Beranda / Romansa / Asisten Tuan Angkuh / 108. Acara Lelang

Share

108. Acara Lelang

Penulis: Eljanes Crocus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tuan sedang ada di ruang kerjanya, silahkan masuk. Akan saya antar," ujar seorang pelayan wanita paruh baya di depan pembatas yang telah terbuka.

Kaki renta Zen dengan sigap melangkah masuk ke dalam rumah mewah yang belum pernah dilewati. Meski baru pertama kali berkunjung, pria itu tak ragu menoleh ke sekeliling sekilas melihat kondisi gedung bertingkat yang terasa sunyi.

Menyusuri beberapa ruang hingga menaiki tangga demi menemui sosok penting, "Dimana semua orang?"

"Tuan Muda dan Nona sedang menghadiri pesta yang diadakan rekan bisnis, sedangkan Nyonya----pasti sekarang, beliau ada di kamarnya." merendahkan suara sedikit menoleh dengan kepala tertunduk sebagai tanda hormat,

Langkah mereka melambat setelah mendap

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asisten Tuan Angkuh   109. Dusta besar

    Ceklek, Suara pembatas terbuka membuat sedikit kebisingan di tengah ruang luas bertabur warna putih, tercium aroma obat menyebar ke segala sisi. Namun tak mengusik seorang gadis yang terlihat masih tegar menduduki sofa empuk sambil menghadap ranjang besar di depannya, Meski mendengar hentak kaki, kedua manik hitam itu lebih memilih tak acuh guna menatap lekat sosok yang masih memejamkan mata meski dalam waktu lama. "Saya membawakan beberapa makanan," celetuk Romi tak segan menyajikan satu persatu bungkus ke atas meja. Sebagai seorang bawahan yang patuh terhadap perintah, pria itu juga tak pernah beranjak jauh demi memastikan kondisi cucu majikannya. Dalam waktu sekejap seluruh meja terpenuhi dengan berbagai macam hidangan, Semua itu berhasil mengundang sorot mata Manda. "Nafsu makanku tidak sebanyak ini," "Ha---ng, maaf. Saya tidak pandai memilih makanan, jadi saya memesan semua menu yang terjual." sahut Romi me

  • Asisten Tuan Angkuh   110. Keputusan sepihak

    BAB 109Sebuah kendaraan roda empat baru saja melewati gerbang berukuran besar, menapak jalan demi berhenti pada area halaman sebuah gedung mewah. Manik hitam Manda sekilas menatap tempat yang pagi tadi ia kunjungi, siapa sangka kaki itu harus kembali melangkah ke dalam tempat yang mengingatkan duka. Helaan nafas muncul tepat sebelum telapak tangannya meraih knop pintu lalu berjalan keluar. Ditemani sosok pria, mereka berdua bergegas maju hingga melewati pembatas yang sengaja dibiarkan terbuka,"Nona Manda," panggil suara wanita yang tengah berdiri sambil menyiapkan meja makan.Sekilas kedua alisnya terangkat mendapati kehadiran pengawal, "Romi, juga datang---Nona Thea masih diluar? Oh ya, Nyonya besar tidak ada dirumah! dia--""Pergi ke rumah kakek," timpal Manda, perlahan menoleh menatap lekat wanita tadi sambil mempertahankan raut datarnya."Aku tahu karena sempat bertemu di perjalanan," lugasnya

  • Asisten Tuan Angkuh   111. Kesempatan lain

    "Dimana Thea sekarang?"Bukan kalimat angkuh atau pembelaaan diri, melainkan sebuah pertanyaan yang terlontar dari mulut pria itu. Terlihat begitu serius seakan benar benar ingin tahu keberadaan seseorang,"......." Namun tidak semudah perkiraan, gadis di depannya lebih memilih diam dengan bibir mengatup rapat, begitu enggan menanggapi bahkan merasa senang melihat raut kebingungan yang terlukis di wajah Nathan.Sekilas mereka berdua terkesan dengan sikap tak terduga yang belum pernah pria itu lakukan. Mungkinkah hasil dari perkataan Manda? Atau memang perasaan tulus yang selama ini dipendam?Walau belum mendapat kepastian, tanpa berputus asa kedua manik hitam Nathan beralih menatap sosok pengawal yang selalu tunduk dengan perintahnya."Romi, katakan---dimana Thea sekarang? Apa di rumahku?" merendahkan suara,Nyaris saja muncul sahutan, namun dengan sigap Manda mencengkram erat telapak kekar disamping

