Beranda / Romansa / Semu cinta Anea / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Semu cinta Anea: Bab 31 - Bab 40

74 Bab

Alibi

Dua insan yang saling dewasa berlawanan jenis berada dalam satu ranjang, tidak mungkin tidak terjadi apa-apa. Tentu saja syetan tidak akan membiarkan anak adam lolos dari jeratnya. Yang satu butuh melampiaskan hasrat, sedangkan lawannya membutuhkan sandaran untuk melampiaskan kekecewaan, maka terjadilah  hal laknat yang menjadi kenikmatan sesaat dan menjadi candu bagi nafsu."Aku akan melakukannya dengan hati-hati. Tidak akan terjadi apa pun dengan kandunganmu.""Lakukanlah, aku menginginkanmu!"Sang gadis menuju pelukan si lelaki dan bersembunyi pada dada bidang yang telanjang miliknya. Beberapa saat kemudian naluri tubuh memaksa melakukan hal yang lebih intim. Entah bagimana yang terjadi selanjutnya.Setan-setan tertawa melihat aksi pergumulan haram mereka, sementara sang pemain malah tersenyum dalam kepuasan.Anea pulang ke apartment pukul 9 pagi. Perasaannya sedikit hangat mengingat semalam ia telah menginap bersama Richard.Senyumn
Baca selengkapnya

Perjanjian

"untuk apa?" "Aku ingin buat perjanjian tertulis." "Tentang?" "Kau yang berjanji akan mengantarku pulang ke desa. Aku tidak mau mendapat penolakan lagi setelah kau berjanji." Jan malah terkekeh. Ia berpikir Anea terlalu berlebihan jika harus membuat perjanjian tertulis hanya untuk mengantarnya kembali ke desa. "Kau bergurau Anea, seperti anak kecil saja." Jan masih menganggap Anea hanya main-main. "Kalau begitu mari kita buat agar tidak nampak seperti anak kecil." Tukas Anea lagi. "Maksudmu?" Anea mengeluarkan sebuah materai dari balik tangan halusnya. Ia menempelkan benda kecil bergambar sejumlah angka itu di atas kertas yang tadi ia sodorkan kepada Jan. Selanjutnya ia mulai menulis kata-kata yang bermakna keuntungan untuk dirinya.    Dengan ini, saya Jan berjanji bahwa sanggup mengantarkan Anea ke rumahnya di kampung tanpa alasan apa pun. Jika saya melanggar, maka saya siap mendapat hukuman d
Baca selengkapnya

Pulang kampung

Dua koper besar telah selesai Anea kemas. Hatinya berbunga dan bersemangat kali ini. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu sejak dua minggu belakangan. Hari di mana ia akan pulang ke desa tempat keluarganya berada dan mencurahkan segala rindu, juga hari dimana ia akan segera meraih impian bahagia. Tetapi mungkin hari yang tidak akan pernah dibayangkan oleh Jan ketika nanti ia mengetahui taktik yang telah Anea siapkan untuknya. Anea melirik jam di dinding, tiga jam lagi ia sudah harus sampai di bandara. Waktu yang masih cukup lama untuk bersiap-siap. Ia memilih membeli sarapan dulu sambil mengalihkan ketidaksabaran nya. Bak anak kecil yang akan di ajak tamasya menuju wisata impian. Ini adalah hari yang Anea nanti-nantikan. Bahkan semalam matanya sulit terpejam karena teringat hari ini. Mungkin keadaannya sama seperti saat ia masih sekolah dasar dulu. Waktu itu akan diadakan piknik kenaikan kelas. Ibu guru berkata piknik akan diada
Baca selengkapnya

Kejutan untuk Jan!

