Semua Bab Reborn Farmer to Richer: Bab 1 - Bab 10

72 Bab

[01] Hari ketika - Terbangun

  "Ran-ran, bayi kecil Ā mu akhirnya bangun. Dimana yang sakit? Katakan, Ā mu akan meniupnya untukmu." Ketika ucapan ini sampai di telinganya, Houran yang masih termenung di atas ranjang rumah sakit hampir saja melonjak dan segera mengusap kedua pipinya, kemudian ia menatap kedua tangannya yang memiliki jari jemari yang panjang dan lentik, lantas ia menghembuskan nafas lega.  Meskipun kedua tangannya tampak sedikit lebih ramping dan lembut daripada sebelumnya, ia masih bukan seorang bayi kecil dengan tangan dan kaki pendek yang hanya mengetahui bagaimana mengatakan sesuatu melalui tangisan.  Houran tidak tahan membayangkannya.  Pertama kali ia membuka mata, tidak ada siapapun di sekelilingnya, tetapi perabot di sekitarnya mengatakan bahwa ia tidak lagi sama seperti sebelumnya. Segala sesuatu di sana hanya dapat disebut sebagai kemewahan yang cukup keterl
Baca selengkapnya

[02] Hari ketika - Ia Mati

  Pagi itu, dia terbangun dengan mendahului ayam jantan yang baru saja mengumpulkan niat untuk berkokok.  Ia memerlukan waktu beberapa saat untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya dan menghilangkan rasa kantuk. Kemudian ia bangkit, melipat selimut dan meletakkannya di atas bantal yang terletak di kepala tempat tidur. Setelah memastikan kamarnya rapi, ia berjalan keluar dari ruangan, dan melirik dapur untuk mendapati sosok sang Ibu tengah membungkuk dan menyalakan tungku guna menyiapkan makanan sebagai pengisi perut mereka di pagi hari. Houran berlari ke sumur di belakang kediaman mereka, lalu membersihkan diri dengan segera.  Udara dingin di kaki gunung berhasil membuat kantuknya sirna seketika.  Hari-hari selalu berjalan dengan cara yang sama seperti ini, karena kakak laki-lakinya telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak, kini mereka
Baca selengkapnya

[03] Hari ketika - Pulang

  Houran menatap istana berkedok rumah yang berdiri megah di hadapannya. Bahkan halaman yang memisahkan rumah dengan gerbang untuk masuk dapat digunakan untuk membangun sepuluh rumah yang sama ukurannya seperti di desanya. Sampai kini ia tidak mengetahui alasan mengapa kediaman seorang bangsawan harus memiliki halaman yang begitu luas.  Ia harus mencari tahu mengenai hal ini nanti.  Begitu mereka masuk dan melihat istana yang disebut Ā mu sebagai rumah mereka ini, Houran memiliki dorongan untuk mencubit lengannya guna memastikan bahwa ia tidak akan terbangun dan mendapati semua kemewahan ini hanyalah mimpi.  "Ish!" Ia memekik dan segera mengusap bekas kemerahan akibat cubitan itu, ternyata semua ini memang tidak mungkin hanya mimpi.  "Apa yang kau lakukan?!" Tangannya segera diraih oleh wanita yang kini harus menjadi Ibu dari tubuh ini, wajahnya begitu kh
Baca selengkapnya

[04] Hari ketika - Berbincang

  Dia ditinggalkan sendirian kali ini, Nyonya Mei sudah pergi karena seorang klien meminta bertemu guna membahas gaun rancangannya yang akan digunakan dalam acara penting sehingga ia tidak dapat menolaknya meskipun telah mencoba. Ia menangkap kedua tangannya dan berjanji bahwa ia akan segera kembali begitu semua urusannya diselesaikan.  Dia mengangguk, "tak apa, Ā mu sangat sibuk tidak perlu untuk menungguku sepanjang waktu."  Tidak membutuhkan waktu lama sebelum hanya mereka berdua yang tersisa, saudara perempuannya, Jiayi, sangat bersemangat dan berulang kali menekankan dia untuk segera sembuh dan mereka dapat membuat pesanan untuk model pakaian baru.  Suatu pertanyaan melintas di kepala Houran, dan ia segera mengatakannya, "tidak bisakah kita meminta pada Ā mu saja? Bukankah Ā mu dapat merancang pakaian? Ia mengatakannya sebelumnya."  Jiayi segera meng
Baca selengkapnya

[05] Hari ketika - Bertanya-tanya

  Pada akhirnya dia gagal memasak nasi goreng itu sendiri, karena dia tidak tahan melihat bahwa koki baru itu bahkan hampir menjatuhkan piring dan memotong tangannya sendiri ketika ia baru saja masuk ke dalam dapur. Melihat ketakutan yang terpancar di mata koki baru ketika ia mengatakan tujuannya dan segera memiliki tepian mata yang memerah, dia hanya bisa menyerah dan melambaikan tangannya.  "Baiklah, kau bisa memasaknya untukku."  Akhirnya ia berlalu dan menikmati makanan dari Koki dan memang layak baginya untuk memuji nasi goreng dengan tampilan yang begitu mewah dan dia sempat merasa enggan untuk memakannya.  Ini sudah hampir pukul tujuh malam, dia keluar dari kamarnya setelah berkutat begitu lama di dalam kamar mandi yang sangat berbeda dengan sumur yang selalu ia gunakan. Ia hampir saja menyerah dan berpikir tidak perlu untuk mandi.  Tetapi, dia men
Baca selengkapnya

[06] Hari ketika - Bisnis Gelap?

