"Hah?! K-kenapa!"Tentu saja gadis itu terkejut tak mampu berkutik mendengar saran aneh dari mulut Zen. Bukannya mendukung dan membiarkan Thea membantu karena pasti mengerti tentang emosi yang dirasakan, dia justru menggunakan ide aneh Nathan untuk mengusir mereka."Tu--" nyaris saja sebuah panggilan hormat muncul berkat batin yang terlalu antusias, beruntung dia sadar pada waktu yang tepat."Aku mohon, izinkan aku membantu..""Bukankah tadi sudah kujelaskan, bahwa kaulah target mereka. Liburan adalah cara yang tepat untuk kau bersembunyi,""Kau harus menghilang selama beberapa hari untuk mengecoh mereka. Dan Nathan akan menemanimu," beralih menatap sosok lain."Kau tidak boleh pergi kemanapun dan pastikan Thea selalu berada di sampingmu sampai keadaan aman----biarkan aku menjalankan rencana yang telah kami setujui," lugas Zen berhasil membujuk,Meski tidak tahu apapun tentang rencana yang dim
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status