Bulan-bulan berganti, Anea masih bertahan di kampung. Walaupun cicit tetangga kadang tak mengenakan di telinga, namun Anea hanya menganggapnya angin lalu. Bagaimana dengan Jan?Anea tidak mempermasalahkan lelaki itu, yang terpenting uang nafkah darinya masih mengalir dengan rutin.Meski tak seberapa, namun bagi Anea hal itu sudah cukup untuk menutupi luka di hatinya. "Sudah siap, Anea?" Ibunya muncul di ambang pintu dengan menepuk-nepuk tas kecil yang hendak ia pakai. Beberapa butir debu menempel di sana. "Sudah, Bu. Ibu sendiri sudah siap atau belum?" "Iya, Ibu juga sudah siap. Ayo berangkat. Hari ini mereka ingin pergi ke kota. Bukan ada apa-apa, namun Anea hanya ingin memeriksa kehamilannya lewat ultrasonografi. Karena desa mereka terpencil, dan di situ belum ada fasilitas tersebut, maka mereka harus pergi ke kota. "Ayo, kak. Aku pengen ke kota sekalian refreshing, hehe..." Bahkan adiknya ikut antusias dengan kegiatan mereka k
Baca selengkapnya