Home / Romansa / Jerat Ambisi Cinta sang Dokter / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jerat Ambisi Cinta sang Dokter: Chapter 31 - Chapter 40

200 Chapters

BAB 31

Indira melangkah turun dari mobil, ia sudah berencana hendak berendam dengan air hangat barang setengah jam sebelum kemudian makan malam dan bergegas tidur. Indira baru saja melangkah barang dua langkah, ketika suara itu memaksa Indira berbalik dan melihat ke arah suara. Kening Indira berkerut, dia tidak salah lihat, bukan? Itu mobil Arga! Sejak kapan Arga pulang dinas langsung pulang ke rumah? Bukankah biasanya .... Indira tersenyum sinis, dia tahu apa sebabnya! Rupanya rasa cinta Arga pada gundiknya itu tidak lebih besar dari rasa cinta Arga pada saham dan kekayaan. Mudah ternyata mengalahkan laki-laki angkuh itu, Indira bahkan sampai tidak bisa mengenalinya. "Tumben langsung pulang?" sindir Indira ketika sosok itu melewatinya. Langkah Arga terhenti, dia menoleh dan menatap Indria dengan tajam. "Ini yang kamu mau, kan? Menyiksaku seperti ini? Jadi diamlah dan nikmati kemenanganmu!"Arga melepaskan snelli-nya, melangkah mel
Read more

BAB 32

"Gan, ngapain ke sini?" Clara terkejut ketika Morgan membawanya ke salah satu komplek perumahan elit tersohor di kota.Di mana hanya orang-orang bergaji setara anggota DPR yang bisa membeli rumah di sini. Perumahan dengan akses masuk yang begitu ribet karena harus lapor dan mengisi buku tamu dan lain-lain, menunjukkan kartu Identitas dan menjelaskan keperluan di pos keamanan, kalau tidak mau? Jangan harap bisa masuk ke dalam. "Menawarkan bantuan buat kamu!" Morgan menghentikan mobilnya di salah satu rumah."Bantuan? Bantuan seperti apa?" Clara membelalak, menatap Morgan yang tampak begitu santai melepas seat belt lantas membuka pintu. "Turunlah, akan kita bahas di dalam, aku harap kau setuju." Morgan melangkah turun, meninggalkan Clara yang masih tertegun di jok tempat dia duduk.Clara menghela nafas panjang, melepaskan seat belt dan ikut melangkah turun mengejar langkah Morgan. Laki-laki itu masuk ke sebuah rumah mewah dengan arsitektu
Read more

BAB 33

Clara melangkah keluar dari lift, dia sudah siap dengan setelan scrub dan segala macam perintilan wajibnya ketika berangkat ke rumah sakit. Snelli-nya ada dalam genggaman tangan, dengan perban yang masih membungkus pelipis, perban itu nampak baru karena Clara yang menggantinya sendiri selepas mandi tadi. Clara merogoh ponsel, hendak memesan taxi online ketika melihat sedan hitam yang tempo lalu membawanya pergi, berhenti tepat di depan loby apartemen. Bukan hanya itu, mobil Clara pun turut ada. Sudah kembali utuh dan kinclong seperti baru. Tanpa perlu melihat siapa yang membawa mobil itu, Clara sudah tahu siapa orangnya. Orang yang sama, yang entah mengapa selalu bisa mengukirkan senyum di wajahnya. "Selamat pagi bu Dokter," laki-laki itu turun dari mobil Clara, dengan kemeja lengan panjang yang dia gulung sampai siku dan dasi warna biru tua yang membuat wajahnya nampak begitu bersih. "Mobilnya sudah jadi?" sebuah pertanyaan sponta
Read more

