All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 1241 - Chapter 1250

2578 Chapters

157. Bagian 4

Sosok itu adalah sosok seorang laki-laki bertubuh tegap, mengenakan pakaian berwarna putih keabu-abuan dengan sabuk yang besar dipinggang, sementara pakaian dibagian dada dibiarkan terbuka dengan lebar hingga menampakkan dadanya yang bidang dan besar, wajahnya tampak dihiasi kumis pendek tapi tebal, dikedua tangannya yang kekar dan besar, terlihat gelang besar yang terbuat dari akar bahar yang membentuk kepala naga, selain pergelangan tangan dan telapak tangannya yang berukuran cukup besar, kedua kaki lelaki inipun juga tampak besar dibanding ukuran kaki pada umumnya, hal ini dapat terlihat karena lelaki ini tidak mengenakan alas tapak kaki dikedua kakinya.“Nama saya Sabdo Siji, mohon petunjuk dari tuan ketua dunia persilatan” ucap lelaki yang menyebut dirinya sebagai Sabdo Siji itu seraya mengangkat tangannya dan meminta Bintang untuk naik kearena pertarungan. Sementara Bintang masih tetap terdiam ditempatnya. Bintang menyadari pancingan Mahaguru Jayalaksana yang tak mungkin dan tak
Read more

157. Bagian 5

“Awas serangan!” kembali terdengar Sabdo Siji memperingatkan.Deebb.. Deebb.. Deebb...!Sabdo Siji kembali melancarkan serangan Tapak Malaikat, kali ini Bintang segera mengerahkan ajian ‘mata dewa’ nya untuk melihat lebih jelas serangan yang dilancarkan oleh Sabdo Siji. Terlihat biasa saja. Bintangpun kembali bergerak untuk menghindarinya dengan langkah ajaibnya.Deesshh...!Kembali Bintang dikejutkan, serangan Sabdo Siji seperti memiliki mata dan sudah mengetahui kemana tubuh Bintang akan bergerak, sehingga sebelum Bintang bergerak menghindar, serangan Tapak Malaikat Sabdo Siji sudah lebih dulu berpindah tempat sehingga kembali dengan telak menghantam dada Bintang dengan keras. Kali ini tubuh Bintang bukan saja terhuyung, tapi terlempar cukup keras kebelakang. Bintang berusaha agar tubuhnya tidak terkapar jatuh."Huaghh!!"Begitu Bintang berhasil menghentikan gerak huyung tubuhnya, tapi Bintang langsung memuntahkan darah kental hitam kemerahan dari dalam mulut. Hal ini menyatakan kal
Read more

157. Bagian 6

Sementara itu ditempatnya terlihat Bintang berusaha bangkit berdiri, walaupun dengan kedua lutut goyah. Bintang terlihat bangkit dengan kedua mata terpejam. Sementara dari mulut Bintang terlihat darah masih terlihat merembes. Dengan tangan gemetar, terlihat Bintang mengangkat tangan kanannya.“Ayo!” Bintang justru menggerakkan tangannya untuk menyuruh Sabdo Siji kembali menyerangnya. Hal ini tentu saja mengejutkan semua orang, terutama Sabdo Siji. Karena Bintang yang saat ini berdiri dihadapannya tampak masih memejamkan matanya.Hiaaat...!Deebb.. Deebb.. Deebb...!Tapi akhirnya Sabdo Siji melancarkan juga serangan ‘Tapak Malaikat’ nya kearah Bintang. Sabdo Siji tampak mengeluarkan mimik wajah bingung saat melihat sosok lawannya tidak sedikitpun bergerak untuk menghindari serangannya, apalagi membalas serangannya. Sosok Bintang benar-benar hanya diam ditempatnya. Tapi hal ini tak membuat Sabdo Siji mengendorkan serangannya
Read more

