"Jing Li! Jing Li!"
Houran dengan riang memanggil Jing Li yang baru saja memasuki ruangannya dengan wajah tertunduk, dia tidak sempat melihat suasana hati Jing Li yang agak tidak pada tempatnya, dan hanya terpaku kepada antusias besar yang tengah dia simpan di dalam hatinya.
Ini sudah satu hari berlalu, dan dia hampir tidak bisa tidur karena ingin menyampaikan kegembiraan ini kepada Jing Li.
Dia melambaikan tangannya, "Jing Li! Cepat kemari! Cepat!"
"Tuan muda."
Jing Li tampaknya tidak begitu antusias ketika menatapnya, dia tidak tersenyum seperti sebelumnya setiap kali mereka berbicara, bahkan itu hanya menunduk dan menghindari bertemu pandang langsung dengan matanya.
Houran curiga, apakah sesuatu yang salah telah terjadi?
Dia memiliki kerutan di keningnya, "Jing Li?? Apakah sesuatu terja
"Jing Li, apakah kau yakin ini akan berhasil?" Houran melirik ke arah pengawal yang sekilas tampak serupa dengan Jing Li itu berdiri kaku di sudut dapur, dan berbisik ke arah Jing Li yang mengikuti di belakangnya dengan hati-hati. Tetapi, tanggapan yang ia terima adalah penolakan kuat dari Jing Li, "tidak, tidak! Tuan muda, saran yang saya katakan sebelumnya adalah : kita akan memesan makanan yang memiliki kandungan banyak sayuran, untuk menunjukkan pada Nyonya bahwa itu sangat penting. Jadi, mengapa sekarang kita justru berakhir di dapur?!" "Aku akan memasak sendiri," bisiknya. "Orang tua zaman dahulu pernah menyebutkan bahwa makanan buatan tangan dengan niat baik akan lebih menyentuh penikmatnya." Pengawal di belakangnya bergumam, "Tuan muda, apakah menurut anda di kediaman ini hanya anda yang memiliki dua tangan? Pelayan di dapur juga memiliki tangan, jadi
Suasana di meja makan benar-benar tidak menyenangkan, garis-garis hitam menggantung di setiap kepala yang ada disana, bahkan sebuah ilusi seperti awan hitam tampaknya telah bernaung di atas kepala Houran. Itu juga kesalahannya, karena tidak bertanya apakah orang tuanya berada di rumah atau tidak, tetapi ia justru bergerak langsung untuk memasak, akibatnya dia harus menelan kekecewaan pahit ini. Dia sedikit sedih. Bisikan datang dari belakang kursinya, itu Jing Li yang tidak bisa melihat Tuan mudanya terlihat agak layu, "Tuan muda, apakah anda ingin menyimpannya terlebih dahulu ... mungkin nanti Tuan dan Nyonya akan kembali dan kita bisa menghangatkannya." Houran menggelengkan kepala dan mengulas senyuman, "tidak masalah, ini makanan kesukaanku, aku bisa menghabiskannya sendiri. Ā ba dan Ā mu, kita bisa membuatnya lagi untuk mereka nanti."
Rumah Kaca akhirnya selesai dibersihkan, dan Houran merayakannya dengan menarik nafas dalam-dalam dan senyum lebar yang terpatri pada wajahnya. Jing Li dan para pelayan juga ikut tersenyum dengan hasil kerja keras mereka, meskipun terbiasa melakukan hal itu karena merupakan kewajiban mereka, namun melihat bagaimana kegembiraan Tuan muda ketiga, semua usaha mereka terasa sangat terbayar. "Wah, terima kasih pada kalian semuanya." Houran mengatakannya lalu berlari keluar sebentar, membuat semua pelayan yang berada di dalam Rumah Kaca kebingungan dengannya. Mereka tentu ingin mengetahui apa yang membuatnya begitu terburu-buru? Beberapa menit kemudian. Houran kembali dengan dua orang pelayan lain yang membawa baki dengan beberapa gelas teh dan dua piring kue ringan di atasnya. Houran
"Ran-ran, Jie jie kembali! Apakah kau sudah merindukanku?" Saat itu, Houran sedang berbincang dengan pengawal yang berjaga di depan kamarnya, yang belakangan dia ketahui bahwa itu menggunakan identitas nomor sembilan, dan memiliki nama Won Yu, dan tampaknya juga berhubungan baik dengan Jing Li, dan ia berencana meminta Nyonya Mei untuk membiarkan pengawal ini menjaga di sampingnya. Dengan itu, suara keras saudara perempuannya, Jiayi ini bergema hingga menembus sampai ke lantai dua, dan membuatnya juga Won Yu terperanjat. Apakah seorang wanita selalu memiliki kekuatan suara sekeras ini? Ia segera berjalan ke lantai pertama dan menemukan saudara perempuannya sedang merebahkan diri di sofa ruang bersantai dengan senyum cerah. Ada seorang pelayan tengah memungut tas yang teronggok begitu saja di kaki sofa, ketika dia masuk ke sana. Dia duduk di sebe
