Home / Romansa / Semu cinta Anea / Saran Richard

Share

Saran Richard

Author: Elyana Armeta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sekali lagi, Richard sangat paten dalam hal menebak. Anea melayangkan pandangan kosong, tersirat jelas problema pada jiwanya.

"Aku mulai membenci benih ini." Lirih ia berkata.

"Bayimu tidak mempunyai secuil pun dosa. Kenapa harus mencaci makhluk sebersih kapas, sedangkan yang memberi kebencian berlumur penuh kotoran."

Plak!

Bagai tamparan keras untuk pemikiran Anea. Ia tak bisa berpikir logis dalam keadaan terluka sanubari. Beruntung sekali dirinya bersama Richard sekarang. Ia bagai dewa penolong pemberi nasihat dalam kegersangan hati dan jiwanya.

Entah apa jadinya jika ia meratap seorang diri, mungkin keadaannya kacau tak tetarah. Bahkan bagian terburuknya bisa saja ia melukai diri sendiri atau mungkin juga melukai bayinya sendiri.

"Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan selanjutnya."

"Apa dia mengetahuinya?" Richard mencecar pertanyaaan kepada Anea.

"Ya. Bahkan ia berkata akan menjaga bayi ini bersama, tapi kenyataa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Semu cinta Anea   Alibi

    Dua insan yang saling dewasa berlawanan jenis berada dalam satu ranjang, tidak mungkin tidak terjadi apa-apa. Tentu saja syetan tidak akan membiarkan anak adam lolos dari jeratnya. Yang satu butuh melampiaskan hasrat, sedangkan lawannya membutuhkan sandaran untuk melampiaskan kekecewaan, maka terjadilah hal laknat yang menjadi kenikmatan sesaat dan menjadi candu bagi nafsu."Aku akan melakukannya dengan hati-hati. Tidak akan terjadi apa pun dengan kandunganmu.""Lakukanlah, aku menginginkanmu!"Sang gadis menuju pelukan si lelaki dan bersembunyi pada dada bidang yang telanjang miliknya. Beberapa saat kemudian naluri tubuh memaksa melakukan hal yang lebih intim. Entah bagimana yang terjadi selanjutnya.Setan-setan tertawa melihat aksi pergumulan haram mereka, sementara sang pemain malah tersenyum dalam kepuasan.Anea pulang ke apartment pukul 9 pagi. Perasaannya sedikit hangat mengingat semalam ia telah menginap bersama Richard.Senyumn

  • Semu cinta Anea   Perjanjian

    "untuk apa?" "Aku ingin buat perjanjian tertulis." "Tentang?" "Kau yang berjanji akan mengantarku pulang ke desa. Aku tidak mau mendapat penolakan lagi setelah kau berjanji." Jan malah terkekeh. Ia berpikir Anea terlalu berlebihan jika harus membuat perjanjian tertulis hanya untuk mengantarnya kembali ke desa. "Kau bergurau Anea, seperti anak kecil saja." Jan masih menganggap Anea hanya main-main. "Kalau begitu mari kita buat agar tidak nampak seperti anak kecil." Tukas Anea lagi. "Maksudmu?" Anea mengeluarkan sebuah materai dari balik tangan halusnya. Ia menempelkan benda kecil bergambar sejumlah angka itu di atas kertas yang tadi ia sodorkan kepada Jan. Selanjutnya ia mulai menulis kata-kata yang bermakna keuntungan untuk dirinya. Dengan ini, saya Jan berjanji bahwa sanggup mengantarkan Anea ke rumahnya di kampung tanpa alasan apa pun. Jika saya melanggar, maka saya siap mendapat hukuman d

  • Semu cinta Anea   Pulang kampung

    Dua koper besar telah selesai Anea kemas. Hatinya berbunga dan bersemangat kali ini. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu sejak dua minggu belakangan. Hari di mana ia akan pulang ke desa tempat keluarganya berada dan mencurahkan segala rindu, juga hari dimana ia akan segera meraih impian bahagia. Tetapi mungkin hari yang tidak akan pernah dibayangkan oleh Jan ketika nanti ia mengetahui taktik yang telah Anea siapkan untuknya. Anea melirik jam di dinding, tiga jam lagi ia sudah harus sampai di bandara. Waktu yang masih cukup lama untuk bersiap-siap. Ia memilih membeli sarapan dulu sambil mengalihkan ketidaksabaran nya. Bak anak kecil yang akan di ajak tamasya menuju wisata impian. Ini adalah hari yang Anea nanti-nantikan. Bahkan semalam matanya sulit terpejam karena teringat hari ini. Mungkin keadaannya sama seperti saat ia masih sekolah dasar dulu. Waktu itu akan diadakan piknik kenaikan kelas. Ibu guru berkata piknik akan diada

  • Semu cinta Anea   Kejutan untuk Jan!

