Home / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Asisten Tuan Angkuh: Chapter 91 - Chapter 100

127 Chapters

91. Mau tidur bersama?

Dengan usaha keras,gadis itu berhasil membujuk Nathan. Mereka berdua saling berpegangan tangan,mulai melangkah menuju meja.   Thea memimpin jalan,sembari memastikan tidak ada benda yang mereka tabrak.   "Kamu lama banget sih, nyari hpnya! Masa dari tadi ga ketemu?" celetuk Nathan,mengeratkan genggaman.   "Mm, mulai ngocehnya! udah bagus aku mau nolongin." benak Thea menggertakkan gigi.   "Thea! Kamu kok diem aja!"   "Sabar Bapak, ini saya berusaha biar ga nabrak meja sama kursi. Kalo mau cepet,  Bapak diem disini! Biar saya cari sendiri." tawar Thea,merendahkan suara.   "Ga usah. Kita cari berdua, biar aman. Nanti kamu malah nyasar!" sanggah Nathan,datar.   Gadis itu menghela nafas,berusaha menahan rasa kesal. Berjalan kembali mencari benda yang bisa ia gunakan sebagai pencahayaan.   Duar!  
Read more

92. Pilih makan atau peluk?

Tok. Tok. Tok.   "Nyonya! Nyonya!" pekik suara wanita di balik pembatas kayu.   Di atas tempat tidur yang empuk nan juga hangat,terbaring seorang gadis yang tengah tertidur.   Perlahan suara ketukan pintu yang semakin menggema,membuat mimpinya terganggu. Alisnya mengerut dan membuka mata,   "Eurhg." gerutu Thea,segera beranjak duduk.   "Nyonya!"   "Masuk!" pinta Thea,mengeraskan suara.   Pembatas besar itu terbuka,seorang wanita tua baru saja melangkah masuk dengan raut cemas yang terpampang nyata di wajahnya.   "Nyonya. Tuan!"   "Ada apa?" ujar Thea,dengan muka bantal.   "Tuan."   "Iya. Dia kenapa?" tambahnya, mengangkat alis.   "Tadi. Tidak! Baru saja, saya masuk ke kamarnya."   "Tapi Tuan tidak bangun juga. Saat
Read more

93. Bapak mau ngapain?

Glek..   Glek..   Glek..   Diteguknya habis segelas air tadi. Setelah perjuangan panjang,gadis itu berhasil membuat Nathan memakan semangkuk makanan yang ia siapkan.   Menatap lekat,seorang gadis yang masih duduk di tepi ranjang. Perlahan melirik tangan yang perlahan Thea sodorkan dan menyentuh keningnya.   "Belum turun juga, suhunya masih sama."   "Sudah. Pergilah!" sontak Nathan,datar.   "Ng.." geleng Thea,dengan pasti.   "Saya bakal nunggu disini. Sampe demamnya turun!"   "Terserah. Tapi jangan ganggu tidurku!" tegas Nathan,membaringkan tubuhnya kembali.   Gadis itu menatap lega,punggung lebar yang membelakanginya. Kini yang perlu dilakukan hanyalah menunggu sampai Peny datang dan membawa obat,   3 jam kemudian.   Kedua alisnya berc
Read more

94. Wanita simpanan

BRAK! Laptop, telepon duduk, beberapa pajangan serta setumpuk berkas yang ada di atas meja, didepak bersih oleh kedua tangan wanita itu. Raut kesal yang terpampang nyata, dia mengeratkan gigi sambil mengepalkan tangan dengan kuat.  "Baru minggu lalu, aku menegaskan untuk tidak bertingkah." serunya dengan nada geram. "........." "Mereka selalu mengambil cuti di hari yang sama!" "Eurhg, sial!" "Kenapa? Kenapa kau memilih gadis tak terpelajar itu?" "Aku harus memberi pelajaran y
Read more

95. Meninggalkan istri

WARNING 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN MEMILIH BACAAN ______________________________________ "Dasar pembuat onar," gumamnya lalu berbalik pergi membiarkan mereka melangkah mengikuti arahan. Klap, pembatas terbuka dengan sigap menempati kursi kerja miliknya. Ketiga karyawan saling berjejer menghadap laki laki yang tengah duduk santai. Meski begitu hanya Thea yang berani menegakkan kepala tanpa rasa cemas, entah mengapa kejadian kemarin mengusir rasa takutnya saat berhadapan dengan sosok angkuh itu. "Ceritakan apa yang terjadi?" menatap datar gadis yang ada di tengah barisan. "Bapak tadi saya-" "Mia. Kau paling lama bekerja disini, pasti tau kalau saya tidak suka ada orang yang menyela atau menolak perintah." timpal Nathan, memotong ucapan wanita tadi. "Saya sedang bertanya pada orang lain." "Baik Pak, saya mengerti." angguknya dengan kepala tertunduk. "......" Dengan isyarat mata, dia m
Read more

