Semua Bab Reborn Farmer to Richer: Bab 21 - Bab 30

72 Bab

[21] Hari ketika - Membujuk

    Keluarga Bangsawan Mei tengah gempar, Nyonya Mei sibuk menangis di sofa ruang tengah, dan Tuan Mei juga duduk dengan kerutan yang mendalam, tidak jauh darinya. Mu Qixuan duduk di kursi yang biasanya menjadi tempat kepala keluarga dengan wajah gelap seakan-akan sedang menghakimi keduanya.    Kepala pelayan, Paman Li, yang dipanggil sebelumnya segera berdiri di samping Tuan muda pertama dengan wajah penuh kebingungan.    Ia membungkuk, "Tuan muda, adakah yang dapat saya bantu?"    Mu Qixuan menjawab beberapa saat kemudian, "dimana pengawal Ran-ran?"    "Jing Li ada di sini, Tuan muda."    Semula Jing Li masuk ke dalam kediaman karena menunggu Tuan muda Houran yang tidak kunjung kembali , tetapi entah bagaimana Ruang tengah utama justru menjadi tempat berkumpulnya semua anggota keluarga dengan raut wajah yang penuh awan gelap, d
Baca selengkapnya

[22] Hari ketika - Sesuatu yang Kau Suka

      Ketika Mu Qixuan benar-benar datang kepadanya, Houran tidak tahu apakah dia harus senang atau menyesal, dan tidak bisa menahan diri untuk mengutuk perihal isi kepalanya yang tidak masuk akal ini.    Mengapa dia harus memanggil Mu Qixuan yang menyeramkan untuk datang, orang yang begitu kaku dan selalu penuh dengan keseriusan, apa yang bisa dia harapkan darinya?    Dia melihat Mu Qixuan menarik kursi berwarna putih di depan meja belajar, dan membawanya ke samping tempat tidurnya, lalu berkata, "mengapa memanggilku?"    Houran masih bimbang, tetapi dia tidak ingin menyimpan keluhan ini sendirian, setidaknya dia harus menemukan seseorang untuk bertukar kata dengannya.   Mengapa tidak berbincang dengan Jing Li? Itu karena ini masalah keluarga, dan dia masih tidak ingin mengumbar aib orang tuanya.    Dia berbisik, "Dage,
Baca selengkapnya

[23] Hari ketika - Anjing yang Mahal

      "Guk! Guk! Guk!"   Houran yang tengah berbaring pada salah satu sofa kamarnya dengan televisi yang masih menyala, segera bangkit dengan penuh antusiasme dan berusaha untuk menemukan darimana asal suara anjing yang baru saja terdengar.    Dia bergegas mengenakan sandal bulu di hadapannya dan berlari untuk membuka pintu ruangan, hanya untuk melihat sesuatu yang berwarna coklat dan bulat melompat ke dalam pelukannya begitu tiba-tiba.    "Guk! Guk!"    "Ahaha, lucunya." Dia tertawa dengan anjing yang bertumpu kedua tangannya, dan terus menjilati wajahnya dengan penuh sukacita.    Dia mengamati sejenak si kecil dalam pelukannya, itu benar-benar bulat, dengan mata kecil dan telinga mungil yang begitu mengemaskan. Kedua kaki depan yang memanjat di dadanya sangat lembut seperti bantalan sofa yang baru saja dia duduki sebelu
Baca selengkapnya

[24] Hari ketika - Kintamani Hitam

      Ketika mereka menuruni tangga, Houran menangkap pemandangan tenang dari seekor anjing hitam yang tengah duduk dengan kaki belakang yang tertekuk, dan kepala menunduk di samping salah satu sofa, tidak terlihat mengamati sekitarnya ataupun perduli dengan berbagai gerakan beberapa pelayan yang melewatinya. Seakan-akan itu tidak tertarik dengan apapun.    Houran menyerahkan Cice yang menjilati pergelangan tangannya dengan riang untuk beralih ke dalam pelukan Jing Li, sambil melirik ke arah Jiang Xu.    Dia berbisik, "apakah kau yakin anjing ini baik-baik saja? Itu tampaknya cukup terisolasi dari sekitarnya."    Jiang Xu mengangkat kedua bahunya untuk menanggapinya, "dokter sudah mengatakan tidak ada yang salah dengannya, hanya saja itu tampaknya memang tidak begitu aktif seperti anjing pada umumnya."    Berbalik setelah mendengarkannya, Hou
Baca selengkapnya

[25] Hari ketika - Secangkir Kopi dan Susu

    "Dage, kau kembali!"    Houran tengah berlari dari arah rumah kaca dibelakang kediaman, ketika ia menjumpai Mu Qixuan yang baru saja akan masuk ke dalam rumah. Dia juga melihat Jiang Xu yang mengikuti di belakangnya.    Bubu juga mengikuti di belakangnya dengan terus mengibas ekornya, seakan-akan ikut merasakan kesenangan milik tuannya.    Dia berhenti tepat di belakang Mu Qixuan, sehingga itu harus berbalik untuk menghadap ke arahnya.    Jiang Xu membungkuk kepadanya dengan senyum ramah, "Tuan muda Houran. Bagaimana dengan Bubu?"    "Bubu sangat baik!" Houran mengangguk dengan penuh antusiasme, "dia berlari kemanapun aku berlari, dan dia juga berhenti di manapun aku berhenti."    "Lalu, itu sangat bagus."    "Um."    Mu Qixuan yang mendengarkan dal
Baca selengkapnya