    “Mari kita masuk dulu! Itu rumahku.” Jari telunjuk Anea mengarahkan netra Jan pada rumah bercat kuning tepat di belakang tenda yang berdiri dengan tegak.Setelah mendekat Jan bisa melihat dengan jelas beberapa orang berada di dalam tenda tersebut. Sepertinya mereka sedang asyik bercengkerama dengan ditemani kopi dan camilan yang lengkap tersaji di atas meja.Anea menarik tangan Jan dan hendak menuntunnya ke dalam rumah. Tetangga yang sedang duduk-duduk itu menyadari kehadiran Anea dan menyapanya.“Eh Anea. Sudah datang kamu?” ucap lelaki berambut keriting yang Anea ketahui bernama pak Bayu.“Iya, Pak! Baru saja ini.” Sahut Anea dengan ramah.“Wahh.. ini calon suami kamu ya? Orang bule ternyata!” Tambah Pak Slamet yang berambut putih penuh uban itu.“Iya, pak! Mari silahkan di lanjut ngobrolnya. Saya mau masuk ke dalam dulu.”“Iya..iya.. silahkan istirahat dulu di

  • Semu cinta Anea   Memikirkan rencana

    Sementara di luar ruangan, beberapa orang yang mendengar suara benda di banting saling menatap dan setelahnya berbisik satu sama lain. Tak terkecuali Ibu Anea, ia resah dengan rencana putri sulungnya kali ini.“Bagaimana kalau dia tidak mau, Anea?”“Paksa Bu! pokoknya pernikahan ini harus terjadi.”Anea mengeluarkan beberapa lembaran kertas berwarna biru dari dalam dompetnya. Setelah di rasa cukup, lalu ia menyodorkan kepada ibunya.“Apa ini?” Ibunya tak mengerti lagi dengan maksud Anea.“Bagikan pada para rewang. Buat mereka mendukung pernikahan ini. Anea yakin jika Jan terpojok maka dia akan mengikuti kemauan Anea, Bu!”Sebenarnya ibunya ragu dengan rencana Anea. Tapi mau bagaimana lagi, yang bisa di lakukannya saat ini hanya menurut pada si sulung tulang punggung keluarga itu. Ia hanya orang kampung yang tidak mengerti urusan rumit seperti ini.***Di dalam ruangan, Jan sedang

  • Semu cinta Anea   Kabur

    Jan melihat Anea yang dalam keadaan lemah, ia rengkuh wanita itu dalam pelukan hangatnya. Sebenarnya Anea ragu menerima pelukan itu. Mengapa tiba-tiba Jan bersikap manis? Namun ia tak kuasa menolak sentuhan kasih sayang dari ayah sang calon bayinya."Maafkan aku Anea! Aku telah membuat kesalahan. Aku sudah mengerti apa yang harus ku lakukan setelah ini. Sekarang istirahatlah, besok adalah hari bahagia kita." Lirih Jan dengan lembut.Lagi! Anea merasa ada yang aneh dengan sikap Jan. Mengapa bisa berubah drastis hanya dalam beberapa saat? Namun kembali, Anea termakan bujuk rayunya yang terdengar sangat menenangkan hati."Apa kau benar-benar bersedia sayang?" Anea memastikan sikap Jan yang berbeda.Jan tersenyum dengan manis, lengkungan bibir yang terangkat ke atas itu membuat Anea yakin bahkan tanpa Jan mengkonfirmasi pertanyaannya. Segera saja hatinya berbunga, ia ikut tersenyum dan melepaskan semua kekhawatiran yang melekat di hatinya tadi."Kau ju

