Home / Fantasi / Reborn Farmer to Richer / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Reborn Farmer to Richer: Chapter 31 - Chapter 40

72 Chapters

[31] Hari ketika - Mu Qixuan Menyukainya?

        "Ran-ran, sudah tahukah kau bahwa besok kita akan memiliki acara penting?!"    Saudarinya, Jiayi, baru saja meneguk segelas jus apel sebelum kemudian berbicara dengan senyum riang di wajahnya. Seakan-akan tidak sabar untuk mengangkat topik ini kepadanya.    "Acara penting? Besok?" Ia memiliki wajah penuh tanda tanya di wajahnya. "Mengapa aku tidak mengetahui tentang itu sama sekali, Jie jie?"    Jiayi meletakkan roti yang baru saja memiliki dua bekas gigitan, dan berbicara, "Dage pasti belum mengatakannya padamu?"    Houran mengangguk.    "Jadi, acara penting yang aku katakan adalah ... Dage akan makan malam dengan Fengya Jie jie, itu sesuatu yang sangat romantis! Mungkin Dage ingin melamar untuk memintanya menikah!" Ujar Jiayi dengan penuh semangat.    Houran memiliki m
Read more

[32] Hari ketika - Bubu yang Hilang

  "Bubu, dimana kau?"   "Kemari, aku punya cookies untukmu!"    "Bubu?"    Houran baru saja mencicipi roti berbentuk bulat yang sangat renyah di lidahnya, buatan dari kepala koki yang mengatakan itu akan disajikan pada acara makan malam nanti. Rasanya yang cukup baik mengingatkannya untuk berbagi dengan Bubu yang biasanya sangat antusias dengan roti. Tetapi, entah bagaimana, tidak ada Bubu dimana pun. Tidak di ruang tamu, tidak di ruang bersantai, tidak di dapur, bahkan itu tidak ada di dalam kamarnya.    Segera saja dia menangkap siluet dari Jing Li yang baru saja kembali dari memeriksa rumah kaca dibelakang, ia melangkah untuk menghampirinya. "Jing Li, apakah Bubu pergi bersamamu?"   "Bubu?" Jing Li menunjukan raut wajah bingung. "Saya tidak melihatnya sejak tadi, Tuan muda."    "Ah, dia tidak ada dimana-mana. Aku hanya sedi
Read more

[33] Hari ketika - Konfrontasi Jong Keyi

        Ketika berlari untuk mencapai gerbang yang memiliki jarak sepuluh menit untuk ditempuh itu, bayangan seekor anjing hitam yang meringkuk sendirian di bawah pohon dengan tali yang melingkari lehernya, membuat Houran ingin sampai ke sana dalam sekejap mata. Bayangan itu juga tumpah tindih dengan ingatan pada dunia sebelumnya ketika anjing hitam yang ia selamatkan juga terikat di bawah pohon.    Mau tidak mau, perasaan sedih dan menyesal segera menyeruak di dalam hatinya. Mengapa anjing hitam diperlakukan seperti ini?    Mengabaikan derai hujan yang semakin deras dan pakaiannya yang telah basah kuyup, ia hampir berlutut menemukan Bubu benar-benar berada di bawah pohon, tetapi itu segera berlari dan melompat berkali-kali ketika menemukan keberadaannya, karena terhalang tali, Bubu hanya bisa melompat dan berjalan dengan gusar sampai Houran meraihnya ke dalam pelukan. 
Read more

[34] Hari ketika - Tidak Sengaja Lupa

  "Saudari Fengya, aku minta maaf mengenai hal ini, tetapi Jong Keyi memang memang melakukan kesalahan."    Masih memeluk dengan erat Bubu yang mengigil di dalam pelukannya, Houran menjadi yang pertama angkat bicara, dengan memahami bahwa Jing Li dan yang lainnya tentu tidak akan berani melawan Lu Fengya yang setara dengan Tuan mereka.    Tetapi Lu Fengya sepertinya tidak menyambut baik itikad Houran untuk berbicara padanya.    "Aku ingat kau tidak menyukaiku ketika terakhir kali kita bertemu, Tuan muda ketiga, Houran. Apakah kali ini kau juga tidak menyukai sepupuku Keyi dan ingin mempermalukannya?"    "Aku tidak ingin mempermalukan siapapun. Ini adalah dia yang pertama menudingku sebagai pencuri." Balas Houran.    Lu Fengya menatapnya, "ah, jadi sekarang kau beralih peran menjadi penjahat?"   Menarik nafas dalam-dalam,
Read more

[35] Hari ketika - Kalian Tidak Ada

  "Dimana Houran? Bagaimana bisa di jatuh demam dan tidak ada satupun dari kalian menyadarinya?!"    Nyonya Mei yang baru saja melangkah masuk ke dalam ruang tamu meledak dalam amarah ketika melihat putra pertama dan putri keduanya beserta juga suaminya duduk diam di dalamnya. Kepala pelayan Li juga berdiri di sudut tidak jauh dari kursi.    Dia baru saja menyelesaikan rancangan pentingnyanya di larut malam, dia juga mengetahui bahwa kemarin adalah acara penting Mu Qixuan tetapi dia harus melewatkan, maka dari itu ia berencana untuk membeli sesuatu ketika kembali sehingga dapat mengobati rasa bersalahnya.   Namun, belum juga rencana itu dapat dilaksanakan, sebuah panggilan mengatakan bahwa anak bungsunya yang paling ia jaga tengah demam tinggi hingga tidak sadarkan diri. Ia panik dan gugup.    Berlari pulang dengan penerbangan tercepat yang bisa mereka dapatkan. 
Read more