96. Pisah kamar

"Nah. Kita udah sampai," ujar Rena, mendorong pembatas kamar. Sorot mata itu menoleh seraya memberi isyarat pada pegawai hotel yang bertugas membawa koper milik laki laki tadi. Setelah selesai menyelesaikan kerja dengan sigap berbalik keluar, menutup pembatas yang menyisakan dua orang di dalamnya. Perlahan pandangan Nathan beralih pada barang barang pengisi laci. Berbagai macam perabotan yang seharusnya tak ada di dalam kamar hotel sedikit menabur curiga dalam diri, "Apa kamar ini baru saja ditempati tamu lain?" menatap sinis, "Ha? Kok tanya gitu. Emangnya kenapa?" sontak Rena penasaran, "Banyak pajangan dan beberapa benda disana. Pasti tamu sebelumnya lupa mengemas barang mereka,"  "Oh, ini semua barang barangku." seru Rena menjelaskan, "Lalu kenapa kau membawaku kemari?" "Kita bakal tinggal sekamar. Kebetulan hotelnya lagi penuh," sanggahnya berusaha membujuk. Seperti biasa meski telah mengenal lama, laki
Read more

97. Menunggu sebuah panggilan

Kaki beralas heels itu baru saja melewati pembatas besar yang berhasil terbuka berkat sedikit dorongan telapak tangan. Melangkah masuk sambil menatap santai ruang kosong di depannya, Seketika sorot mata Thea mulai melirik ke arah lain, merasakan sesuatu yang samar baru saja melewati hidungnya. "......" Mulai berbalik menghadap ke sisi dapur, berjalan perlahan mendapati seorang wanita yang tengah berdiri menghadap kompor. "Uhm, wangi banget!" gumam Thea memejamkan mata sambil mengendus kuat aroma yang memenuhi ruangan. "Nyonya sudah pulang?" "Iya." angguk Thea, sibuk melirik makanan yang mengisi alat penggorengan. "Kamu sedang masak apa?" "Oh. Ini lagi masak capcay," sahut Peny tersenyum lebar, dengan lihai menggerakkan sudip yang ada di tangannya. "Oh ya! Tadi Alpha pesen ke saya buat nyampein omongannya Tuan." "Ha?" Kedua alisnya bertaut, menekuk bibir berkat tak memahami ucapan wanita itu. "Tuan siapa?
Read more

98. Rumor baru

"Pergilah. Dan bunuh gadis itu!" Tak.Tak.Tak. Hentak heels sebagai alas kaki itu mulai menginjak keluar dari lift. Hari ini sedikit berubah, karyawan yang sebelumnya bergosip secara terang terangan kini tak lagi melakukannya. Mungkin berkat kejadian kemarin, mereka memilih berbisik begitu pelan agar tak terdengar ke telinga Thea. "Selamat pagi," sapa seorang karyawan yang baru saja berpapasan sambil tersenyum ramah. "Ng?" sedikit terkejut, Bahkan itu membuat Thea tak sempat membalas sapaan tadi. Berusaha untuk tetap tenang namun kembali mendapat perlakuan sama, "Pagi Nona Thea," "P--pagi." sahutnya tersenyum singkat, "Ini pada kenapa sih? Kok tiba tiba jadi sok ramah gini," pikir Thea, melihat setiap karyawan yang mulai tersenyum sebagai tanda sapaan setiap melintas di depannya. Meletakkan tas lalu dengan sigap menempati kursi kerja. Mengotak atik papan keyboard mulai lihai mengerjakan tugasn
Read more

99. Kunjungan Nenek

"Halo," seru suara wanita di balik telepon."Shasa, Ada apa?" sahut Peny mengangkat alis.Dia meninggalkan area dapur setelah mendengar dering dari arah lain. Logat yang tak lagi asing membuatnya sedikit terkejut, apa yang membuat Barsha menghubungi telepon rumah keluarga menantunya padahal masih ada ponsel sebagai penghubung."Nathan udah pulang? Kalo udah panggilin. Aku mau bicara,""Gak. Dia lagi ada kerja di luar kota," ujar Peny merendahkan suara,"Terus Thea ikut juga?""Engga, dia tetep disini. Lagian kenapa ga telpon ke hp mereka sih?""Aku mau ngomongin sesuatu sama Nathan. Tapi ga punya nomor hpnya," gumam Barsha,Di sisi lain seorang gadis dengan setelan formal, tengah khidmat mengemudikan mobil melewati gerbang utama kediaman Adelard. Raut datar tanpa senyuman, entah mengapa hari ini suasana hatinya tidak begitu baik.Dep.Tangan yang hendak m
Read more

100. Target sebenarnya

"Kabar nenek, baik." melangkah mengikuti Thea yang menempati sofa empuk di ruang tengah. "Kamu gimana kabarnya?" "Sama, aku juga baik-baik saja." "Kenapa kamu ga ikut Nathan? Kan kamu asisten pribadinya," seru Barsha merasa penasaran. Secuil pertanyaan mampu membuat gadis itu terdiam dengan bibir kaku, begitu sulit untuk mencari alasan. "Ng, disi--ni lagi-- lagi ada kerjaan! Jadi Thea ngurus dan ngehandle tugas yang ada di kantor." diakhiri dengan senyum paksa, Hati kecilnya berharap agar pertanyaan tadi tidak bercabang ke arah lain, dengan segera memutar setir yang sama. "Terus, ada maksud apa kok Nenek tiba tiba datang? Dan kenapa tadi sore nelpon lewat n
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status