Home / Romansa / Jerat Ambisi Cinta sang Dokter / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Jerat Ambisi Cinta sang Dokter: Chapter 61 - Chapter 70

200 Chapters

BAB 61

Arga mengeram dalam diam, ia tengah menantikan saat di mana dia bisa mencecar lelaki itu dan menghajarnya sampai babak-belur. Agaknya lelaki itu benar-benar mencari masalah dengan dirinya dan Arga perlu memberinya pelajaran karena sudah berani menantang Arga! Pintu apartemen di ketuk, dengan begitu percaya diri dan tenang, Morgan bangkit melangkah ke arah pintu. Menekan knop pintu dan membukanya. Nampak lelaki tinggi tegap itu datang membawa tas hitam. Menunduk di hadapan Morgan lantas masuk ke dalam. Ah! Agaknya Arga salah sudah meremehkan lelaki ini! Dia lupa kekayaan yang Morgan miliki luar biasa banyak! Dan dia bahkan sudah mempersiapkan satu unit Ferrari untuk dirinya? Apakah Ferrari itu yang tadi di maksud Arga sebuah penawaran? Penawaran yang tadi dia tawarkan untuk Arga? "Berkas sudah siap semua, kan?" Morgan buka suara, menatap lelaki itu dengan seksama. "Tentu siap, Bos!" lelaki itu mengangguk pelan, membuka tas dan menge
Read more

BAB 62

Morgan melambaikan tangan ketika mobil itu meninggalkan area parkir. Senyumnya luar biasa merekah dengan begitu indah di wajah itu. Dia menang telak malam ini! Tidak apa mengikhlaskan satu unit mobil sport itu, yang jelas per malam ini, Clara menjadi milikinya. Ia masih menatap mobil itu sambil melipat tangan di dada ketika kemudian Rudi menyenggol lengannya perlahan. "Bos?"Morgan awalnya tidak terlalu memperhatikan, fokus pada euforia kemenangannya. Tetapi Rudi terus mencolek lengannya, membuat Morgan sontak menoleh dan menatap gemas ke arah Rudi. "Apaan sih, Rud? Ganggu orang seneng aja sih?" salak Morgan tidak suka. Rudi menghela nafas panjang, "Saya tau Bos lagi seneng, tapi saya cuma mau tanya, dokter Clara-nya di mana?"Morgan sontak melotot mendengar kalimat itu, tanpa banyak bicara, Morgan berlari meninggalkan area parkir. Masuk ke dalam dan menekan tombol lift dengan begitu panik. Kenapa dia bis
Read more

BAB 63

"Berapa usia kandungannya, Dok?"Dokter tersebut nampak menghela nafas panjang, membuat setiap detik yang Morgan rasakan seolah berjalan lebih dan sangat lambat. "Tiga minggu, masih sangat rentan sekali. Kami menduga tindak kekerasan dan pemerkosaan yang dialami pasien, menyebabkan hal tersebut terjadi."Morgan mengeram, tiga minggu? Fix, itu anak Arga! Tampak tangan Morgan mengepal. Rasanya ia ingin berlari menghampiri lelaki itu di rumahnya kemudian menghajar bajingan itu sampai babak belur. Tapi kalau itu dia lakukan, rasanya drama dan akting apik yang tadi mereka semua tampilkan akan sia-sia. Semuanya akan berantakan dan jangan lupa bahwa Clara bisa menjadi korban dari semua ini. "Kami akan buatkan surat dan keterangan visum dari rumah sakit untuk melaporkan tindak kejahatan ini kepada pihak yang berwajib, Pak." ujar dokter tersebut yang sontak membuat Morgan terkejut dari lamunannya. "Akan kami bu-.""Tunggu, Dok!" Morgan mencekal
Read more

