Share

BAB 73

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"APA?"

Clara hampir saja berteriak. Bagaimana sih orang satu ini? Dia kan sudah berkali-kali bilang kalau dia selama ini bergantung pada Arga. Dan dia masih menanyakan hal tersebut perihal mobil tadi? 

Tawa Morgan pecah, ia tertawa terbahak-bahak sambil mengacak gemas rambut Clara. Terlihat dengan jelas wajah itu terkejut, syok dan entah apa lagi. Sungguh semakin lama Morgan semakin gemas pada sosok ini. 

"Ba-bagaimana bisa kau tanya soal itu ke aku, Gan? Kan tahu sendiri kal-."

"Sssttt!" Morgan spontan menempelkan telunjuknya di bibir merona itu. Membuat Clara terbungkam seketika. 

Mata mereka beradu, cukup lama hingga kemudian Morgan lebih dulu sadar dan mulai kembali fokus pada obrolan mereka. 

"Kau pikir aku mau menerima uang dari kamu? Nggak Sayang, kalau bisa malah aku pengen ngasih uang ke kamu, nafkahin kamu."

Clara tertegun, sebuah kalimat yang benar-benar merasuk masuk ke dalam hatinya. Kalimat yang memun

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Septian Ardi Pratikno
sebenarnya kasian jg sma Arga... dipaksa menikah dgn orang yg tidak dicintainya... harusnya dari awal Indira sadar dan melepaskan Arga
goodnovel comment avatar
Etha Oldrezzta Part II
kak Elsaa.... makin seruu ini ceritanyaa
goodnovel comment avatar
Liana Ong
'Met Sore, Kak......‍♀️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 74

    "Aku masih belum percaya, a-.""Please, tolong buang rasa tidak percayamu padaku!" potong Morgan cepat. Matanya menatap serius wanita yang berada di depannya.Clara tersenyum getir, kepalanya menggeleng perlahan, "Kita ketemu baru beberapa hari yang lalu karena secara tidak sengaja mobil kita saling berbenturan. Kamu bertanggung jawab atas kecelakaan itu dan sekarang kamu hendak mengajak aku menikah? Menikah tidak sebercanda itu, Gan!"Morgan mendengus perlahan, tersenyum getir sambil geleng-geleng kepala. "Kau lupa bahkan dipertemuan kita yang katamu baru beberapa hari, kita sudah saling menikmati tubuh satu sama lain, Ra."Clara tercekat, ia seperti ditampar dengan perkataan yang meluncur dari mulut Morgan itu. Ya ... Morgan benar! Mereka sudah saling menikmati satu sama lain, berkeringat bersama guna mencapai puncak nikmat itu. Tapi sekali lagi, pernikahan tidak bisa-"Ra ... apa yang membuatmu tidak yakin padaku?"Clara menatap Morgan de

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 75

    Mobil sedan itu berhenti di halaman depan rumah mewah yang Clara pernah kunjungi dulu. Semua masih sama seperti kedatangan Clara pertama kalinya kemari."Welcome back, Sayang!" Morgan mematikan mesin mobil, menoleh dan tersenyum ke arah Clara.Clara tersenyum, ada secercah perasaan rendah diri yang muncul dari dalam dirinya. Perasaan yang makin membuat pikirannya melayang makin jauh, perasaan yang membuat dia makin tidak pantas untuk lelaki di sebelahnya ini."Aku berterima kasih banyak kepadamu, Gan." untuk sekarang, baru kalimat itu yang meluncur keluar dari mulut Clara. Otaknya hanya bisa memikirkan kalimat itu saat ini."Mmm ... bisa kita buat kesepakatan?" Morgan nampak menggaruk kepalanya, membuat kening Clara sontak berkerut."Kesepakatan apa?" kesepakatan apa lagi yang hendak Morgan minta darinya? Apakah sama dengan kesepakatan gila yang pernah Clara buat dengan Arga dulu?"Hmmm ... bukan hal yang

