Home / Romansa / Jerat Ambisi Cinta sang Dokter / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Jerat Ambisi Cinta sang Dokter: Chapter 71 - Chapter 80

200 Chapters

BAB 71

Arga baru saja selesai menerima pasien, hendak pergi ke kamar mandi sejenak ketika sosok itu mendadak muncul dari balik pintu ruang prakteknya. Arga sontak kembali duduk, memasang senyum manis pada lelaki yang melangkah mendekati meja praktek Arga. "Sibuk, Ga?" Dicky tersenyum, duduk di kursi yang ada di depan meja praktek Arga. "Sedikit, Pa. Ada yang bisa Arga bantu, Pa?" Arga tersenyum, sebuah senyum palsu karena dalam hati Arga memaki, mengumpat kedatangan mertuanya itu.Tampak Dicky dengan santai menyilangkan kaki, menatap Arga yang masih dengan senyum kepalsuan miliknya. Mata mereka beradu, Arga sudah bisa menebak apa maksud kedatangan mertuanya itu kemari. "Sudah ketemu sama dokter Adam?"'Dokter Adam?'Sontak Arga menipuk jidatnya dengan gemas. Gegara kejadian kemarin, dia lupa belum mengunjungi androlog itu! Ah! Sebenarnya Arga tidak perlu melakukan tes kesuburan dan segala macam! Dia terbukti fertil! Clara bahkan h
Read more

BAB 72

"Sumpah deh, kalau besok dokter Arga masih kayak tadi, rasanya aku mau bolos aja!""Iya nih, panas kuping aku. Kalo ngomong pas lagi emosi gitu kayak nggak direm."Indira mendengar percakapan dua gadis dengan seragam biru muda itu. Senyum Indira merekah, rasanya ia ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi melihat bagaimana masam wajah dua perawat itu, mendadak hati Indira ikut trenyuh juga. Mereka tidak tahu apa-apa dan harus ikut kena getah jeleknya suasana hati Arga hari ini. "Lagi perang dingin sama dokter Indira kali, ya? Jadi uring-uringan mulu."Hampir tawa Indira meledak, namun dia berhasil menahan tawanya agar dua gadis itu tidak menoleh dan menyadari keberadaan Indira yang tidak jauh dari mereka. Perang dingin? Bukan dia yang tengah perang dingin dengan sosok itu, tetapi ada masalah lain yang membuat Arga begitu lain hari ini. Masalah yang pasti memukul perasaan Arga dengan luar biasa. "Moga damai deh nanti malam. Biar suasana hati d
Read more

BAB 73

"APA?"Clara hampir saja berteriak. Bagaimana sih orang satu ini? Dia kan sudah berkali-kali bilang kalau dia selama ini bergantung pada Arga. Dan dia masih menanyakan hal tersebut perihal mobil tadi? Tawa Morgan pecah, ia tertawa terbahak-bahak sambil mengacak gemas rambut Clara. Terlihat dengan jelas wajah itu terkejut, syok dan entah apa lagi. Sungguh semakin lama Morgan semakin gemas pada sosok ini. "Ba-bagaimana bisa kau tanya soal itu ke aku, Gan? Kan tahu sendiri kal-.""Sssttt!" Morgan spontan menempelkan telunjuknya di bibir merona itu. Membuat Clara terbungkam seketika. Mata mereka beradu, cukup lama hingga kemudian Morgan lebih dulu sadar dan mulai kembali fokus pada obrolan mereka. "Kau pikir aku mau menerima uang dari kamu? Nggak Sayang, kalau bisa malah aku pengen ngasih uang ke kamu, nafkahin kamu."Clara tertegun, sebuah kalimat yang benar-benar merasuk masuk ke dalam hatinya. Kalimat yang memun
Read more

