Share

BAB 80

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mobil putih itu berhenti, Clara segera menghampiri dan masuk ke dalam. Duduk dan dengan segera memakai seat belt-nya. Tanpa menunggu banyak waktu, Pajero itu bergegas pergi meninggalkan depan rumah sakit. Membawa Clara yang kembali dipenuhi pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya. 

"Dia ngomong apa ke kamu?"

Clara tersentak, dia menoleh dan mendapati air muka Morgan begitu datar. Apa lelaki tadi melapor pada Morgan? Secara logika tentu saja iya! Morgan membayar lelaki tadi untuk mengawasi dan menjaganya dari Arga, bukan? 

"Banyak. Dia ngomong banyak hal." jawab Clara apa adanya, toh sebenarnya Morgan sudah tahu, bukan? Clara berani menjamin bahwa sebenarnya Morgan sudah tahu dengan detail isi percakapan dia dengan Arga tadi. 

"Cih!" Morgan tersenyum sinis, "Lain kali akan aku patahkan benar lehernya, Sayang!"

Clara hendak menyandarkan kepalanya di kaca mobil, namun tangan Morgan yang tiba-tiba meraih dan meremas tangannya dengan begitu l

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
arga sengaja mau bikin indira hamil, setelah dia lengah arga kembali kejar clara, egois banget pak dokter
goodnovel comment avatar
Siti Tri Setiarini
double up ka plisss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 81

    Tawa Morgan dan Clara pecah begitu riuh ketika Clara beres menceritakan pengalaman lucunya bersama mahasiswi koas yang seharian tadi dia bimbing. Mereka duduk di sebuah meja yang ada di restoran gelato terkenal itu. Dengan segelas gelato rasa favorit masing-masing."Emang harus gitu, ya?" tanya Morgan sambil tertawa kecil, wajahnya memerah."Iya dong! Kalau nggak mana boleh?" Clara menelan gelato yang memenuhi mulutnya, kembali menyuapkan gelato dari dalam gelasnya."Rumit ya sekolah dokter itu? Untung dari kecil aku udah suka sama mobil dan duit." ujarnya sambil mengikuti Clara menyantap gelato."Banget! Udah lama, susah, mana mahal pula." mau tidak mau Clara flashback masa dia berjuang lolos tes masuk fakultas kedokteran. Masa penuh perjuangan darah dan keringat.Morgan tersenyum, menatap wajah yang nampak begitu manis dengan mulut penuh gelato. Karena itu dulu Clara rela pasrah diam saja diperlakukan keji dan tidak

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 82

    "Sudah merasa lebih baik?" Morgan berbisik ketika mereka melangkah keluar dari kedai gelato, tangannya menggandeng dan meremas lembut tangan Clara."Sangat lebih baik! Terima kasih." Clara tersenyum,, sebenarnya bukan gelato yang membuatnya jadi lebih baik, tetapi tentu karena bagaimana Morgan men-treat dirinya sepanjang mereka makan gelato tadi.Morgan hanya mengangguk, membuka pitu mobil dan mempersilahkan CLara masuk ke dalam. Dengan begitu lembut Morgan lantas memasangkan seat belt Clara, menutup pintunya dan melangkah ke sisi lain mobil.Clara menatap lelaki itu dari tempatnya duduk. Ia sampai tidak bisa berkata-kata lagi untuk mengungkapkan atau menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Yang jelas tentu dia sudah lebih tenang dan nyaman di bandingkan beberapa saat yang lalu."Bu Dokter mau langsung pulang?" Morgan kini sudah duduk di belakang kemudi, sudah bersiap dengan sabuk pengamannya."Tentu! Atau kau ingin membawaku kemana?" tangan

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 83

    "Sini!" Arga bergegas menyeret Indira masuk ke dalam kamar, tangannya mencengkeram kuat tangan Indira, malam ini Indira tidak boleh lepas dari genggamannya! Tidak boleh!"Apaan sih, Mas?" Indira mencoba berontak, mencoba melepaskan diri dari Arga, namun dia kalah kuat, cengkeraman tangan itu begitu kuat dan nyaris tidak bisa Indira lepaskan. "Lepaskan!""Nggak ada lepas! Sini!" Arga mendorong Indira jatuh ke atas ranjang, membuat Indira mengaduh pelan."Apa-apaan sih, Mas?" Indira setengah berteriak, terlebih saat dia melihat Arga malah dengan santainya melucuti pakaian yang melekat di tubuhnya. "Mas, mau ngapain?"Arga tidak menggubris, ia lantas berusaha melucuti pakaian sang isteri, sebuah tindakan yang langsung mendapat protes keras dari Indira."MAS!" Indira berteriak, membuat Arga menghentikan aksinya. Mata mereka beradu, sama-sama bersorot tajam dan saling tidak mau kalah."Kamu mau aku pakai cara kasar atau lembut?"