“Mari kita masuk dulu! Itu rumahku.” Jari telunjuk Anea mengarahkan netra Jan pada rumah bercat kuning tepat di belakang tenda yang berdiri dengan tegak.Setelah mendekat Jan bisa  melihat dengan jelas beberapa orang berada di dalam tenda tersebut. Sepertinya mereka sedang asyik bercengkerama dengan ditemani kopi dan camilan yang lengkap tersaji di atas meja.Anea menarik tangan Jan dan hendak menuntunnya ke dalam rumah. Tetangga yang sedang duduk-duduk itu menyadari kehadiran Anea dan menyapanya.“Eh Anea. Sudah datang kamu?” ucap lelaki berambut keriting yang Anea ketahui bernama pak Bayu.“Iya, Pak! Baru saja ini.” Sahut Anea dengan ramah.“Wahh.. ini calon suami kamu ya? Orang bule ternyata!” Tambah Pak Slamet yang berambut putih penuh uban itu.“Iya, pak! Mari silahkan di lanjut ngobrolnya. Saya mau masuk ke dalam dulu.”“Iya..iya.. silahkan istirahat dulu di
Baca selengkapnya

Memikirkan rencana

Sementara di luar ruangan, beberapa orang yang mendengar suara benda di banting saling menatap dan setelahnya berbisik satu sama lain. Tak terkecuali Ibu Anea, ia resah dengan rencana putri sulungnya kali ini.“Bagaimana kalau dia tidak mau, Anea?”“Paksa Bu! pokoknya pernikahan ini harus terjadi.”Anea mengeluarkan beberapa lembaran kertas berwarna biru dari dalam dompetnya. Setelah di rasa cukup, lalu ia menyodorkan kepada ibunya.“Apa ini?” Ibunya tak mengerti lagi dengan maksud Anea.“Bagikan pada para rewang. Buat mereka mendukung pernikahan ini. Anea yakin jika Jan terpojok maka dia akan mengikuti kemauan Anea, Bu!”Sebenarnya ibunya ragu dengan rencana Anea. Tapi mau bagaimana lagi, yang bisa di lakukannya saat ini hanya menurut pada si sulung tulang punggung keluarga itu. Ia hanya orang kampung yang tidak mengerti urusan rumit seperti ini.***Di dalam ruangan, Jan sedang
Baca selengkapnya

Kabur

Jan melihat Anea yang dalam keadaan lemah, ia rengkuh wanita itu dalam pelukan hangatnya. Sebenarnya Anea ragu menerima pelukan itu. Mengapa tiba-tiba Jan bersikap manis? Namun ia tak kuasa menolak sentuhan kasih sayang dari ayah sang calon bayinya."Maafkan aku Anea! Aku telah membuat kesalahan. Aku sudah mengerti apa yang harus ku lakukan setelah ini. Sekarang istirahatlah, besok adalah hari bahagia kita." Lirih Jan dengan lembut.Lagi! Anea merasa ada yang aneh dengan sikap Jan. Mengapa bisa berubah drastis hanya dalam beberapa saat? Namun kembali, Anea termakan bujuk rayunya yang terdengar sangat menenangkan hati."Apa kau benar-benar bersedia sayang?" Anea memastikan sikap Jan yang berbeda.Jan tersenyum dengan manis, lengkungan bibir yang terangkat ke atas itu membuat Anea yakin bahkan tanpa Jan mengkonfirmasi pertanyaannya. Segera saja hatinya berbunga, ia ikut tersenyum dan melepaskan semua kekhawatiran yang melekat di hatinya tadi."Kau ju
Baca selengkapnya

Berangkat menuju bandara

Bola matanya bergerak ke segala penjuru arah. Pandangannya terus menyapu area yang terlihat lengang itu. Ditengah keputusasaannya menemukan cara untuk kabur, pandangannya tertaut pada sebuah benda yang terletak di bawah pohon besar di tepi jalan. Entah pohon apa namanya, Jan rasa ia belum pernah melihat pohon seperti itu di kota. Letaknya yang agak jauh menjadikan Jan sulit memastikan benda tersebut.  Dahinya mengernyit ditambah mata yang menyipit memastikan dengan dada berdebar, berharap apa yang ia tidak salah lihat agar tak menjadi harapan kosong lagi baginya. "Aku yakin mataku tidak salah lihat. Lebih baik aku ke sana." Gumamnya bermonolog. Semakin dekat jarak Jan dengan benda yang ia lihat, ia semakin yakin jika itu adalah sebuah motor! Jan sangat yakin jika dirinya tidak salah lihat setelah ia semakin mendekati lokasi itu. Sebuah motor yang terparkir asal di depan pos ronda itu menjadi harapan satu-satunya bagi Jan. Jan mencoba mencari sang
Baca selengkapnya