157. Bagian 7

Sekedar untuk diketahui, jurus ‘Tapak Malaikat’ yang dipergunakan oleh Sabdo Siji merupakan sebuah jurus unik, dimana jurus ini mampu mengunci gerakan lawan dengan pandangan mata dan Sabdo Siji mampu mengarahkan serangannya kearah kuncian pandangan matanya, dan dada Bintanglah yang menjadi kunci serangan ‘Tapak Malaikat’, sehingga kemanapun sosok Bintang bergerak, Sabdo Siji selalu dapat melancarkan serangannya. Kelemahan jurus ‘Tapak Malaikat’ ini hanya satu, yaitu pemilik jurus ‘Tapak Malaikat’ tidak mampu mengunci lawannya, bila lawan yang dihadapinya tidak menatap kearah matanya, dan Bintang tanpa sadar telah menganalisa semua itu.Kedua mata Sabdo Siji terlihat memerah saat dirinya berusaha untuk bangkit dan kini menatap kearah lawan dihadapannya dengan tatapan penuh kemarahan.Buugghh...! Buugghh...!Tiba-tiba saja Sabdo Siji menjejakkan kedua kakinya dengan keras kelantai,
Read more

157. Bagian 8

Wuussh...! dipihak Eyang Mandalaksana, Roro dan Ajeng yang langsung berdiri dengan mengibaskan tangan mereka untuk menghalau kabut asap tebal yang tengah menuju kearah mereka.Kabut asap tebal hanya menyisakan ditengah-tengah arena yang menutupi pandangan orang-orang untuk melihat sosok Bintang dan Sabdo Siji yang ada didalamnya. Tidak ada yang dapat menebak apa yang terjadi diantara keduanya.Perlahan tapi pasti, kabut asap tebal yang menutupi arena pertarungan mulai sirna tertiup angin, samar-samar terlihat dua sosok tubuh yang masih berdiri saling berhadapan. Orang-orang mengenalinya, kedua sosok itu tak lain adalah Sabdo Siji dan Bintang.Sabdo Siji lebih dulu bergerak dengan mengangkat kedua tangannya dengan kedua jari telunjuk mengacung.Zzzgghhh...! Zzzgghhh...!Dari kedua jari telunjuk Sabdo Siji keluar kilatan-kilatan cahaya hijau, rupanya Sabdo Siji sudah mengerahkan jurus ‘Jari Malaikat’ miliknya.“Heaaa
Read more

157. Bagian 9

“Hyaatttt”.Tanpa banyak basa basi, sosok Sabdo Siji melesat kedepan dengan cepatnya melancarkan serangannya kembali kearah Bintang, dan ;“Hiaaah!”Serrrr...! Wuuttt!Bintangpun tak ingin ketinggalan, sosok Bintangpun ikut berkelebat kedepan menyongsong Sabdo Siji yang telah mendahuluinya, dan ;Plakkk.. Plakkkk.. Plakkkk...!Terlihat beberapa kali keduanya beradu pukulan, tapi semangat keduanya untuk terus bertarung masih terlihat dengan jelas. Bahkan ;Dess.. Dess.. Desss...!Bintang melepaskan beberapa kali jurus ‘Tendangan tanpa bayangan’nya yang dengan telak mengenai sasarannya yaitu tubuh Sabdo Siji. Tapi tubuh Sabdo Siji benar-benar tahan terhadap semua serangan yang Bintang lancarkan kepadanya, tidak seperti sebelumnya dimana serangan Bintang mampu membuat Sabdo Siji terlempar jauh, kini Bintang menambah kecepatan serangannya ;“Telapak Bayangan, Heaa..
Read more