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 84

    “Kenapa belum tidur?” Tjandra terkejut mendapat sang isteri masih terbaring sambil bermain ponsel, ia meletakkan ponsel miliknya di nakas, naik ke atas ranjang dan menatap sang isteri dengan seksama.“Morgan udah ngomong belum?” todong Feni yang nampak sengaja tetap terjaga menantikan Tjandra masuk ke dalam kamar mereka.Alis lelaki yang rambutnya sudah hampir memutih sempurna itu kontan berkerut, pandangannya tidak beralih dari sang isteri, menatap raut wajah yang nampak menggelap di balik baju tidur yang sedikit cerah.“Soal calon isterinya?” tebak Tjandra sambil menarik selimut, kalau soal itu, tentu Tjandra sudah tahu. Dia bahkan menghabiskan waktu makan siangnya untuk membahas hal itu bersama anak lelaki kebanggaannya.“Ya ... soal itu!” Feni memperjelas, sedetik kemudian nampak ia menghela nafas kasar.“Memang kenapa? Calon dokter spesialis loh yang mau dia bawa.” Tjandra tahu betul

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 85

    Indira melangkah menuju poli, hendak masuk ke dalam ruang prakteknya ketika sosok itu sontak bangkit dan mengekor di belakang langkahnya. Indira menatap dan memberi kode Morgan untuk mengikutinya masuk ke dalam."Tumben pagi sekali sudah kemari, ada apa?" Indira melepas snelli yang dia kenakan, meletakkan jas putihnya di kursi."Menagih janji darimu, In!" Morgan duduk di depan Indira, menatap dokter anak itu dengan seksama.Tampak alis Indira berkerut, sedetik kemudian Indira tersenyum dan mengangguk pelan. Membuat Morgan sontak tersenyum lebar."Seberapa parah sih dia, Gan?" Indira mengikat rambutnya, masih fokus menyimak maksud dan tujuan Morgan menemuinya pagi ini.Tampak Morgan menghela nafas panjang, "Parah banget, dia jadi rendah diri, In. Merasa dia paling kotor, paling tidak berguna dan ...."Morgan menghela nafas panjang, bagaimana dia bisa menjelaskan semuanya? Clara sering mimpi buruk, berkeringat din

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 86

    "Nah, Mama cariin tadi! Dari mana kau?"Morgan baru saja turun dari mobil, sudah mendapat sambutan plus cecaran pertanyaan tidak penting dari sang mama. Ia sontak menghela nafas panjang, menatap sang mama yang sudah memberinya tatapan menyelidik."Dari rumah sakit, Ma." jawab Morgan yang terus melangkah masuk ke dalam gedung kantornya.Feni sontak membelalakkan mata, mengekor di belakang Morgan dengan mulut yang terus mencuit."Heh, nggak sopan ya! Mama masih mau ngomong nih!" protes Feni atas tanggapan Morgan yang main nyelonong pergi dari hadapannya.Morgan menghentikan langkah, membalikkan badan dan menatap sang mama dengan gemas. "Ya ayo ke ruangan Morgan, Ma! Nggak mungkin, kan, kita ngobrol panjang lebar di pintu loby?" Morgan benar-benar tidak mengerti, mamanya datang hanya untuk mengajaknya beradu argumen macam ini? Astaga!Feni tidak menjawab, ia menatap gemas ke arah Morgan dan melangkah mendahul