BAB 74

"Aku masih belum percaya, a-.""Please, tolong buang rasa tidak percayamu padaku!" potong Morgan cepat. Matanya menatap serius wanita yang berada di depannya.Clara tersenyum getir, kepalanya menggeleng perlahan, "Kita ketemu baru beberapa hari yang lalu karena secara tidak sengaja mobil kita saling berbenturan. Kamu bertanggung jawab atas kecelakaan itu dan sekarang kamu hendak mengajak aku menikah? Menikah tidak sebercanda itu, Gan!"Morgan mendengus perlahan, tersenyum getir sambil geleng-geleng kepala. "Kau lupa bahkan dipertemuan kita yang katamu baru beberapa hari, kita sudah saling menikmati tubuh satu sama lain, Ra."Clara tercekat, ia seperti ditampar dengan perkataan yang meluncur dari mulut Morgan itu. Ya ... Morgan benar! Mereka sudah saling menikmati satu sama lain, berkeringat bersama guna mencapai puncak nikmat itu. Tapi sekali lagi, pernikahan tidak bisa-"Ra ... apa yang membuatmu tidak yakin padaku?"Clara menatap Morgan de
Read more

BAB 75

Mobil sedan itu berhenti di halaman depan rumah mewah yang Clara pernah kunjungi dulu. Semua masih sama seperti kedatangan Clara pertama kalinya kemari. "Welcome back, Sayang!" Morgan mematikan mesin mobil, menoleh dan tersenyum ke arah Clara. Clara tersenyum, ada secercah perasaan rendah diri yang muncul dari dalam dirinya. Perasaan yang makin membuat pikirannya melayang makin jauh, perasaan yang membuat dia makin tidak pantas untuk lelaki di sebelahnya ini. "Aku berterima kasih banyak kepadamu, Gan." untuk sekarang, baru kalimat itu yang meluncur keluar dari mulut Clara. Otaknya hanya bisa memikirkan kalimat itu saat ini. "Mmm ... bisa kita buat kesepakatan?" Morgan nampak menggaruk kepalanya, membuat kening Clara sontak berkerut. "Kesepakatan apa?" kesepakatan apa lagi yang hendak Morgan minta darinya? Apakah sama dengan kesepakatan gila yang pernah Clara buat dengan Arga dulu? "Hmmm ... bukan hal yang
Read more

BAB 76

"Sudah jelas?" Morgan menatap mata itu, nampak mata itu berkaca-kaca, membuat Morgan lantas meraih Clara dalam pelukannya.Tangis Clara pecah, terisak dalam pelukan Morgan yang nampak menghela nafas panjang. Entah ini sudah kali keberapa Morgan menjelaskan pada Clara kenapa Morgan melakukan semua ini. Morgan harap Clara bisa paham dan mengerti. Berhenti bertanya dan overthinking kepadanya. "Bukan salahmu kalau kamu mempertanyakan hal itu, Sayang!" bisik Morgan kemudian. "Tapi kumohon ... berhentilah mempertanyakan itu. Aku sudah menjelaskannya, bukan?"Clara mengangguk pelan, masih dalam dekapan Morgan. Sebuah dekapan yang begitu hangat dan terasa sangat nyaman. Morgan melepaskan pelukannya, menengadahkan wajah itu dan menyeka air mata yang membasahi wajah Clara. "Tidurlah, kau baru saja melewati masa-masa beratmu, Sayang." jemari Morgan mengelus lembut pipi itu, bibirnya menyunggingkan senyum. Sebuah senyum yang mampu memancing senyum Clara t
Read more

BAB 77

Clara mengerjapkan matanya, ia terkejut ketika mendapati sosok itu sudah lenyap dari sisinya. Clara mencebik, kemana Morgan? Sepagi ini dan dia sudah pergi? Clara menatap jam dinding. Masih pukul lima. Dan dia sudah harus bersiap kembali ke rutinitas rumah sakit. Akhir-akhir ini Clara sudah banyak izin.Clara menguap, merentangkan kedua tangan di atas kepala. Ia baru saja hendak turun ketika pintu kamar terbuka. Clara sontak menoleh dan mendapati Morgan melangkah masuk dengan sebuah nampan di tangan. "Morning my beloved doctor!" senyumnya merekah, membuat Clara ikut tersenyum melihat betapa manis dan menawan senyum itu. "Kupikir sudah pergi." Clara pura-pura manyun, membuat Morgan bergegas meletakkan nampan itu di nakas dan memeluk Clara yang duduk di tepi ranjang. "Nggak lah, tadi ke dapur, suruh bibi bikinin toast. Sarapan sama-sama ya, terus nanti aku antar ke rumah sakitnya."Clara terdiam sejenak. Sebenarnya dia lebih suka ba
Read more