Houran sedang berada dalam suasana hati yang baik, tadi pagi Paman Li telah melaporkan kepadanya bahwa bibit juga pupuk telah tersedia, dan mereka dapat mulai berkebun kapan saja. Ia tidak sabar untuk memulainya. Mereka telah menyusun alat-alat dan juga bambu yang akan digunakan sebagai tempat dudukan pot, dan mereka mungkin bisa memulai penyemaian bibit dalam beberapa hari kemudian. Saat ini, dia sedang berjalan dengan senyuman di wajahnya, Jie jie sepertinya juga mengatakan tentang keinginannya untuk melihat proses berkebun nanti. Sekarang, ia hanya perlu menemui kedua orang tuanya dan meyakinkan mereka untuk menjadi yang pertama menabur bibit seperti yang biasa mereka lakukan di desa. Itu sebagai bentuk menghormati yang lebih tua, dan juga menyakinkan mereka bahwa dia dapat berkebun dengan baik. Baru saja, ia bertanya kepada salah satu pelayan yang mengatakan bahwa kedua
Keluarga Bangsawan Mei tengah gempar, Nyonya Mei sibuk menangis di sofa ruang tengah, dan Tuan Mei juga duduk dengan kerutan yang mendalam, tidak jauh darinya. Mu Qixuan duduk di kursi yang biasanya menjadi tempat kepala keluarga dengan wajah gelap seakan-akan sedang menghakimi keduanya. Kepala pelayan, Paman Li, yang dipanggil sebelumnya segera berdiri di samping Tuan muda pertama dengan wajah penuh kebingungan. Ia membungkuk, "Tuan muda, adakah yang dapat saya bantu?" Mu Qixuan menjawab beberapa saat kemudian, "dimana pengawal Ran-ran?" "Jing Li ada di sini, Tuan muda." Semula Jing Li masuk ke dalam kediaman karena menunggu Tuan muda Houran yang tidak kunjung kembali , tetapi entah bagaimana Ruang tengah utama justru menjadi tempat berkumpulnya semua anggota keluarga dengan raut wajah yang penuh awan gelap, d
Ketika Mu Qixuan benar-benar datang kepadanya, Houran tidak tahu apakah dia harus senang atau menyesal, dan tidak bisa menahan diri untuk mengutuk perihal isi kepalanya yang tidak masuk akal ini. Mengapa dia harus memanggil Mu Qixuan yang menyeramkan untuk datang, orang yang begitu kaku dan selalu penuh dengan keseriusan, apa yang bisa dia harapkan darinya? Dia melihat Mu Qixuan menarik kursi berwarna putih di depan meja belajar, dan membawanya ke samping tempat tidurnya, lalu berkata, "mengapa memanggilku?" Houran masih bimbang, tetapi dia tidak ingin menyimpan keluhan ini sendirian, setidaknya dia harus menemukan seseorang untuk bertukar kata dengannya. Mengapa tidak berbincang dengan Jing Li? Itu karena ini masalah keluarga, dan dia masih tidak ingin mengumbar aib orang tuanya. Dia berbisik, "Dage,
"Guk! Guk! Guk!" Houran yang tengah berbaring pada salah satu sofa kamarnya dengan televisi yang masih menyala, segera bangkit dengan penuh antusiasme dan berusaha untuk menemukan darimana asal suara anjing yang baru saja terdengar. Dia bergegas mengenakan sandal bulu di hadapannya dan berlari untuk membuka pintu ruangan, hanya untuk melihat sesuatu yang berwarna coklat dan bulat melompat ke dalam pelukannya begitu tiba-tiba. "Guk! Guk!" "Ahaha, lucunya." Dia tertawa dengan anjing yang bertumpu kedua tangannya, dan terus menjilati wajahnya dengan penuh sukacita. Dia mengamati sejenak si kecil dalam pelukannya, itu benar-benar bulat, dengan mata kecil dan telinga mungil yang begitu mengemaskan. Kedua kaki depan yang memanjat di dadanya sangat lembut seperti bantalan sofa yang baru saja dia duduki sebelu