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 76

    "Sudah jelas?" Morgan menatap mata itu, nampak mata itu berkaca-kaca, membuat Morgan lantas meraih Clara dalam pelukannya.Tangis Clara pecah, terisak dalam pelukan Morgan yang nampak menghela nafas panjang. Entah ini sudah kali keberapa Morgan menjelaskan pada Clara kenapa Morgan melakukan semua ini. Morgan harap Clara bisa paham dan mengerti. Berhenti bertanya dan overthinking kepadanya."Bukan salahmu kalau kamu mempertanyakan hal itu, Sayang!" bisik Morgan kemudian. "Tapi kumohon ... berhentilah mempertanyakan itu. Aku sudah menjelaskannya, bukan?"Clara mengangguk pelan, masih dalam dekapan Morgan. Sebuah dekapan yang begitu hangat dan terasa sangat nyaman. Morgan melepaskan pelukannya, menengadahkan wajah itu dan menyeka air mata yang membasahi wajah Clara."Tidurlah, kau baru saja melewati masa-masa beratmu, Sayang." jemari Morgan mengelus lembut pipi itu, bibirnya menyunggingkan senyum. Sebuah senyum yang mampu memancing senyum Clara t

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 77

    Clara mengerjapkan matanya, ia terkejut ketika mendapati sosok itu sudah lenyap dari sisinya. Clara mencebik, kemana Morgan? Sepagi ini dan dia sudah pergi? Clara menatap jam dinding. Masih pukul lima. Dan dia sudah harus bersiap kembali ke rutinitas rumah sakit. Akhir-akhir ini Clara sudah banyak izin.Clara menguap, merentangkan kedua tangan di atas kepala. Ia baru saja hendak turun ketika pintu kamar terbuka. Clara sontak menoleh dan mendapati Morgan melangkah masuk dengan sebuah nampan di tangan."Morning my beloved doctor!" senyumnya merekah, membuat Clara ikut tersenyum melihat betapa manis dan menawan senyum itu."Kupikir sudah pergi." Clara pura-pura manyun, membuat Morgan bergegas meletakkan nampan itu di nakas dan memeluk Clara yang duduk di tepi ranjang."Nggak lah, tadi ke dapur, suruh bibi bikinin toast. Sarapan sama-sama ya, terus nanti aku antar ke rumah sakitnya."Clara terdiam sejenak. Sebenarnya dia lebih suka ba

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 78

    "Telepon saja nanti kalau sudah selesai, aku jemput."Clara mengangguk pelan, ia melepaskan seat belt-nya, hendak melangkah turun ketika tangan Morgan mencekalnya turun."Eh, langsung main turun saja?" protes Morgan dengan wajah mencebik.Clara membulatkan matanya, sedetik kemudian dia sadar bahwa ada sesuatu hal yang harus dia lakukan pada lelaki ini. Clara tersenyum, mendekatkan wajahnya dan ...CUPSebuah kecupan mesra dan hangat mendarat di pipi Morgan. Kecupan yang membuat senyum Morgan merekah sempurna."Have a nice day, Babe!" bisik Clara mesra sambil kembali menjatuhkan kecupan di pipi satunya."You too!" Morgan mengacak gemas rambut itu. "Bilang padaku kalau Bajingan itu sampai macam-macam padamu."Clara tertegun sejenak, ia hampir lupa kalau tempat dia bekerja satu lingkup dengan Arga! Mendadak ketakutan itu muncul, apakah ia benar-benar bisa terlepas dari Arga, atau ketika di rumah sakit begini hidup Clara akan sama

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 79

    Clara hendak menuju kantin ketika dari persimpangan koridor sosok itu nampak melangkah dengan begitu tergesa. Hati Clara mendadak ragu. Arga menatap ke arahnya dengan sorot mata tajam, membuat langkah Clara terhenti seketika.Haruskah Clara lanjut melangkah? Atau lebih baik dia putar balik demi menghindari lelaki itu? Clara masih terpaku di tempatnya berdiri ketika ia sadar, Arga sudah berdiri tepat di depan Clara."Bagaimana kondisimu?" tanya Arga to the point, sorot mata tajam tadi sudah berubah menjadi lembut sedikit memerah."Ba-baik Dokter." Clara menundukkan wajah, dia tahu Arga masih belum rela melepaskan dirinya, entah dengan cara apa kemarin Morgan melakukan semua ini."Kenapa kau tidak bilang tentang kehamilanmu, Ra? Kenapa?" sebuah protes yang Clara sendiri tidak menyangka Arga akan begitu berani mempertanyakan hal tersebut di depan umum seperti ini."Aku juga tidak tahu perihal itu, Dok." jawab Clara apa adanya.&