  • Asisten Tuan Angkuh   112. Teman tidur

    Padahal selama perjalanan dia telah mendapat banyak siraman pelajaran untuk mencoba sopan juga berlembut kata demi menjalankan aksinya. Namun siapa sangka seluruh informasi tadi lupa pria itu gunakan saat kesan pertama,"Maksud saya, biarkan saya menjemput Thea." ujar Nathan masih berusaha merubah raut datar yang terpasang di wajah."Tidak, Thea tidak memerlukan kunjungan anda. Jadi silahkan kembali," menolak dengan pasti, merasa enggan menerima kehadiran pria yang sangat dibenci karena sifat juga rumor tentangnya."Paman, setidaknya biarkan om saya menemui Thea---sebentar saja.." sanggah Manda memelas,"Manda, aku tidak keberatan denganmu karena kamu teman Thea. Tapi jika pria ini---maaf! Aku tidak menerima kunjungan orang asing,""Paman, jangan lupa kalau saya adalah suami Thea." tegas Nathan memasang raut dingin yang berhasil membuat orang di sekitar tertekan.

  • Asisten Tuan Angkuh   113. Buku catatan

    "Biarkan tanganmu seperti ini---kamarnya sangat panas dan tanganmu cukup dingin," lugas Nathan merendahkan suara,Sayang sekali kedua maniknya tak sempat melihat raut wajah Thea yang berubah semerah tomat berkat ucapan tak berarti. Entah bagaimana bisa, dia begitu lemah dengan suara berat yang telah lama tak didengar.Namun semua itu justru membuat gadis tadi merasa kesal, karena hanya dia yang merasakan emosi berkecamuk di dalam hati. Dengan cepat menarik paksa hingga berhasil melepaskan diri dari genggaman Nathan,Segera mengundang perhatian, sampai membuat pria itu membuka mata namun hanya mendapati punggung ramping berbalut kain merah muda."Apa kulitku terasa kasar---mungkinkah karena aku belum mencuci muka? Kenapa gadis ini menolak untuk menyentuhku," pikirnya mengerutkan alis, sekilas meraba kutikula pipi.Begitu banyak ribuan wanita yang rela berbaris demi bertemu Nathan, tapi gadis itu dengan mudahnya me

  • Asisten Tuan Angkuh   114. Tanpa busana

    Cahaya fajar mulai menyingsing ditemani alunan melodi berkat kicauan burung yang sedang bertengger ria pada ranting pohon. Mengepakkan sayap sambil berputar seakan menari untuk mengawali hari,Udara sejuk menerpa bulir embun yang berpijak pada daun hijau, perlahan menetes hingga terserap membasahi tanah. Seluruh alam terasa lebih sejuk berkat guyur hujan yang baru saja berhenti beberapa saat lalu,Kring...Kring...Kring...Dering suara seketika mengusir kesunyian, di tengah ruang luas terlihat ranjang besar berisi dua sosok dengan mata terpejam juga selimut tebal menutup tubuh.Bunyi yang tak kunjung reda mulai mengusik Thea, kedua alisnya bertaut sambil berdecak lirih sebelum mengulurkan tangan demi meraih benda di atas laci.Sebenarnya gadis itu memang sengaja untuk tetap menyetel alarm yang selama ini berjasa karena telah membangunkannya, "Eurhg,"Setelah berhasil menghentikan kebisingan