Kepanikan Anea

Di lain sisi, Anea tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Entah mengapa perasaannya ingin sekali bertemu Jan. Anea beranjak dari kasurnya dan bergerak menemui Jan di kamar yang ia huni.Tepat di depan pintu kamar Jan, Anea malah menjadi bimbang. Bagaimana jika dirinya malah mengganggu istirahat Jan? Tak tega rasanya. Anea memilih mengurungkan niatnya.Namun yang terjadi selanjutnya adalah kebingungan. Apa yang akan dilakukannya sekarang, karena matanya mendadak tidak mau di bawa tidur.Anea memilih keluar menuju tenda di depan rumah, sekedar mengecek saja. Terlihat oleh netranya beberapa lelaki tetangga rumah tengah terlelap di atas meja dan bangku, hal yang biasa dilakukan orang-orang sambil menunggui bangunan tenda.Anea mendongakkan kepalanya ke langit, begitu gelap pemandangan di atas. Padahal ia ingin sekali melihat bintang, hitung-hitung sebagai hiburan di kala matanya tak bisa diajak berkompromi. Tak satu bintang pun Anea temui di atas san
Baca selengkapnya

Pencarian

Para lelaki terlihat bingung, mereka sebenarnya memiliki banyak pertanyaan yang siap dilontarkan. Namun setelah melihat raut wajah yang teramat susah terpampang di depan mereka, para rewang itu memilih menuruti permintaan Ibu Anea tanpa banyak bertanya. Lagi pula mereka telah diberi beberapa lembar rupiah sebagai upah, mungkin inilah tugas untuk imbal balik. "Tetapi kita mau cari kemana?" Salah satu lelaki dari para rewang bertanya.Semua orang yang ada di sana terdiam dan saling berpikir. "Bagaimana kalau ke arah jalan besar, mungkin ia ingin pulang ke kota." Celetuk salah satu dari mereka. "Benar juga, tapi lebih baik kita berpencar untuk mengantisipasi kecolongan dan segera menemukannya." "setuju.. setuju..!!" Setelahnya mereka berpencar menjadi tiga kelompok sesuai kesepakatan. Karena hanya terdapat sembilan orang, maka setiap kelompok beranggotakan tiga orang. "Satu kelompok mencari ke arah kebun-kebun warga, siapa tahu si Bule
Baca selengkapnya

Nasib sial

“Susul sekarang? Aduh.. sudah sampai mana ya kira-kira.”“Pak Sabar, sudah berapa lama kira-kira mereka berangkat?”“Sekitar sepuluh menit yang lalu mungkin.” Pak Sabar sendiri nampak tak yakin dengan ucapannya.“Coba telepon pak Dadang dulu, siapa tahu masih dekat, paksa dia putar balik saja!” Titah pak Rt lagi.“Keburu jauh Pak rt, lebih baik kita susul sekarang!”“Benar juga, Ya sudah kamu langsung susul saja ke bandara. Saya kabari rombongan lain supaya berhenti mencari dan fokus nyusul ke bandara untuk beberapa orang, sekalian hubungi Pak Dadang siapa tahu bisa.”“Baik, Pak!” mereka kompak menjawab.Grrrr..grrrr..grrrr..Pemuda yang telah bertengger di atas motor menggeber mesin dan bersiap dengan perjalanan jauh yang segera ditempuhnya. Satu temannya menemani di jok belakang.“Pak Sabar, pinjam sarungnya biar nggak dingin.&rdq
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status