Anea menengadahkan kepalanya ke atas, kemudian menarik kecil rambut lurusnya yang tergerai.“Bagaimana sayang, iya kan?” Jan mengejar jawaban.“Emm.. sepertinya malam ini aku tidak bisa, badanku sedang butuh istirahat. Maaf sayang, mungkin lain kali ya.”“Istirahat? Apa kau sakit?”“Tidak sayang, bukan begitu.”“Lalu?”“Sudah kukatakan, lain kali saja ya.”“Kau terlihat berbeda.”“Tidak begitu. Emm.. sudah dulu ya, taksiku datang. Bye sayang!”Anea mematikan sambungan telepon ketika sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Tak menunggu lama, ia segera menaiki kendaraan itu.Sementara di lain tempat, Jan merasa kesal dengan kekasihnya. Tidak biasanya Anea menolak keinginannya. Sudah beberapa hari ini ia tidak menyalurkan hasrat lelakinya, tentu saja ada yang menggebu di dalam sana.Ia sedang stres memikirkan peker
Read more