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 87

    "APA?" Tjandra memekik keras ketika Morgan menelepon dan menceritakan perihal kedatangan Feni ke kantor Morgan pagi ini. Hal gila macam apa lagi yang hendak sang isteri lakukan?"Pa, serius! Tolongin Morgan, Pa!" renggek suara dari seberang yang seketika mampu mengembalikan Tjandra dari rasa terkejutnya."Mamamu benar-benar udah gila! Dia bilang begitu tadi?" Tjandra tidak habis pikir dengan jalan pikiran sangat isteri. Bisa bisanya dia hendak menyuruh Morgan menikahi dua wanita sekaligus!"Nah oleh sebab itu, tolongin Morgan, Pa! Morgan nggak mau dan nggak bisa kalau harus nikahin Callysta!"Tjandra mengangguk, tangannya masih memegang ponsel yang menempel di telinga. Dia tahu betul sejak dulu anak lelakinya ini memang tidak pernah suka main-main dengan perempuan."Nanti biar papa coba ngomong sama mamamu, Gan. Jangan khawatir." sebuah janji yang Tjandra berikan pada anak lelakinya itu. Dia juga tidak setuju jika Morg

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 88

    Clara segera melarikan diri dari hadapan Adrian, sebelum dia makin pusing dengan alasan menolak ajakan lelaki satu itu. Clara tengah menanti Rudi di depan loby rumah sakit ketika secara tiba-tiba sosok itu sudah berdiri tepat di sampingnya. Clara tercekat, keringat dingin sontak mengucur dari tubuhnya. Nafasnya terasa sesak mengingat yang berdiri di sebelah kirinya itu adalah sosok Arga Yoga Saputra. "Sudah makan siang, Ra? Aku tidak mau kamu telat makan dan jatuh sakit." ujarnya sambil menatap ke depan, tampak begitu tenang berdiri. "Apa pedulimu, Ga?" Clara mencoba tenang, mencoba berani menghadapi lelaki yang pernah begitu Clara cintai dulu. "Aku akan selalu peduli padamu, Ra. Meskipun kini aku hanya bisa melakukannya dari jauh." Arga menoleh, mata mereka bertemu. Kenapa semenjak hubungan mereka kandas, Arga malah terang-terangan menemui Clara di rumah sakit? Clara menghela nafas panjang, ia memalingkan wajah.

Bab terbaru

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 7

    Siang ini cuaca begitu terik. Langit bernuansa biru menyegarkan mata. Bersih tanpa ada satupun awan yang menggantung.Lelaki paruh baya itu nampak tengah menggendong bayi laki-laki di dalam sebuah ruangan inap VVIP di rumah sakit miliknya sendiri. Senyum lelaki itu sejak tadi terus mengembang dengan mata memerah. Wajahnya nampak begitu bahagia dengan bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3700 gram dan panjang 53 cm itu. Satria Dwipangga Putra. Sebuah nama yang kedua orang tua bayi tampan itu berikan. Nama yang terdengar begitu gagah dan jantan sekali. "Papa udah satu jam-an gendong Angga, nggak capek, Pa?"Dicky menoleh, nampak Jimmy berdiri di sampingnya. Dia sendiri malah tidak sadar sudah selama itu menggendong cucu tampannya ini. Dicky tersenyum, menyerahkan bayi merah itu pada sang ayah. "Berikan ke Indira, sudah jamnya dia menyusu, Jim."Jimmy menerima Angga dengan hati-hati, tersenyum lalu membawa Angga mendekati sang mama yang menanti di atas ranjang. Dicky hanya menata

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 6

    Dicky melangkah dengan tergesa dan sedikit panik begitu ia selesai menerima panggilan telepon itu. Keringat dingin mengucur membasahi dahi dan wajahnya. Dia panik, sangat panik! Tidak dia hiraukan siapa-siapa saja yang berpapasan dengannya, fokusnya hanya melangkah menuju VK, tempat di mana Indira, anak bungsu kesayangan Dicky dibawa setelah didera kontraksi. Dicky langsung masuk ke dalam, tertegun melihat pemandangan itu ada di depan matanya. Hati Dicky bergetar hebat. Matanya memanas. Dadanya mendadak sesak. Pemandangan itu seperti menampar dirinya dengan begitu keras, menyadarkan dia bahwa apa yang Indira katakan perihal Jimmy itu ada benarnya. Dicky tersenyum, menyeka air matanya perlahan-lahan. Agaknya memang dia harus menurunkan Arga dari tahta hatinya. Memberi kesempatan Jimmy yang statusnya sekarang sudah menjadi menantunya untuk menunjukkan kepada Dicky bahwa dia juga layak. Sama halnya dengan Arga untuk menjadi bagian dari keluarganya, menyandang gelar menantu keluarga Pr

