“Hyaatttt”.
Tanpa banyak basa basi, sosok Sabdo Siji melesat kedepan dengan cepatnya melancarkan serangannya kembali kearah Bintang, dan ;
“Hiaaah!”
Serrrr...! Wuuttt!
Bintangpun tak ingin ketinggalan, sosok Bintangpun ikut berkelebat kedepan menyongsong Sabdo Siji yang telah mendahuluinya, dan ;
Plakkk.. Plakkkk.. Plakkkk...!
Terlihat beberapa kali keduanya beradu pukulan, tapi semangat keduanya untuk terus bertarung masih terlihat dengan jelas. Bahkan ;
Dess.. Dess.. Desss...!
Bintang melepaskan beberapa kali jurus ‘Tendangan tanpa bayangan’nya yang dengan telak mengenai sasarannya yaitu tubuh Sabdo Siji. Tapi tubuh Sabdo Siji benar-benar tahan terhadap semua serangan yang Bintang lancarkan kepadanya, tidak seperti sebelumnya dimana serangan Bintang mampu membuat Sabdo Siji terlempar jauh, kini Bintang menambah kecepatan serangannya ;
“Telapak Bayangan, Heaa..
“Hebat!” ucap beberapa orang ditempat itu mengagumi kemampuan yang diperlihatkan oleh Bintang. Mahaguru Jayalaksana sendiri terlihat langsung bangkit berdiri dari tempatnya. Terlihat Mahaguru Jayalaksana memberikan kode kepada para muridnya untuk segera membawa sosok Sabdo Siji yang pingsan tak sadarkan diri. Beberapa murid Mahaguru Jayalaksana terlihat dengan segera mendekati Sabdo Siji dan memeriksa keadaan Sabdo Siji. Wajah-wajah itu terlihat menarik nafas lega saat mengetahui kalau Sabdo Siji kakak tertua mereka masih hidup dan hanya pingsan. Dengan bergegas mereka segera membawa sosok Sabdo Siji keluar dari arena pertarungan.Plok.. Plok.. Plok.. Plok..!Suara tepukan terdengar membahana ditempat itu, sehingga semua perhatian langsung mengarah kearah sipenepuk tangan yang ternyata adalah Mahaguru Jayalaksana.“Hebat.. Sungguh hebat tuan Bintang!” puji Mahaguru Jayalaksana.“Maafkan saya yang telah membuat murid Mahaguru
Hiaaa...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hiaaah...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hampir bersamaan Genne dan Ajeng saling melesatkan selendang ditangan masing-masing, selendang ungu milik Genne dan selendang hijau milik Ajeng terlihat langsung memanjang kedepan.Dhuar.. Dhuar.. Dhuar...!Ledakan keras dan beruntun terjadi saat kedua selendang berbeda warna itu bertemu.Hiaaa...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hiaaah...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Dhuar.. Dhuar.. Dhuar...!Kedua perempuan cantik ini terus saling bertarung dengan dahsyatnya, pertempuran jarak jauh dengan saling menggunakan selendang sebagai senjata. Pertarungan keduanya sangat memukau pandangan bagi orang-orang yang melihatnya.Wuusshhh ...!!!Wuttt.. wuttt.. wuttt...!!!Jrebbbb...!!!Kedua selendang bertemu ditengah-tengah dan saling mengikat satu sama lain, baik Genne maupun Aj
Ajeng terlihat masih berdiri dengan tenang memperhatikan apa yang akan dilakukan lawan, Ajeng pernah melihat pukulan seperti yang akan dikeluarkan oleh lawannya, yaitu pernah digunakan oleh Ratu Pemikat saat menghadapi Roro.Ajeng mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dadanya, dan ; Plasshhh ! Crrrriittttrrrr...!Tiba-tiba saja diatas telapak tangan kanan Ajeng keluar seberkas cahaya putih yang membentuk sebuah pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar dengan cepat, mengeluarkan suara decitan keras. semua yang melihat hal itu terkejut, semua terpana, bahkan termasuk dirombongan Eyang Mandalaksana sendiri, terutama Roro dan eyang putri yang baru kali ini melihat ajian seperti yang dipergunakan Ajeng saat ini.“Ajian Cakra Buana” ucap Eyang Mandalaksana lembut, rupanya Eyang Mandalaksana mengenali ajian yang akan dipergunakan oleh Ajeng.“Ajian Cakra Buana” ulang eyang putri dan Roro hampir bersamaan.