Selepas pulang sekolah hari ini, Houran mendapati bahwa Dage-nya, sudah menunggu di ruang bersantai dan memintanya juga Huan-huan untuk datang kepadanya begitu mereka selesai makan siang. Di Ruang makan, ia bahkan sempat berdiskusi dengan Huan-huan kira-kira apa yang akan di bicarakan oleh saudara pertamanya itu. Juga, tiba-tiba Dokter Fan yang merawatnya sebelumnya itu keluar dari kamar tamu dengan tampilan yang sangat kuyu dan lingkaran hitam tampak di bawah kelopak matanya. Dia ragu-ragu untuk bertanya, "Dokter Fan, kau tidak terlihat baik, mungkinkah kau sedang sakit?" Dokter Fan meneguk segelas air putih, menggosok pinggangnya dan membalas dengan keluhan setelah itu, "aku tidak sengaja mabuk kemarin, dan sekarang seluruh tubuhku terasa seperti baru saja bekerja menabrak pohon berkali-kali." Houran sedikit terheran-heran, "seorang dokter juga boleh m
[Mu Qixuan's Side.] "Jadi?" Ia menyusul duduk di depan pria yang duduk dengan tubuh bersandar pada sofa di seberang. Matanya tertutup, tetapi ia tidak bisa memastikan apakah orang ini memang mengantuk atau hanya terlalu mabuk. Jiang Xu, sekretarisnya berdiri samping sofa, meringis dengan perasaan bersalah. "Maaf, bos. Tapi, Dokter Fan benar-benar menolak kembali jika saya yang membawanya." Jelasnya dengan terbata-bata. Tidak berani untuk menatap langsung sang atasan. Dirinya sendiri juga tidak mengerti mengapa orang mabuk bisa menjadi begitu keras kepala untuk kembali hanya dengan bosnya yang sangat galak. "Sangat merepotkan," ia menendang lutut si pria mabuk. Sangat kesal karena panggilan mendadak yang membuatnya harus berakhir di klub malam ini tanpa memiliki kesempatan untuk menolak. Mengirim sang sekretaris ternyata tidak membantu sama
"Jadi, paman telah mengakui semuanya?" Mu Qixuan menatap kedua orang tuanya dan mencoba untuk menegaskan, setelah mereka semua berkumpul di meja makan dan menunggu keduanya untuk menceritakan asal mula mengapa akhirnya mereka mengurungkan niat untuk berpisah. Nyonya Mei menjadi yang menanggapi pertanyaan itu, "benar, kami berpisah sejak meninggalkan rumah ini hari itu. Aku terlalu cemas memikirkan kemana Ran-ran pergi, dan ayahmu untuk pertama kalinya akhirnya merasa takut bahwa ia mungkin akan kehilangan sesuatu yang sangat penting. Kami sama-sama memiliki kecemasan masing-masing saat itu. Kami tidak bisa berpikir jernih." Ada jeda sejenak. "Bahkan aku sudah menemui pengacara, memutuskan mengambil hak asuh atas Ran-ran. Saat itu, Ā mu menemui satu kesulitan, jika aku membawa Ran-ran, maka itu memisahkannya dari saudaranya. Aku merasa tindakan ini jelas
Houran tidak pernah menduga bahwa apa yang menunggunya di rumah adalah dua sosok yang sebelumnya membuat dia sedih dan hampir menyerah jika mereka benar-benar ingin berpisah satu sama lain, dia sudah ingin menyiapkan beberapa sikap jika pada akhirnya mereka berdua memberikan keputusan perpisahan itu. Dia tidak tahu bahwa mereka akan mengambil keputusan begitu cepat. Fan Lihuan juga menatap kedua orang ini, dan melihat dari kemiripan di antara mereka dengan bocah yang berada di sampingnya, tidak sulit untuk menebak siapa mereka. Ia segera melirik sosok di sebelahnya yang tertegun, dan wajah itu menunjukan kesedihan yang samar. Nyonya Mei menjadi yang lebih dahulu mendekat dan meraih bahu putranya, "Ā mu mendengar ini hari pertama Ran-ran pergi ke sekolah, apakah itu menyenangkan?" "Um." Houran mengangguk. "Maaf, karena kami be
"Tuan muda, Huan-huan, bagaimana hari pertama kalian di sekolah? Menyenangkan? Apakah kalian mendapatkan teman baru yang banyak?" Kepala Fang masih mengemudi dengan satu tangan, dan berusaha mencari bahan obrolan dengan keduanya. Sedangkan kedua bocah di kursi belakang saling menatap canggung, tidak mungkin mereka mengatakan yang sebenarnya. Hari pertama mereka sudah di bumbui dengan perkelahian, meskipun itu adalah Fan Lihuan yang mengalahkan mereka, dan Geng Baigu itu berlari sambil mengancam mereka untuk membalas dendam. Fan Lihuan tidak ingin mengatakan apa-apa, dan itu berarti bahwa Houran yang harus angkat bicara. Dia bersiap sejenak dan segera menerbitkan senyum cerah di wajahnya, "hari pertama kami sangat menyenangkan, Fan Lihuan juga sangat disukai karena di tampan." Kepala Fang tertawa sambil melirik