  • Semu cinta Anea   Berangkat menuju bandara

    Bola matanya bergerak ke segala penjuru arah. Pandangannya terus menyapu area yang terlihat lengang itu. Ditengah keputusasaannya menemukan cara untuk kabur, pandangannya tertaut pada sebuah benda yang terletak di bawah pohon besar di tepi jalan. Entah pohon apa namanya, Jan rasa ia belum pernah melihat pohon seperti itu di kota. Letaknya yang agak jauh menjadikan Jan sulit memastikan benda tersebut. Dahinya mengernyit ditambah mata yang menyipit memastikan dengan dada berdebar, berharap apa yang ia tidak salah lihat agar tak menjadi harapan kosong lagi baginya. "Aku yakin mataku tidak salah lihat. Lebih baik aku ke sana." Gumamnya bermonolog. Semakin dekat jarak Jan dengan benda yang ia lihat, ia semakin yakin jika itu adalah sebuah motor! Jan sangat yakin jika dirinya tidak salah lihat setelah ia semakin mendekati lokasi itu. Sebuah motor yang terparkir asal di depan pos ronda itu menjadi harapan satu-satunya bagi Jan. Jan mencoba mencari sang

  • Semu cinta Anea   Kepanikan Anea

    Di lain sisi, Anea tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Entah mengapa perasaannya ingin sekali bertemu Jan. Anea beranjak dari kasurnya dan bergerak menemui Jan di kamar yang ia huni.Tepat di depan pintu kamar Jan, Anea malah menjadi bimbang. Bagaimana jika dirinya malah mengganggu istirahat Jan? Tak tega rasanya. Anea memilih mengurungkan niatnya.Namun yang terjadi selanjutnya adalah kebingungan. Apa yang akan dilakukannya sekarang, karena matanya mendadak tidak mau di bawa tidur.Anea memilih keluar menuju tenda di depan rumah, sekedar mengecek saja. Terlihat oleh netranya beberapa lelaki tetangga rumah tengah terlelap di atas meja dan bangku, hal yang biasa dilakukan orang-orang sambil menunggui bangunan tenda.Anea mendongakkan kepalanya ke langit, begitu gelap pemandangan di atas. Padahal ia ingin sekali melihat bintang, hitung-hitung sebagai hiburan di kala matanya tak bisa diajak berkompromi.Tak satu bintang pun Anea temui di atas san

Latest chapter

  • Semu cinta Anea   Nekat minggat

    Beberapa hari ini Anea sudah berpikir matang-matang dengan rencana yang akan ia jalankan.Namun saat melihat wajah polos Albian, akankah ia sanggup?Kadang ingin berontak dengan keadaan, namun apa daya badan!Anea terus mengukuhkan niat. Menebalkan hati. Albian akan lebih menderita seandainya ia tak bekerja dan terus-terusan seperti ini.Bayangkan saja, kebutuhan setiap hari semakin besar sedangkan pemasukan mereka mampet bahkan kering kerontang."Semoga dengan nekatnya Ibu, kamu menjadi anak yang beruntung di hari esok, sayang." Ucapnya pelan hampir tak terdengar seraya mengelus dan mengecup puncak kepalanya.Mungkin malam ini, adalah malam terakhir Anea tidur bersama Albian. Bahkan tidak satu malam penuh. Sore tadi, Anea telah membuat janji dengan tukang ojek desa sebelah untuk mengantarnya ke kota. Anea beralasan mengejar jam pesawat sehingga ia diwajibkan berangkat malam-malam.Anea mencontoh kaburnya Jan waktu itu.Ibunya tidak akan mungkin mengijinkan Anea kembali b

  • Semu cinta Anea   Karena uang menipis

    [Mit, ini sembilan juta hutangku. Terima kasih ya!] Bersamaan dengannya, Anea melampirkan sebuah bukti transaksi rekening yang tertuju pada Mitha.Tanah mereka telah berhasil dijual. Sebagian darinya untuk membayar hutang. Meski masih sisa lumayan banyak, namun mereka harus bersabar untuk mengirit-irit mengingat sejauh ini tidak adanya pemasukan.[Secepat ini? Dapat uang dari mana? Bukankah kau bilang tidak ada pemasukan lagi?] Mitha bertanya-tanya.[Kami jual kebun, hehe.] Jawab Anea sedikit malu-malu.[Ya ampun Anea! Kau bisa memakainya dulu! Mengapa sampai jual kebun?][Tak apa, Mit. Kami juga butuh makan setiap hari. Jika tidak jual kebun, bagaimana bisa dapur kami berasap?][Baiklah, tapi jika butuh apa-apa jangan sungkan hubungi aku ya!][Iyaaa..!! Thank you!]Hari berganti hari, kondisi ibunya semakin membaik karena rutin berobat dan minum suplemen dari dokter.Mereka berbahagia, nampak dari pancaran rona muka yang semakin sumringah saban hari."Ibu kangen pergi ke sawah.. Tidu