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 80

    Mobil putih itu berhenti, Clara segera menghampiri dan masuk ke dalam. Duduk dan dengan segera memakai seat belt-nya. Tanpa menunggu banyak waktu, Pajero itu bergegas pergi meninggalkan depan rumah sakit. Membawa Clara yang kembali dipenuhi pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya."Dia ngomong apa ke kamu?"Clara tersentak, dia menoleh dan mendapati air muka Morgan begitu datar. Apa lelaki tadi melapor pada Morgan? Secara logika tentu saja iya! Morgan membayar lelaki tadi untuk mengawasi dan menjaganya dari Arga, bukan?"Banyak. Dia ngomong banyak hal." jawab Clara apa adanya, toh sebenarnya Morgan sudah tahu, bukan? Clara berani menjamin bahwa sebenarnya Morgan sudah tahu dengan detail isi percakapan dia dengan Arga tadi."Cih!" Morgan tersenyum sinis, "Lain kali akan aku patahkan benar lehernya, Sayang!"Clara hendak menyandarkan kepalanya di kaca mobil, namun tangan Morgan yang tiba-tiba meraih dan meremas tangannya dengan begitu l

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 81

    Tawa Morgan dan Clara pecah begitu riuh ketika Clara beres menceritakan pengalaman lucunya bersama mahasiswi koas yang seharian tadi dia bimbing. Mereka duduk di sebuah meja yang ada di restoran gelato terkenal itu. Dengan segelas gelato rasa favorit masing-masing."Emang harus gitu, ya?" tanya Morgan sambil tertawa kecil, wajahnya memerah."Iya dong! Kalau nggak mana boleh?" Clara menelan gelato yang memenuhi mulutnya, kembali menyuapkan gelato dari dalam gelasnya."Rumit ya sekolah dokter itu? Untung dari kecil aku udah suka sama mobil dan duit." ujarnya sambil mengikuti Clara menyantap gelato."Banget! Udah lama, susah, mana mahal pula." mau tidak mau Clara flashback masa dia berjuang lolos tes masuk fakultas kedokteran. Masa penuh perjuangan darah dan keringat.Morgan tersenyum, menatap wajah yang nampak begitu manis dengan mulut penuh gelato. Karena itu dulu Clara rela pasrah diam saja diperlakukan keji dan tidak

Bab terbaru

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 7

    Siang ini cuaca begitu terik. Langit bernuansa biru menyegarkan mata. Bersih tanpa ada satupun awan yang menggantung.Lelaki paruh baya itu nampak tengah menggendong bayi laki-laki di dalam sebuah ruangan inap VVIP di rumah sakit miliknya sendiri. Senyum lelaki itu sejak tadi terus mengembang dengan mata memerah. Wajahnya nampak begitu bahagia dengan bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3700 gram dan panjang 53 cm itu. Satria Dwipangga Putra. Sebuah nama yang kedua orang tua bayi tampan itu berikan. Nama yang terdengar begitu gagah dan jantan sekali. "Papa udah satu jam-an gendong Angga, nggak capek, Pa?"Dicky menoleh, nampak Jimmy berdiri di sampingnya. Dia sendiri malah tidak sadar sudah selama itu menggendong cucu tampannya ini. Dicky tersenyum, menyerahkan bayi merah itu pada sang ayah. "Berikan ke Indira, sudah jamnya dia menyusu, Jim."Jimmy menerima Angga dengan hati-hati, tersenyum lalu membawa Angga mendekati sang mama yang menanti di atas ranjang. Dicky hanya menata

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 6

    Dicky melangkah dengan tergesa dan sedikit panik begitu ia selesai menerima panggilan telepon itu. Keringat dingin mengucur membasahi dahi dan wajahnya. Dia panik, sangat panik! Tidak dia hiraukan siapa-siapa saja yang berpapasan dengannya, fokusnya hanya melangkah menuju VK, tempat di mana Indira, anak bungsu kesayangan Dicky dibawa setelah didera kontraksi. Dicky langsung masuk ke dalam, tertegun melihat pemandangan itu ada di depan matanya. Hati Dicky bergetar hebat. Matanya memanas. Dadanya mendadak sesak. Pemandangan itu seperti menampar dirinya dengan begitu keras, menyadarkan dia bahwa apa yang Indira katakan perihal Jimmy itu ada benarnya. Dicky tersenyum, menyeka air matanya perlahan-lahan. Agaknya memang dia harus menurunkan Arga dari tahta hatinya. Memberi kesempatan Jimmy yang statusnya sekarang sudah menjadi menantunya untuk menunjukkan kepada Dicky bahwa dia juga layak. Sama halnya dengan Arga untuk menjadi bagian dari keluarganya, menyandang gelar menantu keluarga Pr