BAB 64

"Sebenarnya apa rencanamu?" Morgan menoleh, menatap Indira yang kini duduk di sampingnya. Mereka duduk di bangku yang ada di depan OK, suasana cukup ramai malam ini, entah mengapa banyak sekali orang yang mendadak perlu tindakan darurat hingga mereka perlu dibawa ke sini saat ini juga. "Menyiksa jiwanya perlahan-lahan. Seperti apa yang selama ini dia lakukan kepadaku!" jawab Indira datar. Matanya menatap ke depan, lantas menoleh dan menatap Morgan yang jujur belum terima dengan permintaan Indira yang memohon agar Morgan tidak melaporkan Arga ke polisi. Morgan sedikit meremang melihat sorot mata itu, sebuah sorot mata yang begitu berbahaya! Ya ... Morgan dapat merasakannya. Indira hendak membuat suaminya gila? Atau ini adalah dampak dari apa yang selama ini Arga lakukan terhadap sang isteri? "Ka-kau ...," Morgan sampai tidak bisa berkata-kata, ia benar-benar merinding dan seperti dibungkam oleh sorot mata Indira. "Aku p
Read more

BAB 65

"Bagaimana reaksinya?"Indira menatap Morgan dengan seksama, lelaki itu tampak masih memperhatikan layar ponsel yang ada di tangan. Sedetik kemudian Morgan mengangkat wajahnya, menatap Indira sambil tersenyum sinis. "Tiba-tiba suaranya hilang," ponsel itu kembali dia masukkan dalam saku. "Pulanglah, takutnya dia pingsan."Sontak wajah Indira terkejut, "Jangan serangan jantung dulu! Aku belum puas menyiksa dia, Gan!" tentu, kematian mendadak macam itu sangat menyenangkan bagi Arga, dia tidak perlu merasakan stress dan depresi berkepanjangan macam Indira dulu. Morgan terbahak, "Kalau begitu pulanglah, pastikan dia tidak mati mendadak agar kau bisa menyiksanya sampai puas."Indira bangkit dari kursi, mengulurkan tangannya pada Morgan yang langsung mendapat balasan jabatan tangan dari Morgan. "Senang berbinis denganmu, Bro! Saling berkabar, ya?""Tentu, kabari aku kalau dia sudah positif skizofrenia."Kembali tawa
Read more

BAB 66

Clara mengerjapkan mata, tubuhnya terasa begitu kaku dan sakit. Bahkan sakit itu dia rasakan menjalar sampai ke seluruh tubuh, terlebih pada perut dan organ intimnya. Clara berusaha membuka ke dua matanya, saat dia berhasil melakukan itu, ia sedikit terkejut melihat tempat dia mana dia bangun itu. Bukankah tadi ... Bayangan bagaimana Arga 'menunjukkan' rasa cinta dan kasihnya pada Clara tadi sontak kembali terbayang. Pipi Clara bahkan kembali terasa panas dan pedih ketika ingatan bagaimana keras Arga menamparnya tadi kembali terngiang. Dan jangan lupa punggung, organ intim dan ... ah! Clara bahkan sampai tidak bisa lagi berkata-kata. Rasa sakitnya terlampau luar biasa! Clara tersenyum ketika melihat sosok itu tidur sambil menggenggam tangannya. Pasti Morgan yang membawanya ke sini, bukan? Sedetik kemudian senyum Clara lenyap. Tapi bagaimana caranya Morgan bisa membawanya kemari? Bukankah tadi dia di apartemen bersama Arga? Dan kena
Read more

BAB 67

"Mau tahu?"Clara sontak mengangguk, tentu dia ingin tahu! Siapa yang tidak ingin tetap menjadi dokter setelah berjuang bertahun-tahun demi lulus dan menyandang gelar itu? Tentu Clara ingin! Dan terbebas dari jeratan Arga adalah hal lain yang Clara inginkan dari hidupnya. Jadi ketika Morgan menawarkan penawaran itu, tentu Clara tidak ingin menolak, bukan?Morgan tersenyum, meskipun mata itu masih memerah, tapi Clara bisa melihat sorot matanya terbesit kebahagiaan yang berpadu dengan kesedihan yang digambarkan dengan betapa merah mata itu. "Menikahlah denganku, Ra! Jadilah isteriku dan aku jamin, apapun yang kamu inginkan, apa yang kamu harapkan akan sekuat tenaga aku wujudkan. Pegang janjiku!"Clara tercekat. Dia tidak salah dengar, bukan? Morgan ingin dia menjadi isterinya? Lelaki tampan dan kaya raya itu ingin menikahi bekas simpanan lelaki lain? Yang benar saja!"Ka-kamu serius?" tentu Clara perlu memastikan, walaupun sejak kemarin, Morgan
Read more