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 5

    Clara tiba-tiba terjaga, matanya yang masih separuh terbuka itu kontan melirik jam dinding. Ia segera bangkit, turun dari ranjang kemudian meraih sesuatu yang dia simpan di dalam laci nakas. Benda yang sudah dari dulu sekali dia beli dan persiapkan. Tanpa banyak bicara Clara segera masuk ke dalam kamar mandi, jantungnya berdegup kencang. Antara penasaran dan takut kecewa, Clara akhirnya memutuskan untuk segera memastikan apa yang akhir-akhir itu menganggu pikirannya. Dengan hati-hati dia menampung urin miliknya. Urin yang pertama kali dia keluarkan di pagi hari dan inilah yang akan dia pakai nantinya. Tangan Clara sedikit bergetar ketika mencelupkan benda itu ke dalam urin yang sudah dia tampung. Tidak perlu terlalu lama, Clara segera mengangkat benda itu sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jantungnya berdegup kencang menantikan ada atau tidaknya pertambahan garis merah di sana. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Clara masih setia menunggu dengan perasaan tidak karu-karuan. Dan di d

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 4

    "Key!" Arga tidak tahan lagi, dipeluknya tubuh itu dengan begitu erat. Aroma rambut yang masih basah menguatkan aroma floral yang khas, membuat hasrat Arga yang sudah cukup lama fisik tahan dan pendam, menyalah dan membara seketika. "Ya, Mas?" Balas suara itu lirih, nampak suara itu terdengar malu-malu. "Capek?" Arga menyandarkan kepalanya di bahu, menatap bayangan mereka di cermin besar yang menempel di salah satu sudut kamar mereka. "Lumayan, Mas."Arga tidak peduli kalau Kezia nampak sedikit risih dengan aksinya ini. Toh setelah ini Arga akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis belia ini tidak hanya risih, tetapi juga akan .... Arga membalikkan tubuh itu, mata mereka beradu, membuat Arga rasanya ingin melumat Kezia dalam sekali hap. Wajah itu memerah, dan bibir itu ... Arga sudah tidak sabar lagi, dia segera meraih bibir merona yang sudah sangat lama menggoda Arga dengan begitu luar biasa. Bibir itu ... Arga bisa rasakan bibir itu begitu manis. Gairah yang sudah

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 3

    Kezia menatap bayangan dirinya di cermin. Itu benar dia? Yang dibalut dengan makeup dan busana pengantin itu benar dirinya? Dan yang lebih penting, benar dia sudah siap hendak menikah di usia yang semuda ini? Dengan perlahan-lahan Kezia menghela napas panjang, menghirup udara lalu kembali menghela napas perlahan dan itu dia ulangi sampai berulang kali. Lelaki yang hendak dia nikahi bukan lelaki biasa. Selain dia seorang dokter yang sudah spesialis dan jarak umur yang lumayan banyak, Arga punya masalalu yang bisa dikatakan tidak 'bersih'. Kezia menghela napas panjang, bahkan pengakuan demi pengakuan Arga tempo lalu masih terngiang dan terbayang-bayang dalam benaknya. 'Aku bukan laki-laki baik, Key. Selain mantan istriku yang berselingkuh, aku juga berselingkuh.''Aku pernah memperkosa mantab pacarku dan itu kulakukan saat aku sudah resmi menikah. Menjeratnya dalam hubungan gelap selama bertahun-tahun. Dia aku jadikan selingkuhan selama itu.''Aku kembali memperkosa dan menyiksanya,