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 5

    Clara tiba-tiba terjaga, matanya yang masih separuh terbuka itu kontan melirik jam dinding. Ia segera bangkit, turun dari ranjang kemudian meraih sesuatu yang dia simpan di dalam laci nakas. Benda yang sudah dari dulu sekali dia beli dan persiapkan. Tanpa banyak bicara Clara segera masuk ke dalam kamar mandi, jantungnya berdegup kencang. Antara penasaran dan takut kecewa, Clara akhirnya memutuskan untuk segera memastikan apa yang akhir-akhir itu menganggu pikirannya. Dengan hati-hati dia menampung urin miliknya. Urin yang pertama kali dia keluarkan di pagi hari dan inilah yang akan dia pakai nantinya. Tangan Clara sedikit bergetar ketika mencelupkan benda itu ke dalam urin yang sudah dia tampung. Tidak perlu terlalu lama, Clara segera mengangkat benda itu sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jantungnya berdegup kencang menantikan ada atau tidaknya pertambahan garis merah di sana. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Clara masih setia menunggu dengan perasaan tidak karu-karuan. Dan di d

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 4

    "Key!" Arga tidak tahan lagi, dipeluknya tubuh itu dengan begitu erat. Aroma rambut yang masih basah menguatkan aroma floral yang khas, membuat hasrat Arga yang sudah cukup lama fisik tahan dan pendam, menyalah dan membara seketika. "Ya, Mas?" Balas suara itu lirih, nampak suara itu terdengar malu-malu. "Capek?" Arga menyandarkan kepalanya di bahu, menatap bayangan mereka di cermin besar yang menempel di salah satu sudut kamar mereka. "Lumayan, Mas."Arga tidak peduli kalau Kezia nampak sedikit risih dengan aksinya ini. Toh setelah ini Arga akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis belia ini tidak hanya risih, tetapi juga akan .... Arga membalikkan tubuh itu, mata mereka beradu, membuat Arga rasanya ingin melumat Kezia dalam sekali hap. Wajah itu memerah, dan bibir itu ... Arga sudah tidak sabar lagi, dia segera meraih bibir merona yang sudah sangat lama menggoda Arga dengan begitu luar biasa. Bibir itu ... Arga bisa rasakan bibir itu begitu manis. Gairah yang sudah

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 3

    Kezia menatap bayangan dirinya di cermin. Itu benar dia? Yang dibalut dengan makeup dan busana pengantin itu benar dirinya? Dan yang lebih penting, benar dia sudah siap hendak menikah di usia yang semuda ini? Dengan perlahan-lahan Kezia menghela napas panjang, menghirup udara lalu kembali menghela napas perlahan dan itu dia ulangi sampai berulang kali. Lelaki yang hendak dia nikahi bukan lelaki biasa. Selain dia seorang dokter yang sudah spesialis dan jarak umur yang lumayan banyak, Arga punya masalalu yang bisa dikatakan tidak 'bersih'. Kezia menghela napas panjang, bahkan pengakuan demi pengakuan Arga tempo lalu masih terngiang dan terbayang-bayang dalam benaknya. 'Aku bukan laki-laki baik, Key. Selain mantan istriku yang berselingkuh, aku juga berselingkuh.''Aku pernah memperkosa mantab pacarku dan itu kulakukan saat aku sudah resmi menikah. Menjeratnya dalam hubungan gelap selama bertahun-tahun. Dia aku jadikan selingkuhan selama itu.''Aku kembali memperkosa dan menyiksanya,