[36] Hari ketika - Mengiggau

  Houran tengah bermimpi.    Sebelumnya, setelah memastikan Bubu terawat dan tidur dengan dengkuran samar, akhirnya ia dapat membersihkan diri dengan desakan Jing Li yang terus menerus gelisah dan khawatir jika ia akan terkena demam akibat kehujanan.    Yah, dia mengatakan untuk tidak terlalu khawatir padanya, menilai dari kehidupan sebelumnya dia juga tidak bisa sakit dengan begitu mudah.    Tetapi ... ini seperti mengigit lidahnya sendiri.    Di malam hari, tiba-tiba ia merasa gelisah, dan seluruh tubuhnya berkeringat, tetapi rasa kantuknya begitu berat dan dia tidak ingin bangun sama sekali untuk mandi.    Melihat langit-langit kamar yang terlihat berputar, dia tahu itu tidak benar. Ia menyentuh dahinya untuk menemukan itu sedikit hangat.    Lantas ia hanya memiliki kesempatan untuk mengatakan pada pengawal di pin
Read more

[37] Hari ketika - Kepuasan Fan Mingli

  "Makan dengan baik, minum obatmu dengan teratur. Dan jangan coba-coba untuk bermain-main di bawah hujan lagi. Mengerti?"    Houran berpikir sepertinya panas di dahinya yang sebelumnya sempat mereda akan kembali memanas jika dia terus mendengarkan ucapan orang di hadapannya ini, Fan Mingli, yang belum juga menyisir rambutnya tetapi sudah bertugas di dalam kamarnya dan terus berbicara mengenai banyak hal.    Apa juga yang ia katakan dengan bermain-main di bawah hujan? Ia tidak bermain, okay? Kemarin adalah murni ketidaksengajaan, semua orang juga mengetahui hal itu.    Hanya dokter di depannya yang tidak tahu tentang hal itu, sepertinya.    "Em, dokter, bukankah aku sudah sembuh? Tidak ada demam lagi, lihat aku, coba sentuh dahiku, tidak panas." Ujarnya.    Fan Mingli meliriknya, tetapi tidak banyak mengubah raut wajahnya, "oh, tampaknya kau
Read more

[38] Hari ketika - Trik Kotor

[Lu Fengya's Side]    "Keyi, lain kali kau tidak bisa bertingkah seperti kemarin, kau ingat?"    Dia cukup beruntung bahwa Mu Qixuan, tunangannya itu membelanya. Jika tidak, maka itu berarti dia akan berurusan dengan amarah Nyonya Mei secara langsung, atau bahkan ikatan pertunangan mereka akan berakhir kemarin, segalanya bisa saja terjadi.    Remaja yang bermain dengan ponsel di tangannya hanya menghembuskan nafas kesal, Jong Keyi itu menjawab perkataannya, "huh, sekarang bahkan kau menasehati aku untuk anak ingusan itu, saudari Fengya? Kupikir kau membelaku sebelumnya?"    "Memang, aku membelamu, dan aku akan selalu melakukannya kapanpun." Jawabnya dengan raut wajah serius, kemudian menambahkan. "Tetapi, kau memilih objek yang tidak benar kali ini, Keyi, anak ingusan yang kau katakan itu, dia adalah anak bungsu dari keluarga Mei, harta berharga yang dijaga sedemikian rupa oleh se
Read more

[39] Hari ketika - Junior yang Pemalu

    [Mei Jiayi's Side]   Dia linglung.    Kali ini dia melarikan diri dengan alasan terdapat urusan pada perguruan tinggi yang harus segera ia selesaikan. Kedua orangtuanya masih bertengkar, dan mereka tidak benar-benar memiliki waktu untuk memikirkan apakah dia telah pergi atau masih ada di sana.    Begitu sampai di perguruan, dia masih mengikuti kelas, tetapi pikirannya tidak ada di sana.    Kenyataan bahwa adik laki-lakinya memiliki anemia sedangkan dirinya sendiri tidak mengetahui hal ini benar-benar membuatnya terpukul.    Memang benar dia telah bersalah karena tidak muncul pada hari dimana Houran koma, tetapi itu bukan murni karena ketidakpedulian darinya, tetapi keadaan benar-benar tidak tepat saat itu.    Meski begitu, rasa bersalah menyeruak begitu saja kali ini.    Seseoran
Read more

[40] Hari ketika - Meminta Maaf

"Bagaimana sayang, apakah kepalamu masih sakit? Atau kau merasa ingin batuk?"    Nyonya Mei masih duduk di seberang ranjang dengan raut wajah khawatir meskipun ia telah berulangkali mengatakan bahwa demamnya sudah mereda, itu hanya tinggal hitungan jam sebelum dia bisa kembali sembuh seperti sedia kala.    Memang cukup wajar mengetahui kekhawatiran seorang ibu terhadap anak bungsu yang sangat ia jaga, dan lagi demam yang menimpanya terjadi dengan begitu tiba-tiba ketika pihak lain tidak berada di dalam kediaman, hal ini tentunya telah membuat dia cemas.    "Ā mu, mengapa kau kembali begitu cepat? Apakah tidak apa-apa untuk meninggalkan pekerjaanmu seperti ini?" Tanya Houran dengan sungguh-sungguh.    Nyonya Mei menepuk puncak kepalanya dan tersenyum dengan pahit, "jika bukan karena pekerjaan itu, aku mungkin bisa mencegahmu jatuh sakit hingga demam seperti ini. Maafkan Ā mu, sayan
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status