Home / Fantasi / Reborn Farmer to Richer / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Reborn Farmer to Richer: Chapter 11 - Chapter 20

72 Chapters

[11] Hari ketika - Membicarakan Bunga

  "Paman Li ... Ini ...?"    Houran menunjuk ke arah lapangan rumput di hadapannya, dengan beberapa pohon yang sengaja diatur dengan ukuran dan bentuk yang serupa. Ada pula sebuah kolam di tengah-tengahnya dengan air mancur yang semakin menunjukan kesan elegan tetapi masih mewah.    Paman Li mengikuti arah dimana Dia menunjuk, lalu berbicara, "ini adalah taman utama, Tuan muda."    Dia menatap Kepala pelayan yang baru saja berbicara dengan raut wajah penuh tanda tanya, "ah, jadi ini taman? lalu mengapa aku tidak melihat bunga sama sekali?"    Sepanjang ingatannya, salah satu teman yang pulang dari kota mengatakan bahwa bangsawan suka menanam banyak bunga sebagai simbol kediaman megah yang penuh warna. Lalu mengapa dia melihat sedikit sekali bunga yang ada di dalam kediaman ini? Apakah ada seseorang yang tidak menyukai bunga?    Belum sempat P
Read more

[12] Hari ketika - Makan Ikan?

  Sejak kemarin, ketika Mu Qixuan langsung berbalik pergi sebelum Houran memiliki kesempatan untuk menyusun penjelasan karena sebenarnya dia hanya disebut begitu ketika masih berada di dunia sebelumnya, Houran terganggu dengan fakta bahwa mereka tidak lagi bertegur sapa.    Walaupun sebenarnya Mu Qixuan memang selalu dingin dan juga kaku, dan memiliki aura seorang bos yang dapat mengeluarkan perintah apapun, itu masih akan berbicara -meski dengan menggunakan nada pedas- kepadanya.   Mereka tidak menyapa satu sama lain, bahkan jika mereka saling berhadapan, dia yang terlalu takut untuk bertanya atau mengatakan halo kepada saudaranya yang menyeramkan ini, sedangkan Mu Qixuan dengan temperamen yang mengerikan dan juga dalam suasana hati yang buruk sudah pasti tidak akan memiliki niat barang secuil pun untuk mengeluarkan basa-basi pada saudara kecilnya ini.    Ketika waktunya makan malam kemarin, Nyony
Read more

[13] Hari ketika - Cabai Hidung Banteng

  Dia sudah menghitung apa saja yang dapat dia tanam di dalam kebunnya nanti, dan mencoba untuk menyusun kembali beberapa lama setiap tanaman hingga panen, dia harus menentukan mana sekiranya yang lebih sederhana dan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, ia perlu menunjukan kepada keluarga ini bahwa akhirnya ada sesuatu yang dapat dia lakukan, dengan begitu dia dapat terus berkebun dengan hati yang ringan.   Ia menghitung satu demi satu menggunakan jemarinya, sambil melangkah dengan riang, "aku akan menanam bawang daun, lalu bayam, buncis, sawi, tomat, cabai dan ... ah! Tidak boleh melupakan cabai hidung banteng!"   Jing Li yang mendengarkan dengan tenang sambil berjalan di hadapannya tiba-tiba saja tersandung dan agak membungkuk karenya, "anda mengatakan apa yang ingin anda tanam itu? Yang terakhir?"   "Ha? Cabai hidung banteng?"    "Cabai macam apa itu, Tuan muda? Mengapa saya b
Read more

[14] Hari ketika - Kecemasan yang Lucu

    "Baiklah, lukanya tidak dalam, dan aku sudah membersihkannya, tunggu lukanya mengering dan mengelupas sebelum kau ingin melakukan kenakalan yang lain, dan juga usahakan untuk tidak menyentuh lukanya dengan air."    Houran mengangguk dan menunggu dokter itu membalut lukanya, meskipun sebenarnya dia juga merasa luka itu hanyalah permukaan, hanya sedikit terasa perih dan juga tidak sesakit ketika dia harus terkena cangkul atau sabit ketika berkebun. Tapi dia menurut, karena dokter ini tampaknya sudah terbiasa di Kediaman Mei dan tidak berbasa-basi ketika mengatakan sesuatu.   Ketika sudah selesai, dokter itu bangkit dan mengikuti arah pandangannya adalah Mu Qixuan yang berdiri di samping pintu dengan kerutan yang mendalam pada keningnya.    Dokter itu menghela nafas, "Qixuan, apa kau hanya akan berdiri di sana? Apa kau robot atau penjaga pintu?"    Oh! Dia sa
Read more

[15] Hari ketika - Memecat Siapa?

 "Jing Li! Jing Li!"  Houran dengan riang memanggil Jing Li yang baru saja memasuki ruangannya dengan wajah tertunduk, dia tidak sempat melihat suasana hati Jing Li yang agak tidak pada tempatnya, dan hanya terpaku kepada antusias besar yang tengah dia simpan di dalam hatinya.  Ini sudah satu hari berlalu, dan dia hampir tidak bisa tidur karena ingin menyampaikan kegembiraan ini kepada Jing Li.  Dia melambaikan tangannya, "Jing Li! Cepat kemari! Cepat!"  "Tuan muda."  Jing Li tampaknya tidak begitu antusias ketika menatapnya, dia tidak tersenyum seperti sebelumnya setiap kali mereka berbicara, bahkan itu hanya menunduk dan menghindari bertemu pandang langsung dengan matanya.  Houran curiga, apakah sesuatu yang salah telah terjadi? Dia memiliki kerutan di keningnya, "Jing Li?? Apakah sesuatu terja
Read more