  "Paman Li, apakah kita memiliki banyak pengawal?"  Houran selalu ingin menanyakan hal ini sejak kemarin, meskipun mereka seorang bangsawan dengan kekayaan yang mungkin saja tidak akan habis dalam tujuh turunan, tetapi untuk memiliki seorang pengawal yang berada di setiap sudut ruangan, di samping pintu, di ujung halaman, di depan gerbang masuk, di depan setiap pintu kamar - yang membuatnya hampir tidak bisa tidur karena tidak terbiasa dengan seseorang yang berada di depan kamarnya - dan bahkan di dalam dapur. Sungguh, apa sebenarnya dibutuhkan dari seorang pengawal untuk berdiri di dapur seperti patung yang bernafas? Menakuti orang saja.  Paman Li, yang sejak kemarin menemaninya kemanapun ia ingin beranjak, dari dapur, ke ruang bersantai, menonton televisi, dan hanya meninggalkannya setelah memastikan ia masuk ke dalam kamarnya, kali ini juga berdiri di sampingnya dan tidak begitu canggung seperti kemari
Baca selengkapnya

[07] Hari ketika - Nama Itu Penting

  "Hei, siapa namamu?"  Dia cukup kelelahan untuk mengamati seluruh kediaman yang luasnya hampir menyerupai sebuah desa, baru saja beberapa tempat yang ia sambangi dan kini dia sudah hampir terkapar di salah satu tangga di halaman samping. Kakinya pegal, dan dahinya berkeringat, cukup untuk membuatnya merasakan bahwa fisik bocah yang ditempatinya ini benar-benar tidak dapat diandalkan.  Paman Li baru saja mengundurkan diri untuk memberikan perintah pada pelayan agar membawakan minuman untuknya. Dan dia menunggu dengan meluruskan kakinya di tangga, memutuskan untuk menciptakan pembicaraan dengan seorang pengawalan yang berdiri di ujung tangga yang pendek ini. Pelayan itu hanya membungkuk sekali kepadanya, lalu kembali berdiri dengan wajah kaku.  Ketika mendengarkan pertanyaan darinya, pengawal itu kembali berbalik ke arahnya, dan membungkuk untuk menjawabnya, "saya ... saya pengawa
Baca selengkapnya

[08] Hari ketika - Bertambah Tinggi

  Tok! Tok!  Houran yang tengah merebahkan diri di atas tempat tidur yang dapat ditempati oleh lima orang sekaligus itu, dan suara ketukan di pintu membuatnya segera beranjak. Dia membuka pintu untuk menemukan seorang pelayan wanita yang segera membungkuk ke arahnya.   "Tuan muda, saya diminta menyampaikan bahwa Tuan muda tertua telah kembali, dan saat ini tengah beristirahat di ruang bersantai."  Houran tertegun, "Dage ku kembali? Sejak kapan?"  "Tiga puluh menit yang lalu, Tuan muda." Jawab si pelayan dengan hati-hati. Houran mengangguk mengerti, dia segera memberikan instruksi kepada pelayan itu, untuk pergi terlebih dahulu. Sedangkan ia memiringkan kepalanya dan melirik pelayan yang tengah berdiri tegak di sebelah pintu dan tampak tidak terganggu.  Dia berbisik. "Pst! Pst! Hei, kau ...." 
Baca selengkapnya

[09] Hari ketika - Dage ini Menakutkan

  Houran tidak menunjukan dirinya bahkan ketika mereka telah masuk ke dalam ruangan bersantai, televisi tidak menyala, sedangkan secangkir kopi telah terhidang di atas meja. Houran bisa merasakan sosok pria yang duduk di sofa dan membelakanginya, itu masih menunjukan ketegasan yang tidak terbantahkan.  Houran menjadi semakin ragu-ragu, dia memilih untuk mendorong pengawal yang berada di hadapannya dan berpegangan pada ujung belakang jasnya yang membuat itu berkerut tidak karuan.  Pengawal di depan Houran bahkan belum sempat menanggapi tindakan Tuan mudanya atau menyapa orang yang tengah duduk di sofa, ketika suara tegas dan dalam terdengar "Dia tidak ingin menemuiku?"  Houran belum memiliki niatan untuk menunjukan dirinya, dan dia lebih pendek juga lebih kecil daripada pengawal ini, jadi cukup masuk di akal mengapa Dage-nya tidak dapat melihat keberadaannya.
Baca selengkapnya

[10] Hari ketika - Makan Malam

  Houran melirik sekitarnya, saat itu mereka tengah makan malam dan suasana di ruang makan benar-benar sunyi hingga seekor lalat yang terbang mungkin akan terdengar sangat keras. Dia melirik ke sekitarnya secara sembunyi-sembunyi, dan semua orang hanya terdiam dengan urusan masing-masing.  Sebelumnya, ketika dia baru saja selesai membersihkan diri ketika pintu kamarnya diketuk sekali lagi, ia segera membenahi jubah mandinya yang sedikit terlalu besar, dan membuka pintu untuk menemukan Paman Li yang berada di depan kamarnya.  Dia merasa cukup heran, "Paman Li?"  "Tuan muda," Paman Li menjawab sambil membungkuk kepadanya, "saya baru saja mendapat pemberitahuan bahwa Tuan tengah berada di perjalanan kembali, dan diperkirakan sebelum makan malam akan sampai."  Houran agak linglung mendengarkannya, "Tuan, Tuan yang kau maksud ... Ah! Ā ba telah kembali?!" 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status