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 2

    Callista turun dari mobil, jujur semenjak kematian sang mama, entah mengapa hidupnya jauh lebih bebas. Dia tidak harus terkurung lagi di apartemen, keluar dengan masker dan kaca mata hitam macam buronan yang takut ketahuan. Kini jujur hidupnya jauh lebih baik, lebih tenang dan damai terlebih setelah ia resmi dinikahi Rudi. Mimpi apa Callista bisa dinikahi lelaki semanis Rudi? Ya walaupun awalnya dia begitu kaku dan sama sekali tidak romantis, namun lama kelamaan Rudi luluh juga di tangannya! Lelaki itu bahkan sangat manis sekarang. Membuat Callista rasanya sampai tidak bisa menghitung lagi berapa kali dia jatuh cinta pada Rudi sampai detik ini. Callista melangkah masuk ke Hypermart. Ada beberapa bahan makanan dan barang-barang lain yang hendak dia beli. Kini dia sudah bisa sedikit demi sedikit memasak. Suaminya yang dengan sabar mengajari dia mengolah bahan makanan di dapur. Meskipun Rudi sendiri sebenarnya tidak memaksa Callista harus bisa memasak, tapi Callista sendiri yang memaks

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 1

    Dicky menatap nanar undangan yang tadi Arga dan gadis belia itu hantarkan ke mejanya. Ada semacam perasaan tidak rela di hati Dicky melepas Arga menikah dengan wanita lain. Bagaimanapun, sebelum Indira jatuh cinta pada Arga, Dicky sudah lebih dulu jatuh cinta. Jatuh cinta dalam artian lain, bukan cinta seperti pada lawan jenis. Dia sudah lebih dulu membidik Arga henda dia jadikan mantu, ketika kemudian secara kebetulan anak gadisnya sendiri yang meminta agar dijodohkan dengan residen jantung tahun ke tiga itu. Sebuah kebetulan, bukan? Dengan penuh semangat, dulu Dicky langsung melobi ke orang tua Arga. Tidak peduli dia ada di pihak perempuan, lelaki seperti Arga ini tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Arga benar-benar sosok lelaki sempurna di mata Dicky, sosok menantu idaman semua bapak mertua. Satu kesalahan fatal Dicky saat itu adalah tutup mata dengan kondisi Arga yang sebenarnya. Dia tidak mencoba mencari tahu apakah lelaki muda, calon dokter spesialis seganteng Arga ini masih

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   ENDING

    Morgan meraih dan mencengkeram kuat tangan sang istri. Mereka duduk di barisan bangku paling depan, menyaksikan acara sakral itu di mulai. Clara menoleh dan tersenyum, bisa Morgan lihat istrinya begitu cantik dengan dress warna tosca yang memamerkan bahunya yang putih bersih. "Inget momen kita dulu, nggak?" Bisikan Morgan tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Aku rasa, sampai nanti rambutku memutih semua pun aku tidak akan pernah melupakannya, Sayang!" Balas Clara sama lirihnya. Morgan tersenyum, mengangkat tangan itu lalu mengecup punggung tangan sang istri dengan begitu lembut dan manis. Sementara Clara, ia tersenyum membiarkan sang suami mengecup tangannya. Siapa yang mengira bahwa kepahitan hidup yang dulu Clara alami akan berubah semanis ini? Dari harus rela membiarkan Arga menikahi wanita lain, jatuh dalam jerat ambisi Arga yang masih begitu ingin memilikinya sampai melakukan segala cara, hingga kemudian, Tuhan mempertemukan Clara dengan Morgan dalam kecelakaan yang men

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 192

    Rudi membeliak ketika akhirnya miliknya bisa terbenam sempurna di dalam inti tubuh Callista. Segala macam prinsip yang selama ini dia pegang teguh luruh sudah. Terlebih betapa hangat dan nikmat sensasi yang Callista suguhkan makin membuat Rudi lupa diri. Rudi menundukkan wajah, menyeka air mata yang menitik di wajah itu. Dikecupnya bibir itu dengan lembut, lalu dengan begitu lirih dia berbisik. "Ini yang kamu minta, kan? Masih meragukan aku?"Mata itu terbuka, masih memerah dengan bayang-bayang air mata. Bukan hanya matanya yang memerah, wajah gadis yang begitu cantik dan menggemaskan di mata Rudi itu juga memerah. Kalau saja rasa nikmat itu tidak menguasai dan menghipnotis Rudi dengan begitu luar biasa, mungkin Rudi akan menyudahi aktivitas ini. "Mas, pelan!"Rudi tersenyum, ia masih belum bergerak sedikitpun, walaupun sebenarnya dia begitu ingin, tapi dia tahan barang sebentar. "Aku nggak bisa janji, Sayang." Rudi balas berbisik, menarik miliknya perlahan-lahan dari dalam sana la

DMCA.com Protection Status