  • Asisten Tuan Angkuh   115. Beda selera

    Sikap gugup serta pandangan yang berusaha menghindari kontak mata membuat gadis itu curiga, segera menutup pembatas sebelum melangkah mendekat. "Thea.."Meski terlihat kedua kelopak yang masih bengkak akibat menangis, raut cerah itu tak menunjukkan adanya kesedihan yang membuat Sera merasa heran. Walau dia tahu jika orang yang paling tersiksa atas musibah kemarin adalah Thea,Apa ini karena kehadiran sosok pria yang semalam telah diceritakan oleh Raya? Namun entah apapun itu, dia bahagia jika Thea mampu mengatasi kesedihannya. "Kau, baik-baik saja?""Hah? Ten-tentu, aku baik-baik saja. Sangat baik!" ungkapnya tergagap, dengan raut antusias hingga diakhiri senyum cerah."Oh yaudah," angguk Sera berusaha mengiyakan meski menyadari jika ada sesuatu yang tengah ditutupi."Tapi---mana baju gantimu?" mengamati kedua tangan gadis yang tak membawa apapun,"Eh, ng. Aku--""Kamu lupa?" ujarnya mengangka

  • Asisten Tuan Angkuh   116. Menilai ulang

    "I-iya benar." sahut Thea tersenyum berusaha mengusir emosi aneh di hatinya,"Kalau begitu, aku pergi!" segera melangkah demi menghindari perbincangan lain.Beruntung gadis tadi tidak mencegah ataupun bertanya tentang kegugupan Thea. Hingga membuatnya merasa lega melewati lorong menuju kamar lain,Namun entah kenapa, tiba-tiba dia teringat akan setiap cerita Sera. Lebih tepatnya kejadian nyata yang tidak dapat disaksikan secara langsung, "Bersikeras untuk menjemputku pulang?""Siluman melakukan semua itu? Tapi untuk apa?" mengerutkan alis demi menebak alasan dari sikap Nathan."Jika dia datang bersama Manda, itu berarti Manda yang memberitahunya----ck, kenapa sih aku pake tidur dulu? coba saja aku belum tidur! Pasti aku bisa melihat secara langsung bagaimana dia berdebat dengan paman," gumam Thea sedikit merasa kecewa."Thea," panggil suara pria dari arah tangga, berhasil mengundang perhatian.

Bab terbaru

  • Asisten Tuan Angkuh   127. Menghilang

    "Srup---ah!" celetuk suara puas dari bibir ranum yang baru saja menikmati beberapa teguk minuman.Cap..Cap..Cap..Berulang kali mengecap demi mengingat rasa manis yang tersisa di langit-langit mulut, lengkung sempurna perlahan muncul saat melihat sosok dengan setelan hitam putih tengah berjalan menghampiri.Sepoi angin siap menerpa rambut legam terkuncir tinggi bak ekor kuda, terasa begitu sejuk saat kutikula tubuh serta leher jenjangnya tertiup udara."Kenapa kau berikan padaku?" ucap Thea menegur wanita yang sedang berdiri sambil menyodorkan sebuah kelapa. Begitu bingung padahal dirinya sendiri juga telah memangku s

  • Asisten Tuan Angkuh   126. Saya bukan pelacur!

    Mendengar logat halus yang begitu menyejukkan telinga juga sentuhan intim yang terasa nyata, padahal kedua hal itu adalah impian yang tak mungkin didapat.Tapi siapa sangka setelah menjadi kenyataan semua ini justru menyakitkan hati Thea, kata bak pinangan tadi berubah setajam pedang yang menoreh luka.Sakit yang menggores batin mengundang linang air di pelupuk mata, "Apa, Bapak bilang--layani?""Iya, tapi kenapa kau menangis? Ini bukan waktunya bersedih," tanya Nathan penuh kelembutan, sedikit merasa cemas melihat satu bulir bening menetes menyusuri pelipis."Apa Bapak pikir saya hanyalah wanita penghibur! Apa Bapak tidak tahu kalau perintah itu hanya pantas diajukan pada seorang pelacur,""Apa maksudmu? Aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan seorang pelacur," sanggah Nathan panik, sigap mengusap air mata yang mulai bercucuran.Segera Thea menepis tangan yang menurutnya hanya berbuat demi seuntai n

  • Asisten Tuan Angkuh   125. Aku akan menghangatkanmu!