157. Bagian 10

“Hebat!” ucap beberapa orang ditempat itu mengagumi kemampuan yang diperlihatkan oleh Bintang. Mahaguru Jayalaksana sendiri terlihat langsung bangkit berdiri dari tempatnya. Terlihat Mahaguru Jayalaksana memberikan kode kepada para muridnya untuk segera membawa sosok Sabdo Siji yang pingsan tak sadarkan diri. Beberapa murid Mahaguru Jayalaksana terlihat dengan segera mendekati Sabdo Siji dan memeriksa keadaan Sabdo Siji. Wajah-wajah itu terlihat menarik nafas lega saat mengetahui kalau Sabdo Siji kakak tertua mereka masih hidup dan hanya pingsan. Dengan bergegas mereka segera membawa sosok Sabdo Siji keluar dari arena pertarungan.Plok.. Plok.. Plok.. Plok..!Suara tepukan terdengar membahana ditempat itu, sehingga semua perhatian langsung mengarah kearah sipenepuk tangan yang ternyata adalah Mahaguru Jayalaksana.“Hebat.. Sungguh hebat tuan Bintang!” puji Mahaguru Jayalaksana.“Maafkan saya yang telah membuat murid Mahaguru
Read more

157. Bagian 11

Hiaaa...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hiaaah...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hampir bersamaan Genne dan Ajeng saling melesatkan selendang ditangan masing-masing, selendang ungu milik Genne dan selendang hijau milik Ajeng terlihat langsung memanjang kedepan.Dhuar.. Dhuar.. Dhuar...!Ledakan keras dan beruntun terjadi saat kedua selendang berbeda warna itu bertemu.Hiaaa...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hiaaah...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Dhuar.. Dhuar.. Dhuar...!Kedua perempuan cantik ini terus saling bertarung dengan dahsyatnya, pertempuran jarak jauh dengan saling menggunakan selendang sebagai senjata. Pertarungan keduanya sangat memukau pandangan bagi orang-orang yang melihatnya.Wuusshhh ...!!!Wuttt.. wuttt.. wuttt...!!!Jrebbbb...!!!Kedua selendang bertemu ditengah-tengah dan saling mengikat satu sama lain, baik Genne maupun Aj
Read more

157. Bagian 12

Ajeng terlihat masih berdiri dengan tenang memperhatikan apa yang akan dilakukan lawan, Ajeng pernah melihat pukulan seperti yang akan dikeluarkan oleh lawannya, yaitu pernah digunakan oleh Ratu Pemikat saat menghadapi Roro.Ajeng mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dadanya, dan ; Plasshhh ! Crrrriittttrrrr...!Tiba-tiba saja diatas telapak tangan kanan Ajeng keluar seberkas cahaya putih yang membentuk sebuah pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar dengan cepat, mengeluarkan suara decitan keras. semua yang melihat hal itu terkejut, semua terpana, bahkan termasuk dirombongan Eyang Mandalaksana sendiri, terutama Roro dan eyang putri yang baru kali ini melihat ajian seperti yang dipergunakan Ajeng saat ini.“Ajian Cakra Buana” ucap Eyang Mandalaksana lembut, rupanya Eyang Mandalaksana mengenali ajian yang akan dipergunakan oleh Ajeng.“Ajian Cakra Buana” ulang eyang putri dan Roro hampir bersamaan.
Read more

157. Bagian 13

JAYA SAMPOERNA tampak menaiki arena pertarungan dengan langkah mantap, penuh percaya diri, dari arah berlawanan, terlihat sosok Roro juga ikut bangkit dari tempatnya duduk, Roro sejenak berbalik dan menjura hormat kepada Eyang Mandalaksana dan eyang putri. Eyang Mandalaksana tampak mengangguk mantap, sementara eyang putri masih terlihat cemas.“Hati-hati Roro.. Jangan sampai kalah!” ucap eyang putri pelan. Roro terlihat hanya tersenyum sambil mengedipkan salah satu mata indahnya sebagai jawaban atas pesan eyang putri padanya. Roro lalu berbalik dan melangkah menuju arena pertarungan. Kini kedua ksatria lapangan ini sudah saling berhadapan dan saling menatap dengan tajam.“Ingat pertaruhan kita nyimas” ucap Jaya Sampoerna.“Jangan terlalu banyak berharap, lelaki pengecut sepertimu takkan menang melawanku” ucap Roro dengan nada tinggi. Wajah Jaya Sampoerna terlihat berubah merah mendengar hal itu.Sebenarnya ada pertaruha
Read more
PREV
1
...
123124125126127
...
258
DMCA.com Protection Status