  • Semu cinta Anea   Jalan keluar

    [Mam, aku ingin kembali!]Susah payah Anea mengetik dan mengirim pesan seperti itu. Lelehan hangat yang turun dari matanya pun setia menemani dengan hati perih terkoyak.Sang ibu masih terbaring tak berdaya pasca terjatuh dua minggu lalu. Tentu saja sudah berobat kesana-kemari dengan menghabiskan rupiah yang tak sedikit.Uang yang mereka pakai pun sebagian dari hasil hutang.Anea hanya bisa menghubungi sahabatnya, Mitha dengan masalah ini. Meski mereka benar sahabat, namun bagaimanapun Anea sungkan jika harus terus meminjam uang, sedangkan hutangnya sudah menumpuk tanpa tahu cara supaya bisa melunasi. Dari seberang sana, orang yang menerima pesan dari Anea terseyum lebar. Gelengan kepala ia lakukan berulang kali seraya menarik ujung bibirnya ke atas setelahnya.[Sudah kubilang waktu kau keluar! Kau pasti akan menyesali keputusanmu!]Anea tak mengerti apa maksud balasan dari mamy Han. Apakah itu berati ia tak mau mempekerjakan dirinya lagi?[Bagaimana, Mam?] Anea harus mer

  • Semu cinta Anea   Digoncang cobaan.

    "Ibu..." Anea berhenti pada kata itu. Keadaan pahit ini harus dikupas agar semua jelas. Kepala itu tertunduk dalam, bahkan tiba-tiba lidah terasa kelu untuk melanjutkan kata.Ibunya menepuk pundak beberapa kali tanda menguatkan. "Ceritalah dengan ibu, Anea...!"Kalimat yang didengar malah mengundang gerimis di kelopak mata. Ia menengadahkan pandangan agar bendungan itu tak merembes."Anea tidak tahu kenapa semua jadi seburuk ini, Bu...""Ada apa sebenarnya dengan kalian, Anea?"Hening, Anea butuh waktu memantabkan hati untuk menjawabnya. Sang ibu setia menunggu tanpa memaksa Anea lebih keras."Ayahnya Albian.. menghilang, Bu!"Sang ibu terkejut hingga kedua kilau di mata itu melebar. Setelah berhasil mengatur napas sejenak, ia kembali membuka suara."Menghilang bagaimana? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya?" Tanya sang ibu tak paham."Bukan Bu... Dia sengaja meninggalkan kami.." Ucap Anea dengan linangan air mata yang tak sanggup ia tahan lagi.Genangan air mata sang ibu pun

  • Semu cinta Anea   Pulang kampung yang terlalu cepat

    Kriet!Pintu setengah reyot itu telah terbuka tanpa kunci yang menghalangi.Anea masuk melalui lubang perseginya dengan langkah lesu terseok.Hening.Mungkin ibunya belum pulang dari sawah. Kedua adiknya mungkin ikut membantu. Maklum, sejak Jan jarang memberi nafkah, kini pengeluaran di rumah kecil ini semakin membengkak. Hal itu membuat ibunya pontang-panting mengerjakan sawah sendiri karena jika harus membayar orang untuk bekerja, ia merasa sayang uangnya. Lebih baik mereka gunakan untuk kebutuhan Albian. Alhasil kedua adiknya juga ikut membantu karena kasihan dengan ibu mereka, meskipun mereka masih sekolah.Anea mencoba menghela napas. Menetralkan rasa gugupnya yang membayangi."Kuatkan mama ya, sayang.." Anea mengelus kepala Albian yang sedang berceloteh.Satu tangannya meletakan koper di pojokan, menurunkan sang anak dari gendongan, kemudian mendaratkan bobot tubuh pada kursi kayu berwarna coklat yang selalu menemani keluarga kecil ini bercengkerama.Albian merangkak kesana-kema