[26] Hari ketika - Penuh Dengan Bubu

[26] Hari ketika - Penuh dengan Bubu       "Bubu! Dimana kau?"    Houran terus berjalan mengitari lantai dua ketika menemukan bahwa Bubu tidak ada disekitarnya ketika ia bangun pagi tadi, itu bahkan tidak berada di dalam kamarnya. Dia sangat cemas memikirkan bahwa Bubu bukanlah jenis anjing yang akan pergi ke sembarang tempat atau meninggalkan Houran yang selalu menjadi tempatnya melekat.    Jing Li, yang baru saja naik di tangga, melihatnya kebingungan, dan segera bertanya, "Tuan muda, apa yang ingin anda temukan?"    "Bubu," sahutnya. "Dia tidak berada di dalam kamar ketika aku bangun, hanya saja aku sedikit mencemaskannya mengingat dia bukan anjing yang senang bermain atau mudah tertarik dengan sesuatu."    Jing Li tampaknya juga menyadari hal itu, "ah, benar. Saya akan membantu anda menemukannya."    Mere
Baca selengkapnya

[27] Hari ketika - Tunangan Mu Qixuan?!

    "Astaga, anak siapa yang begitu manis ini, kemari baby, biarkan Jie jie yang cantik ini memelukmu sebentar."    Houran yang baru saja menyelesaikan makan malamnya merasa bingung dengan apa yang baru saja didengarnya, itu jelas suara Jie jie, tetapi bukan berbicara kepadanya.    Jadi kepada siapa itu?   Dia segera bergerak menuju ruang tamu dengan penuh rasa ingin tahu, dan apa yang ia temukan kemudian, adalah pemandangan ini.    Bubu, yang seperti biasanya tidak menanggapi siapapun kecuali Houran, hanya berdiri dan menatap Jie jie yang mengulurkan tangan kepadanya, dan seorang perempuan dengan rambut bergelombang sepanjang dada di belakangnya.    "Jie jie, mengapa tidak mengatakan kau akan kembali? Jika mengetahuinya aku akan menunggumu untuk makan malam bersama." Ucapnya.    Bubu, yang mendengarkan suara
Baca selengkapnya

[28] Hari ketika - Konsekuensi Sebuah Pilihan

      "Jing Li, menurutmu mengapa Dage setuju untuk bertunangan dengan wanita itu?"    Pertanyaan ini terlontar ketika mereka tengah menyusun pot dan juga memeriksa apakah biji-bijian yang telah disemai siap untuk ditanam. Houran berdiri dengan raut wajah yang penuh dengan renungan.    Dia tahu benar, Fengya itu, yang merupakan tunangan Dage bukanlah wanita yang cukup menyenangkan. Lebih banyak hal yang menyebalkan ada pada wanita itu. Seperti parfum yang terlalu menyengat, bibir yang terlalu merah, bahkan ucapan yang tidak terkontrol itu juga cukup menyebalkan.   Terutama, dia terlihat tidak menyukai anjing. Sedangkan, Dagenya memelihara banyak sekali anjing. Apa yang terjadi jika nantinya mereka benar-benar menikah? Apakah saudaranya akan memilih untuk menjual semua anjing itu? Bukankah itu akan sangat menyakitkan?   "Tuan muda? Tuan muda Houran?!"&n
Baca selengkapnya

[29] Hari ketika - Menyayangi Binatang

      "Hei, Dage kudengar kau yang sudah memberikan Bubu pada Ran-ran, kenapa kau tidak memberikan Chow-chow atau Samoyed pada adik perempuanmu ini?"    Houran tengah duduk di sofa dengan Bubu yang meringkuk di pelukannya, beberapa kali ia mengusap kepala, telinga, atau terkadang perutnya. Kemudian dia melihat Jiayi yang masuk sambil terus bergerak sedekat mungkin disisi kiri Mu Qixuan dengan senyum mencurigakan.    "Kau ingin anjing?" Tanya Mu Qixuan seakan-akan berusaha menekankan.    "Aku ingin!" Sahut Jiayi.    "Tidak."    "Heeeh? Kenapa? Untuk gadis cantik seperti diriku, itu harus memiliki peliharaan yang sama imutnya untuk melengkapinya." Ucapnya dengan penuh semangat dan rasa percaya diri yang tinggi.    Bahkan Houran tidak bisa menahan diri untuk segera menutup telinga Bubu, berhara
Baca selengkapnya

[30] Hari ketika - Bubu yang Posesif

        "Apakah itu seekor singa? Bagaimana itu masuk begitu saja di dalam rumah dan tidak ada siapapun yang mencegahnya? Apakah dia akan menyerang jika aku bergerak?"    Ini adalah pukul delapan pagi, dan Houran yang kemarin mendengarkan curahan hati saudarinya hingga larut malam bangun dalam keadaan linglung. Baru saja, dia berjalan hingga mencapai tangga terakhir dan menemukan hewan besar dengan bulu hitam bercampur coklat kemerahan yang begitu besar tengah duduk dengan kedua kaki yang menekuk.    Jantungnya hampir saja melompat, otaknya belum memiliki persiapan untuk menerima kejutan yang begitu menakutkan.    Alhasil adalah dia tidak berani bergerak dan memutuskan untuk hanya duduk di tangga dengan wajah bingung menunggu bantuan dari seseorang.    Terdengar suara langkah kaki dari atas tangga, dan dia mendongak untuk menemuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status