BAB 78

"Telepon saja nanti kalau sudah selesai, aku jemput."Clara mengangguk pelan, ia melepaskan seat belt-nya, hendak melangkah turun ketika tangan Morgan mencekalnya turun."Eh, langsung main turun saja?" protes Morgan dengan wajah mencebik.Clara membulatkan matanya, sedetik kemudian dia sadar bahwa ada sesuatu hal yang harus dia lakukan pada lelaki ini. Clara tersenyum, mendekatkan wajahnya dan ...CUPSebuah kecupan mesra dan hangat mendarat di pipi Morgan. Kecupan yang membuat senyum Morgan merekah sempurna."Have a nice day, Babe!" bisik Clara mesra sambil kembali menjatuhkan kecupan di pipi satunya."You too!" Morgan mengacak gemas rambut itu. "Bilang padaku kalau Bajingan itu sampai macam-macam padamu."Clara tertegun sejenak, ia hampir lupa kalau tempat dia bekerja satu lingkup dengan Arga! Mendadak ketakutan itu muncul, apakah ia benar-benar bisa terlepas dari Arga, atau ketika di rumah sakit begini hidup Clara akan sama
Read more

BAB 79

Clara hendak menuju kantin ketika dari persimpangan koridor sosok itu nampak melangkah dengan begitu tergesa. Hati Clara mendadak ragu. Arga menatap ke arahnya dengan sorot mata tajam, membuat langkah Clara terhenti seketika. Haruskah Clara lanjut melangkah? Atau lebih baik dia putar balik demi menghindari lelaki itu? Clara masih terpaku di tempatnya berdiri ketika ia sadar, Arga sudah berdiri tepat di depan Clara. "Bagaimana kondisimu?" tanya Arga to the point, sorot mata tajam tadi sudah berubah menjadi lembut sedikit memerah. "Ba-baik Dokter." Clara menundukkan wajah, dia tahu Arga masih belum rela melepaskan dirinya, entah dengan cara apa kemarin Morgan melakukan semua ini."Kenapa kau tidak bilang tentang kehamilanmu, Ra? Kenapa?" sebuah protes yang Clara sendiri tidak menyangka Arga akan begitu berani mempertanyakan hal tersebut di depan umum seperti ini. "Aku juga tidak tahu perihal itu, Dok." jawab Clara apa adanya.&
Read more

BAB 80

Mobil putih itu berhenti, Clara segera menghampiri dan masuk ke dalam. Duduk dan dengan segera memakai seat belt-nya. Tanpa menunggu banyak waktu, Pajero itu bergegas pergi meninggalkan depan rumah sakit. Membawa Clara yang kembali dipenuhi pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya. "Dia ngomong apa ke kamu?"Clara tersentak, dia menoleh dan mendapati air muka Morgan begitu datar. Apa lelaki tadi melapor pada Morgan? Secara logika tentu saja iya! Morgan membayar lelaki tadi untuk mengawasi dan menjaganya dari Arga, bukan? "Banyak. Dia ngomong banyak hal." jawab Clara apa adanya, toh sebenarnya Morgan sudah tahu, bukan? Clara berani menjamin bahwa sebenarnya Morgan sudah tahu dengan detail isi percakapan dia dengan Arga tadi. "Cih!" Morgan tersenyum sinis, "Lain kali akan aku patahkan benar lehernya, Sayang!"Clara hendak menyandarkan kepalanya di kaca mobil, namun tangan Morgan yang tiba-tiba meraih dan meremas tangannya dengan begitu l
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status