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 2

    Callista turun dari mobil, jujur semenjak kematian sang mama, entah mengapa hidupnya jauh lebih bebas. Dia tidak harus terkurung lagi di apartemen, keluar dengan masker dan kaca mata hitam macam buronan yang takut ketahuan. Kini jujur hidupnya jauh lebih baik, lebih tenang dan damai terlebih setelah ia resmi dinikahi Rudi. Mimpi apa Callista bisa dinikahi lelaki semanis Rudi? Ya walaupun awalnya dia begitu kaku dan sama sekali tidak romantis, namun lama kelamaan Rudi luluh juga di tangannya! Lelaki itu bahkan sangat manis sekarang. Membuat Callista rasanya sampai tidak bisa menghitung lagi berapa kali dia jatuh cinta pada Rudi sampai detik ini. Callista melangkah masuk ke Hypermart. Ada beberapa bahan makanan dan barang-barang lain yang hendak dia beli. Kini dia sudah bisa sedikit demi sedikit memasak. Suaminya yang dengan sabar mengajari dia mengolah bahan makanan di dapur. Meskipun Rudi sendiri sebenarnya tidak memaksa Callista harus bisa memasak, tapi Callista sendiri yang memaks

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 1

    Dicky menatap nanar undangan yang tadi Arga dan gadis belia itu hantarkan ke mejanya. Ada semacam perasaan tidak rela di hati Dicky melepas Arga menikah dengan wanita lain. Bagaimanapun, sebelum Indira jatuh cinta pada Arga, Dicky sudah lebih dulu jatuh cinta. Jatuh cinta dalam artian lain, bukan cinta seperti pada lawan jenis. Dia sudah lebih dulu membidik Arga henda dia jadikan mantu, ketika kemudian secara kebetulan anak gadisnya sendiri yang meminta agar dijodohkan dengan residen jantung tahun ke tiga itu. Sebuah kebetulan, bukan? Dengan penuh semangat, dulu Dicky langsung melobi ke orang tua Arga. Tidak peduli dia ada di pihak perempuan, lelaki seperti Arga ini tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Arga benar-benar sosok lelaki sempurna di mata Dicky, sosok menantu idaman semua bapak mertua. Satu kesalahan fatal Dicky saat itu adalah tutup mata dengan kondisi Arga yang sebenarnya. Dia tidak mencoba mencari tahu apakah lelaki muda, calon dokter spesialis seganteng Arga ini masih

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   ENDING

    Morgan meraih dan mencengkeram kuat tangan sang istri. Mereka duduk di barisan bangku paling depan, menyaksikan acara sakral itu di mulai. Clara menoleh dan tersenyum, bisa Morgan lihat istrinya begitu cantik dengan dress warna tosca yang memamerkan bahunya yang putih bersih. "Inget momen kita dulu, nggak?" Bisikan Morgan tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Aku rasa, sampai nanti rambutku memutih semua pun aku tidak akan pernah melupakannya, Sayang!" Balas Clara sama lirihnya. Morgan tersenyum, mengangkat tangan itu lalu mengecup punggung tangan sang istri dengan begitu lembut dan manis. Sementara Clara, ia tersenyum membiarkan sang suami mengecup tangannya. Siapa yang mengira bahwa kepahitan hidup yang dulu Clara alami akan berubah semanis ini? Dari harus rela membiarkan Arga menikahi wanita lain, jatuh dalam jerat ambisi Arga yang masih begitu ingin memilikinya sampai melakukan segala cara, hingga kemudian, Tuhan mempertemukan Clara dengan Morgan dalam kecelakaan yang men

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 192

    Rudi membeliak ketika akhirnya miliknya bisa terbenam sempurna di dalam inti tubuh Callista. Segala macam prinsip yang selama ini dia pegang teguh luruh sudah. Terlebih betapa hangat dan nikmat sensasi yang Callista suguhkan makin membuat Rudi lupa diri. Rudi menundukkan wajah, menyeka air mata yang menitik di wajah itu. Dikecupnya bibir itu dengan lembut, lalu dengan begitu lirih dia berbisik. "Ini yang kamu minta, kan? Masih meragukan aku?"Mata itu terbuka, masih memerah dengan bayang-bayang air mata. Bukan hanya matanya yang memerah, wajah gadis yang begitu cantik dan menggemaskan di mata Rudi itu juga memerah. Kalau saja rasa nikmat itu tidak menguasai dan menghipnotis Rudi dengan begitu luar biasa, mungkin Rudi akan menyudahi aktivitas ini. "Mas, pelan!"Rudi tersenyum, ia masih belum bergerak sedikitpun, walaupun sebenarnya dia begitu ingin, tapi dia tahan barang sebentar. "Aku nggak bisa janji, Sayang." Rudi balas berbisik, menarik miliknya perlahan-lahan dari dalam sana la

DMCA.com Protection Status