JAYA SAMPOERNA tampak menaiki arena pertarungan dengan langkah mantap, penuh percaya diri, dari arah berlawanan, terlihat sosok Roro juga ikut bangkit dari tempatnya duduk, Roro sejenak berbalik dan menjura hormat kepada Eyang Mandalaksana dan eyang putri. Eyang Mandalaksana tampak mengangguk mantap, sementara eyang putri masih terlihat cemas.“Hati-hati Roro.. Jangan sampai kalah!” ucap eyang putri pelan. Roro terlihat hanya tersenyum sambil mengedipkan salah satu mata indahnya sebagai jawaban atas pesan eyang putri padanya. Roro lalu berbalik dan melangkah menuju arena pertarungan. Kini kedua ksatria lapangan ini sudah saling berhadapan dan saling menatap dengan tajam.“Ingat pertaruhan kita nyimas” ucap Jaya Sampoerna.“Jangan terlalu banyak berharap, lelaki pengecut sepertimu takkan menang melawanku” ucap Roro dengan nada tinggi. Wajah Jaya Sampoerna terlihat berubah merah mendengar hal itu.Sebenarnya ada pertaruha
“Ini adalah Pedang Merah dan Pedang Biru, kakang” ucap Jayalaksana.“Pedang Merah.. Pedang Biru” gumam Eyang Mandalaksana dan yang lain mendengar hal itu.“Lalu dimana Pedang Alam Semesta itu Jaya?” tanya Eyang Mandalaksana lagi cepat.“Pedang Alam Semesta itu adalah gabungan dari Pedang Merah dan Pedang Biru, kakang” jelas Jayalaksana.“Gabungan Pedang Merah dan Pedang Biru?” ulang Eyang Mandalaksana kaget.“Iya kakang, aku berencana menggabung kedua pedang ini hingga menjadi satu.. Menjadi Pedang Alam Semesta” ucap Jayalaksana seraya memberikan tanda kepada Jaya Sampoerna dan Prawira untuk menyerahkan Pedang Merah dan Pedang Biru yang ada ditangan mereka kepada Eyang Mandalaksana.Eyang Mandalaksana segera menerimanya, sesaat wajah Eyang Mandalaksana ber
Jaya Sampoerna mengangkat kedua tangannya dengan kedua jari telunjuk tegak lurus, sedangkan jari-jari lainnya tampak mengepal.“Totokan satu jari.. Huh! Jurus yang sama takkan pernah mempan terhadapku!” ucap Roro dengan sinis. Lagi-lagi wajah Jaya Sampoerna berubah mendengar lawannya mengetahui jurus yang akan dipergunakannya.“Kita lihat saja” ucap Jaya Sampoerna lagi seraya mulai mempermainkan jurus ‘totokan satu jari’nya, dan ;Hiiaatttt..! Wusshhh !Sosok Jaya Sampoerna melesat kedepan dengan totokan satu jarinya yang dahsyat. Ditempatnya Roro masih terlihat tersenyum sinis, Roro memang berniat memberikan pelajaran untuk lawannya agar Jaya Sampoerna tau betapa luasnya dunia persilatan.Seerrr..!!!Sosok Roro ikut berkelebat kedepan, menyongsong kearah serangan Jaya Sampoerna. Jaya Sampoerna yang melihat lawannya menyongsong kearah dirinya kini terlihat tersenyum, Jaya Sampoer
Blepp..!Sosok Roro yang kembali muncul, kembali diburu oleh kedua sinar hijau itu hingga kini terjadi pertarungan ilmu Jejak Buana dan ilmu Jari Malaikat.“Heaaah...!"Di suatu kesempatan, Roro sentakkan tangannya dari samping ke depan. Pukulan tenaga dalam jarak jauh dilepaskan kearah kedua sinar hijau, tapi hebatnya kedua sinar hijau itu berkelit menghindar sehingga pukulan tangan kosong Roro meleset dan itu terjadi secara berulang-ulang. Lama kelamaan Roro terlihat mulai terdesak oleh serangan lawannya. Ditempatnya Jaya Sampoerna terlihat tersenyum melihat hal itu. Serangannya mampu mendesak Roro.Roro yang merasa usahanya sia-sia, kini tampak muncul menjauh dari kedua sinar hijau itu.Zuuttt...! Zuuttt...!Tapi kedua sinar Hijau itu kembali mengejar kearah sosok Roro.Roro sendiri terlihat tampak merapatkan kedua tangannya didepan dada dengan mata terpejam.Bllesshhhh!Tiba-tiba saja sosok Ro
“Aku tak boleh kalah dalam pertarungan ini.. Kalau kalah mau dikemanakan wajah mahaguru” batin Jaya Sampoerna. “Apa harus kugunakan jurus pamungkas itu.. tapi jurus itu belum sepenuhnya sempurna” sambung batin Jaya Sampoerna lagi. Jaya Sampoerna terdiam dengan pergulatan batinnya sendiri.“Tidak ada jalan lain.. daripada kalah dan memalukan” ucap Jaya Sampoerna akhirnya mengambil keputusan. Wajah Jaya Sampoerna tiba-tiba saja terangkat ke langit. Hal ini membuat semua yang ada ditempat itu mengangkat wajah mengikuti pandangan Jaya Sampoerna.“Mahaguru.. Kakang Jaya sepertinya akan mengeluarkan jurus itu ? tapi bukankah kakang Jaya belum sepenuhnya menguasai jurus itu?” ucap Prawira setengah berbisik kepada Mahaguru Jayalaksana.“Jaya Sampoerna sudah tau resikonya Prawira, kita lihat saja dulu” ucap Mahaguru Jayalaksana pelan. Jaya Sampoerna sendiri kini terlihat memejamkan kedua matanya dengan kedua tan