BAB 34

Arga melangkah dengan wajah masam, tidak ada senyum terukir di wajahnya. Semua perawat maupun koas yang berpapasan dengan Arga hanya menundukkan pandangan dan tersenyum simpul, tidak berani menyapa karena sorot mata itu begitu dingin dan sinis. Arga terus melangkah, masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu ruangan itu. Ia segera duduk di kursi miliknya, meraup wajahnya dengan kedua tangan. "Sial!" Arga mengeram, ia benar-benar bingung sekarang harus berbuat apa. Clara sudah banyak berubah, sementara dia kini berada di bawah tekanan Indira. Dia tidak bisa berbuat apapun, kalau sampai dia nekat berbuat yang tidak-tidak, maka akan banyak masalah yang timbul akibat perbuatan nekat Arga.Arga terjebak sekarang dan rasanya tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengikuti permainan Indira untuk saat ini. Tetapi bagaimana dengan rindunya yang sudah membuncah pada pujaan hatinya itu? Apakah orang suruhan Indira masih mengawasinya? Atau sebenar
Read more

BAB 35

"Sialan lu, Rud!" Morgan sontak memaki, menimpuk Rudi yang nampak tertawa terbahak-bahak itu. Jadi ini sebab kemarin Clara sempat cuek dan dingin kepadanya? Karena Rudi bilang dia sudah punya pacar? Ah sialan memang Rudi ini! Tapi ada untungnya juga, kan, Rudi bilang begitu, jadi Morgan bisa tahu bahwa sebenarnya bukan hanya dia yang terpesona luar biasa pada sosok dokter cantik itu, dia pun sama! "Loh tapi kan ada untungnya juga Bos! Kan Bos jadi tahu kalau dokter Clara juga punya perasaan yang sama." Rudi terkekeh, mencoba memberi pembelaan atas apa yang kemarin dia lakukan. Morgan terdiam, agaknya dia tidak bisa lagi memarahi tangan kanannya itu. Rudi benar! Dan itu makin membuat Morgan bersemangat hendak merebut Clara dari Arga. Ya ... Morgan sudah membuat kesepakatan dengan Indira dan itu artinya jalan Morgan untuk merebut Clara dari Arga makin terbuka lebar. "Kalau boleh tahu, memangnya Bos tadi buat perjanjian apa sama dokte
Read more

BAB 36

Indira menatap wanita itu dengan hati pedih. Tidak dia sangka residen itu yang menjadi gundik suaminya selama ini. Kalau saja dia tidak terlanjur membuat perjanjian dengan pengusaha importir mobil mewah tadi, Indira sudah menyeret Clara dan mempermalukan residen anestesi itu di depan banyak orang."Pantas kamu sampai tidak bisa move on, Mas. Secantik ini gundikmu," desis Indira yang sadar dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekasih suaminya itu.Indira menghela nafas panjang, pantas saja pengusaha kaya raya itu juga sampai rela melakukan apa saja untuk memisahkan Clara dari Arga, memang pesona dokter residen satu itu begitu luar biasa. Membuat rasa iri terbesit di dalam hati Indira."Harusnya sejak awal aku memperhatikan dia. Dia terlihat begitu mencolok, ah tapi sudahlah!" Indira segera melangkah pergi ketika sosok itu lenyap dari pandangannya. Intinya kini dia sudah tahu semua rahasia Arga. Semua berkat Morgan yang dengan begitu ajaib dat
Read more

BAB 37

Clara menyandarkan tubuhnya di jok mobil, air matanya masih menitik. Dia dengar semuanya tadi. Karena kelemahan Clara yang tidak bisa menolak permintaan Arga, Indira harus menjadi korban. Wanita itu tidak tahu apa-apa, tidak memiliki salah apapun pada Clara, tetapi dia harus menderita karena permainan gilanya bersama Arga. "Gara-gara aku semuanya jadi kayak gini! Bodoh kamu, Ra! Bodoh!" Clara memaki dirinya sendiri. Kalau ditanya, jujur Clara juga tidak mau hidup seperti ini. Memangnya enak hidup jadi simpanan suami orang? Kalau bagi wanita lain itu enak, bagi Clara itu sama sekali tidak enak! Terlebih dia harus berada satu tempat dengan Indira di rumah sakit, sering bertemu dan saling tegur sapa, tentu itu membuat tekanan Clara makin berat. Clara tengah mengutuk dirinya sendiri ketika dering ponsel itu mengejutkan dirinya. Clara menyeka air mata yang menitik, siapa lagi sih? Semoga bukan on call. Clara rasanya ingin segera pulang dan mengunci
Read more