    WARNING 21+ ________________________________ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA ________________________________ Blush.. Begitu jelas terukir rona merah di kedua pipi Thea, wajah putihnya berubah bak kepiting rebus berkat perkataan penuh makna. "A-apa maksudnya, kenapa dia mengatakan hal itu? D-dan kenapa aku memikirkan hal kotor!" gumam Thea dalam hati menangkup kedua tangan ke dalam dada hingga memastikan seperti apa kondisi organ dibalik kerangka tubuhnya. Perlahan memberanikan diri melirik sosok yang terus berjalan dengan langkah normal, raut datar itu tetap terpasang hingga menaruh tanda tanya di benak Thea. Bibir yang hendak bergumam guna menanyakan maksud tak lagi melanjutkan niat setelah menyadari suara debaran yang berasal dari dada bidang yang kini tengah mendekapnya. Dengan keberanian yang tak seberapa telapak gadis itu terulur untuk menyentuh ambang kutikula Nathan,

  • Asisten Tuan Angkuh   124. Berenang berdua

    Sigap gadis itu berdiri memandang Nathan yang siap menarik kaos hitam hingga memperlihatkan tubuh bagian atas. Mulai dari lekuk otot perut hingga kedua titik pada dada bidang, entah kenapa Thea belum menyadari jika kedua maniknya perlahan tersihir karena pemandangan tersebut. Bahu lebar itu terlihat begitu luas dari jarak dekat, kali ini Thea lebih lekat menatap setiap inci tubuh atletis seorang pria. "Itu ada 8," gumamnya tanpa sadar menganga tak mampu mengontrol ekspresi, Seketika berhasil mengundang tawa singkat di wajah Nathan, merasa senang melihat tingkah gadis yang terkesan menggemaskan. Perlahan menoleh demi melempar kaos ke sisi lain, "Apa kau menghitungnya?" sontak Nathan merendahkan suara sambil menerbitkan senyum licik, "Aa-tidak!" geleng Thea, baru menyadari apa yang telah dilakukan. Pasti wajahnya terlihat seperti orang bodoh saat tertegun hanya karena hal sepele, reflek Thea mengalihkan pandanga

  • Asisten Tuan Angkuh   123. Monokini

    "Huh! Apa dia bilang? Perutku penuh dengan lemak! Memangnya dia pernah melihat perutku--seenaknya saja menghina tanpa bukti." gerutu Thea mendengus kesal,Dengan hati yang terbakar amarah dia berdiri di depan cermin besar, meletakkan tumpukan kain ke atas penyangga kaca. Masih sigap memasang wajah muram karena terus teringat ucapan pria tadi,Sigap dilepasnya dress formal yang melekat demi segera mengenakan salah satu setelan lain. Entah kenapa sekilas muncul senyum cerah di wajah Thea,Tercipta satu tujuan jika dia harus bisa mematahkan hinaan tadi demi menjaga harga diri. Bahkan Thea mulai membayangkan ketika wajah angkuh itu terpesona dengan tubuh indahnya,Doeng!

  • Asisten Tuan Angkuh   122. Mana handukku?