[16] Hari ketika - Siasat Memasak

  "Jing Li, apakah kau yakin ini akan berhasil?"    Houran melirik ke arah pengawal yang sekilas tampak serupa dengan Jing Li itu berdiri kaku di sudut dapur, dan berbisik ke arah Jing Li yang mengikuti di belakangnya dengan hati-hati.   Tetapi, tanggapan yang ia terima adalah penolakan kuat dari Jing Li, "tidak, tidak! Tuan muda, saran yang saya katakan sebelumnya adalah : kita akan memesan makanan yang memiliki kandungan banyak sayuran, untuk menunjukkan pada Nyonya bahwa itu sangat penting. Jadi, mengapa sekarang kita justru berakhir di dapur?!"    "Aku akan memasak sendiri," bisiknya. "Orang tua zaman dahulu pernah menyebutkan bahwa makanan buatan tangan dengan niat baik akan lebih menyentuh penikmatnya."    Pengawal di belakangnya bergumam, "Tuan muda, apakah menurut anda di kediaman ini hanya anda yang memiliki dua tangan? Pelayan di dapur juga memiliki tangan, jadi
Read more

[17] Hari ketika - Persetujuan Mu Qixuan

      Suasana di meja makan benar-benar tidak menyenangkan, garis-garis hitam menggantung di setiap kepala yang ada disana, bahkan sebuah ilusi seperti awan hitam tampaknya telah bernaung di atas kepala Houran.    Itu juga kesalahannya, karena tidak bertanya apakah orang tuanya berada di rumah atau tidak, tetapi ia justru bergerak langsung untuk memasak, akibatnya dia harus menelan kekecewaan pahit ini. Dia sedikit sedih.    Bisikan datang dari belakang kursinya, itu Jing Li yang tidak bisa melihat Tuan mudanya terlihat agak layu, "Tuan muda, apakah anda ingin menyimpannya terlebih dahulu ... mungkin nanti Tuan dan Nyonya akan kembali dan kita bisa menghangatkannya."    Houran menggelengkan kepala dan mengulas senyuman, "tidak masalah, ini makanan kesukaanku, aku bisa menghabiskannya sendiri. Ā ba dan Ā mu, kita bisa membuatnya lagi untuk mereka nanti." 
Read more

[18] Hari ketika - Persiapan Berkebun

      Rumah Kaca akhirnya selesai dibersihkan, dan Houran merayakannya dengan menarik nafas dalam-dalam dan senyum lebar yang terpatri pada wajahnya.   Jing Li dan para pelayan juga ikut tersenyum dengan hasil kerja keras mereka, meskipun terbiasa melakukan hal itu karena merupakan kewajiban mereka, namun melihat bagaimana kegembiraan Tuan muda ketiga, semua usaha mereka terasa sangat terbayar.    "Wah, terima kasih pada kalian semuanya."    Houran mengatakannya lalu berlari keluar sebentar, membuat semua pelayan yang berada di dalam Rumah Kaca kebingungan dengannya. Mereka tentu ingin mengetahui apa yang membuatnya begitu terburu-buru?   Beberapa menit kemudian.    Houran kembali dengan dua orang pelayan lain yang membawa baki dengan beberapa gelas teh dan dua piring kue ringan di atasnya.    Houran
Read more

[19] Hari ketika - Laki-laki dan Perempuan

    "Ran-ran, Jie jie kembali! Apakah kau sudah merindukanku?"    Saat itu, Houran sedang berbincang dengan pengawal yang berjaga di depan kamarnya, yang belakangan dia ketahui bahwa itu menggunakan identitas nomor sembilan, dan memiliki nama Won Yu, dan tampaknya juga berhubungan baik dengan Jing Li, dan ia berencana meminta Nyonya Mei untuk membiarkan pengawal ini menjaga di sampingnya.   Dengan itu, suara keras saudara perempuannya, Jiayi ini bergema hingga menembus sampai ke lantai dua, dan membuatnya juga Won Yu terperanjat. Apakah seorang wanita selalu memiliki kekuatan suara sekeras ini?    Ia segera berjalan ke lantai pertama dan menemukan saudara perempuannya sedang merebahkan diri di sofa ruang bersantai dengan senyum cerah. Ada seorang pelayan tengah memungut tas yang teronggok begitu saja di kaki sofa, ketika dia masuk ke sana.    Dia duduk di sebe
Read more

[20] Hari ketika - Mendengarkan Keduanya

    Houran sedang berada dalam suasana hati yang baik, tadi pagi Paman Li telah melaporkan kepadanya bahwa bibit juga pupuk telah tersedia, dan mereka dapat mulai berkebun kapan saja. Ia tidak sabar untuk memulainya.    Mereka telah menyusun alat-alat dan juga bambu yang akan digunakan sebagai tempat dudukan pot, dan mereka mungkin bisa memulai penyemaian bibit dalam beberapa hari kemudian.    Saat ini, dia sedang berjalan dengan senyuman di wajahnya, Jie jie sepertinya juga mengatakan tentang keinginannya untuk melihat proses berkebun nanti. Sekarang, ia hanya perlu menemui kedua orang tuanya dan meyakinkan mereka untuk menjadi yang pertama menabur bibit seperti yang biasa mereka lakukan di desa. Itu sebagai bentuk menghormati yang lebih tua, dan juga menyakinkan mereka bahwa dia dapat berkebun dengan baik.   Baru saja, ia bertanya kepada salah satu pelayan yang mengatakan bahwa kedua
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status