BAB 38

Clara membelalakkan mata ketika membaca tag harga di baju itu. Enam ratus empat puluh dollar? Baju kayak gini hampir sembilan juta lebih? Clara mengerutkan keningnya, rasa-rasanya dia pernah melihat orang pakai baju ini, siapa ya? Clara berpikir keras, sampai akhirnya dia ingat siapa yang pernah dia lihat!  Baju ini sama dengan baju yang dipakai Nagita Slavina! "Astaga! Duit segini banyak cuma buat beli baju sepotong?" Clara memekik, ah dia lupa kalau orang satu itu duitnya ada banyak, beda dengan dokter yang masih harus pendidikan macam dia ini. Kalau hanya uang sembilan juta untuk beli baju, itu tidak akan mengurangi jumlah kekayaan yang Morgan miliki. "Ah ... bodo amat! Kapan lagi pakai baju Sultan!" Clara menyampirkan baju itu di pundak, membuka satu lagi paper bag yang tadi disodorkan Rudi kepadanya. Kembali Clara merasa kepalanya begitu pusing ketika membaca label harga sepatu hak tujuh centi berwarna hitam itu. Mimpi apa dia semalam
Read more

BAB 39

Morgan terpukau dengan sosok yang kini berdiri di depan pintu apartemen itu. Baju yang dia pilihkan begitu pas dan membentuk lekuk tubuh Clara dengan begitu indah. Pantas saja dokter itu sampai melakukan segala cara untuk menjerat Clara dalam dekapannya, Clara seindah ini! Dia begitu luar biasa.  High heels tujuh centi itu membungkus kaki Clara dengan begitu cantik. Rambut panjangnya yang lurus kinj berubah ikal di ujung. Wajahnya tersapu make-up simple namun membuat penampilan Clara makin mempesona. Intinya wanita satu ini memang luar biasa indah, Morgan akui itu. "Gan? Kenapa?" Morgan tergagap, tersenyum kikuk ketika Clara memergoki dirinya tengah termenung menatap keindahan yang melekat pada diri Clara. "Eh ... nggak, aku nggak apa-apa." Morgan nyengir lebar, memamerkan giginya yang begitu rapi dan bersih. "Sudah siap, kan?" Tampak Clara tersenyum malu-malu, mengangguk pelan menjawab pertanyaan yang Morgan tujukan kepadanya. "K
Read more

BAB 40

"Gan, kamu sakit?"Morgan yang tengah fokus pada setir mobilnya sontak menoleh, menatap Clara dengan mata menyipit. Sakit? paa yang membuat dokter cantik itu menduga bahwa dia tengah sakit?"Aku baik-baik saja, Ra. Dari mana kamu menyimpulkan bahwa aku sedang sakit?" Morgan terkekeh, apa yang membuat Clara berpikiran bahwa Morgan sedang sakit?"Kamu tampak aneh sejak tadi datang, Gan."Kembali Morgan terkekeh, jadi karena itu? Tidak tahukah Clara bahwa Morgan jadi seperti ini karena Clara? Karena dia terpesona oleh penampilan Clara yang begitu memukau?"Mau tahu apa yang membuatku jadi seperti ini, Ra?"Clara menoleh, menatap sosok yang hari ini begitu formal dengan kemeja lengan panjang dan celana bahannya. Apa yang membuat Morgan jadi tampak aneh hari ini?"Karena aku ...," Morgan sengaja tidak melanjutkan kalimatnya."Kenapa?" Clara tampak risau, kenapa lagi sih?"Karena aku terpesona dengan kecantikan kamu hari ini,
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status