BAB 68

"Nggak ngantuk?"Morgan menatap mata yang nampak sudah berbinar cerah, jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia tahu, pasti ini sangat membahagiakan untuk Clara, bukan? Dia bisa terlepas dari jerat Arga dan tetap bisa melanjutkan pendidikan serta melanjutkan profesinya.Clara menggeleng perlahan, ia tersenyum menatap Morgan yang sejak tadi tidak melepaskan pandangan dari nya."Kelonin, mau?" goda Morgan sambil menaikkan kedua alisnya.Sontak mata Clara membulat, membuat tawa Dirly sontak pecah seketika. Morgan mengulurkan tangan, mencubit gemas pipi sang kekasih dengan begitu lembut."Canda, Sayang! Nggak usah syok begitu ah, tapi kalau mau, aku naik nih!"Sebuah cubitan mendarat di perut Morgan. Memecah tawa mereka berdua dengan begitu meriah. Morgan menatap dalam-dalam mata itu, rasanya dia begitu bahagia malam ini. Dia menang telak! Akhirnya dia bisa merebut wanita yang dia cintai dari lelaki berengsek itu! "Masih ada keluargamu y
Read more

BAB 69

Arga menghela nafas panjang ketika melihat lemari pakaian Clara di apartemen yang dia belikan sudah kosong. Hanya ada beberapa kotak bludru berisi perhiasan yang tersisa. Buku rekening, kartu ATM dan surat-surat penting mobil lengkap berserta kuncinya juga ada di dalam sana. "Bedebah!"Arga menjatuhkan diri di atas ranjang. Lelaki itu benar-benar membawa Clara pergi! Hati Arga perih luar biasa, dia kehilangan 'barang' berharga dalam hidupnya. Kekasih yang dia cintai, yang dia coba pertahankan sekuat tenaga, kini benar-benar terlepas dari tangan Arga. Ranjang itu kini dingin, kosong dan terasa sepi. Arga bahkan masih bisa mencium aroma penyatuan mereka yang terakhir masih melekat begitu sempurna di sprei ranjang itu. Membuat mata Arga memerah seketika. "Baru kemarin, kan, Ra? Tapi aku udah kangen banget sama kamu!" desis Arga sambil mengelus sprei itu. Ingatan Arga kembali pada obrolannya dengan Morgan, lelaki itu mengabarkan
Read more

BAB 70

"Sore ini bisa langsung pulang."Sontak mata Clara berbinar, tampak dokter Jennie tersenyum, menatapnya dengan ramah. Clara balas tersenyum dan mengangguk, akhirnya dia sudah tidak lagi jadi tahanan pesakitan macam ini. "Terima kasih, Dokter. Terima kasih sudah merawat saya."Tampak wajah cantik itu tertawa, memamerkan giginya yang masih dalam perawatan orthodonti. Ia tampak ikut berbahagia dengan pulihnya kondisi Clara. "Sama-sama, Dek. Nanti saya buatkan surat kontrol, ya. Saya permisi dulu."Sekali lagi Clara mengangguk, ia menatap langkah dokter itu ketika tiba-tiba pintu ruang inapnya terbuka. Morgan muncul dari balik pintu langsung menyetop dokter Jennie dan mencecar beberapa pertanyaan yang membuat Clara kembali tersenyum melihat berapa khawatir raut wajah Morgan. "Nanti sore sudah bisa pulang, Bapak. Tunggu surat dari saya dan dokumennya." jelas dokter Jennie sabar. "Syukurlah kalau begitu, Dokter. Semu
Read more
PREV
1
...
56789
...
20
DMCA.com Protection Status