Kecanggungan yang jatuh di sekitar tempat duduk mereka segera mengundang rasa ingin tahu dari siswa lain di dalam kelas itu. Beberapa tampak melihat secara langsung, sementara beberapa yang lain tampak berpura-pura melirik atau mencoba meraih sesuatu yang jatuh. Yangxu, tampak gugup di antara mereka, dia berbisik sebentar, "ini ... Mengyia, mereka masih anak baru, jadi sulit untuk menjadi dekat begitu tiba-tiba." Gadis itu, Mengyia, yang seluruh wajahnya memerah dan tampak akan meledak kapan saja tiba-tiba mengulas senyuman, dan merapikan rambut ke belakang telinganya, "ah, benar, itu adalah kesalahanku. Lihuan pasti sangat tidak nyaman dengan hal ini." Melihat tingkahnya yang jelas-jelas tengah mencoba untuk menggoda pihak lain, Houran berbalik dan menatap Fan Lihuan yang masih menunduk dan mengamati buku yang entah sejak kapan berada di tangannya. &nbs
"Belajarlah dengan baik, dan pulang dengan cepat. Kepala Fang akan menunggu di gerbang sebelum jam pelajaran selesai. Segera pulang, atau panggil saudara jika kalian harus melakukan sesuatu lebih dahulu." Houran dan Fan Lihuan mengerti suasana hati Mei Jiayi ketika ia terus mengatakan hal ini, bahkan saat itu entah kali ke berapa dia mengulanginya. Saat tengah di dalam mobil, mereka lelah untuk menganggukan kepala setiap kali menanggapi pesan-pesan dari Jiayi. Houran mengangguk lagi saat ini, dan tidak bisa menahan diri untuk mendorong Jiayi segera pergi. Tetapi sebelum itu, dia harus mengatakan tentang hal yang menganggu pikirannya. Dia memegang lengan saudarinya, "Jie jie, bisakah jika aku meminta Kepala Fang untuk menunggu sedikit lebih jauh dari gerbang?" "Mengapa?" Jiayi tidak bisa merasa heran untuk hal ini. "Aku tidak ingin
Jing Li pergi ke dapur kali ini untuk mengambil susu coklat untuk Tuan muda-nya, tetapi dia menemukan kepala pelayan termenung di meja makan. Seakan-akan, pihak lain sedang memikirkan sesuatu yang berat. Dan Jing Li yang memiliki keluhan yang sama tidak bisa menahan diri untuk menyapa pihak lain. "Paman, apa yang kau lakukan melamun sendirian di sini?" Tanyanya sambil menarik kursi di sebelah pihak lain. Paman Li yang tengah melamun itu tersentak ketika mendengarkan suara orang lain, dia segera tersenyum dan bertanya balik, melirik ke arah botol susu di tangannya, "mengambil susu coklat untuk Tuan muda?" Jing Li mengangguk, "stok di kamarnya habis." "Ah, benar. Para pelayan pasti lupa menambahkan stok susu di kamar Tuan muda, dan lagi aku tidak mengingatkan mereka juga." Sahut Paman Li dengan Lesu. "Tampaknya Paman sedang
"Dage sudah menemukan sekolah yang tepat untukku, begitu cepat?!" Mu Qixuan mengangguk dengan tenang ke arah Ran-ran yang masih memiliki Bubu di pelukannya, dan juga Fan Lihuan yang mengusap telinga anjing yang tampaknya mulai tertidur itu. Kemarin, setelah mendengarkan permintaan dari Ran-ran, dia segera sigap meminta sang sekretaris, Jiang Xu untuk meneliti mana sekolah yang sekiranya tepat dengan keinginan adiknya tetapi juga tetap memenuhi standar yang ia tetapkan. Ia tidak ingin sekolah kumuh, atau tertinggal hingga menyebabkan sistem pendidikan yang tidak semestinya. Kualitas pendidikan untuk anggota keluarga Mei harus tinggi meskipun dari sekolah yang biasa. Houran segera meletakkan Bubu di pangkuan Fan Lihuan, menyebabkan anjing itu ingin menggonggong tidak terima, dan tetapi itu terhenti karena usapan lembut di kepalanya.