    Meski merasa terpaksa, gadis itu tetap melangkah maju hingga mendapati beberapa pelayan datang dengan meja dorong berisi berbagai macam hidangan.Seketika rasa kesal dalam hati Thea terganti dengan rasa lapar yang mengguncang penduduk di dalam perut. Lengkung bibir itu terukir sempurna seraya membuka jalan bagi pelayan untuk menyelesaikan tugasnya,"Taruh saja disitu. Aku akan menatanya sendiri," celetuk Thea begitu tak sabar mencicipi salah satu makanan yang sangat menggoda hingga membuatnya berulang kali menelan saliva.Beruntung dia masih bisa mempertahankan raut datar demi menjaga citra di hadapan mereka. Perlahan setiap pelayan berbaris dengan kepala tertunduk,"Karena malam masih panjang, apa setelah ini---Nyo

  • Asisten Tuan Angkuh   121. Mansion pribadi

    Aroma bunga lily yang masih melekat pada urai legam pria itu mampu membuat Thea mengernyit, sedikit bingung bagaimana bisa hidungnya dengan jelas menghirup wangi tersebut.Entah kenapa tanpa sadar dia terlelap sebelum menghabiskan setengah perjalanan, mungkin saja energi dalam tubuh Thea telah terisi penuh hingga menambah kepekaannya terhadap bau."Ng.." perlahan membuka mata, menemukan diri tengah bersandar pada jendela berukuran sedang.Seketika dia tersentak kaget karena menatap pemandangan awan yang begitu berbeda, sigap menoleh hingga menemukan sosok tinggi sedang duduk tepat di sampingnya. "Bapak! Kita ada dimana?""Pesawat," sahut Nathan datar tanpa menoleh,Mendengar kalimat tadi, tanpa ragu Thea menatap sekeliling yang hanya dipenuhi kursi kosong layar televisi juga perabotan modern yang tak mungkin ditemukan di dalam mobil."Perasaan aku tadi ada di dalam mobil.." gumam Thea mengerutkan alis, ber

  • Asisten Tuan Angkuh   120. Mendapat izin

    "Hah?! K-kenapa!"Tentu saja gadis itu terkejut tak mampu berkutik mendengar saran aneh dari mulut Zen. Bukannya mendukung dan membiarkan Thea membantu karena pasti mengerti tentang emosi yang dirasakan, dia justru menggunakan ide aneh Nathan untuk mengusir mereka."Tu--" nyaris saja sebuah panggilan hormat muncul berkat batin yang terlalu antusias, beruntung dia sadar pada waktu yang tepat."Aku mohon, izinkan aku membantu..""Bukankah tadi sudah kujelaskan, bahwa kaulah target mereka. Liburan adalah cara yang tepat untuk kau bersembunyi,""Kau harus menghilang selama beberapa hari untuk mengecoh mereka. Dan Nathan akan menemanimu," beralih menatap sosok lain."Kau tidak boleh pergi kemanapun dan pastikan Thea selalu berada di sampingmu sampai keadaan aman----biarkan aku menjalankan rencana yang telah kami setujui," lugas Zen berhasil membujuk,Meski tidak tahu apapun tentang rencana yang dim

  • Asisten Tuan Angkuh   119. Meminta izin

    Karena gadis yang masih bersikeras mengajak Nathan ke suatu tempat, mau tidak mau setelah berganti pakaian mereka berdua pergi menaiki mobil yang dibawa oleh Romi.Kedatangan pria itu juga menyelesaikan kesalahpahaman yang beberapa saat lalu terjadi. "Thea, kenapa kau memintaku membawa baju? Padahal tadi, Pak Nathan sudah memakai baju baru."Seperti biasa dia menempati kursi depan agar tak mengganggu kenyamanan tuan muda. "Itu tadi, baju milik sepupuku..""Apa?!" sontak Romi terkejut mendengar kebenaran yang belum pernah terjadi,"Sudahlah lupakan saja. Itu telah berlalu! Jangan sampai ada yang kesal karena kita membicarakan hal tadi," bisik Thea berhasil menghentikan perbincangan,Menit berlalu kendaraan beroda empat itu telah melewati gerbang besar yang menuntun ke depan gedung megah familiar milik keluarga Adelard.Muncul helaan nafas panjang, dari seorang pria berjas coklat yang tengah melirik sekilas

DMCA.com Protection Status