  • Semu cinta Anea   Mengungsi ke apartment Mitha

    Mitha duduk di depan Anea yang hanya terpisah oleh sebuah meja. Saat menatap koper yang Anea bawa, ia yakin jika sahabatnya itu sedang mempunyai masalah."Apa yang terjadi, Anea?" Tanya Mitha segera."Aku tidak tahu, Mitha. Masalah menimpaku bertubi-tubi, rasanya aku sudah tidak sanggup!" Sendu ia berucap.Mitha menggelengkan kepala dan menarik tubuh condongnya, sedikit menjauh dari meja."Kau tidak pernah berbicara padaku lagi. Itu yang ku sayangkan, Anea.""Maafkan aku, Mit. Aku hanya tidak mau kau tahu jika aku selalu dalam keadaan yang tidak baik.""Sudahlah, Ne. Sekarang katakan padaku apa yang terjadi denganmu?"Anea menggigit bibir bawahnya. Lidah itu terasa kelu untuk memaparkan keadaan. Malu rasanya! Namun memang sekarang hanya Mitha yang dapat melegakan hatinya."Aku tidak tahu Jan ada di mana..."Mitha melotot setelah mendengar pengakuan Anea."Apa maksudmu, Anea? Kau tid

  • Semu cinta Anea   Pertolongan July

    "Apa? Bagaimana bisa kau tidak tahu?"Anea menggeleng. Rasa panik menyergapnya seketika, seluruh sendi rasanya melemah. July yang melihat Anea syok segera mengambil Albian dari gendongan ibunya."Mari kita ke rumahku!" July menyambar lengan Anea dengan setengah memaksa agar Anea menuruti."Apa kau tahu di mana Jan pindah, July?"Ingin sekali July mengatakan "iya" pada pertanyaan Anea barusan. Tetapi sayang sekali, ia harus menjawab yang sebenarnya. Gelengan kecil July menambah sempit hati Anea."Apa kau benar-benar tak mengetahuinya? Mungkin Jan pernah bilang sesuatu atau petunjuk apa pun itu. Ayolah July... bantulah aku!" Jemari Anea meraih July seraya memohon."Maafkan aku Anea. Tapi aku benar-benar tidak mengetahui apa pun."Air mata telah di ambang pintu. Jika Anea tidak malu dengan July yang telah bersikap baik padanya, mungkin sekarang Anea telah menangis meraung-raung dan berkali memaki Jan. Sayang sekali, kali ini Anea hanya m

  • Semu cinta Anea   Pindah

    "Aku minta kau berubah Jan! Ingatlah dengan Albian." Ungkap Anea sebelum benar-benar mninggalkan Jan lagi.Setelah dua hari di kota, Anea harus kembali ke kampung. Sebenarnya Anea sangat takut jika Jan mengulangi kesalahannya lagi."Aku khilaf Anea. Jiwa laki-laki ku berontak setelah sekian lama tak mendapat pelampiasan." Kilah Jan saat mereka berdebat.Akhirnya Anea mengalah dan memih memaafkan Jan. Anea pun sadar jika godaan Jan yang ditinggal seorang diri memang besar. Namun Anea memperingati Jan untuk tidak mengulangi kesalahannya. Pesawat membawa raga Anea terbang meninggalkan Jan lagi. Hatinya terus berdoa agar Jan benar-benar menepati Janji. Meski dalam hati kecil Anea, mengatakan Jan akan kembali berulah jika Anea terus meninggalkannya seorang diri. Maka dari itu, sepanjang perjalanan Anea memikirkan jika ia akan kembali tinggal bersama di kota.Kembali menjadi keluarga yang utuh. Ya... mungkin memang

  • Semu cinta Anea   Mencari tahu

    Tiga bulan sudah semenjak Jan menikmati kegadisan Adelia. Sejak itu pula ia merasa ketagihan dan tak putus berganti wanita.Jan semakin melupakan Anea dan Albian. Nafkah untuk mereka pun, dengan tega ia pangkas seminim mungkin. Uang yang ia punya habis untuk berfoya-foya dan bermain wanita.Tanpa Jan sadari, ia telah menelantarkan keluarga kecilnya yang berada jauh dari jangkauan."Sudah lewat tanggal gajian. Mengapa belum transfer uang, sayang?" Tanya Anea lewat pesan singkat di gawainya.Setelah membaca pesan dari istrinya, Jan malah merasa jengkel dengan itu. Susah-susah ia bekerja malah harus memberikan uangnya pada Anea. "Mengapa ia tak bekerja saja seperti dulu?" Pikir Jan saat ini yang tengah kacau. Hari-hari Jan berlalu tanpa absen dengan para wanita bar. Gajinya habis untuk kesenangan itu. Bahkan saat ini ia mengambil hutang lagi di kantor, setelah melunasi huta

DMCA.com Protection Status