Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1211 - Bab 1220

2578 Bab

155. Bagian 17

“Ayo kita sambut mereka!” ucap Sabdo Loro seraya melangkah kedepan, para anak buahnyapun ikut melangkah kedepan.Rombongan berkuda yang bila dihitung jumlahnya adalah 13 orang itupun terlihat semuanya adalah perempuan, ini terlihat jelas dari sosok dan penampilan mereka, mengenakan pakaian merah yang sangat anggun terlihat dari kejauhan, tak menunggu lama, ke-13 orang rombongan itu kini sudah tiba dihadapan Sabdo Loro dan anak buahnya. Merekapun tampak mengenakan caping bercadar yang menutupi kepala mereka.“Selamat datang Mahaguru Ummi Ayu” ucap Sabdo Loro seraya menjura hormat diikuti oleh anak buahnya yang lain.Sosok-sosok perempuan yang ada diatas kuda tampak segera melepas caping cadar yang mereka kenakan, inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak buah Sabdo Loro, berharap dapat melihat wajah-wajah cantik jelita dibalik caping bercadar itu. Tapi mereka langsung kecewa...Karena ternyata, wajah-wajah yang ada dibalik caping tirai tersebut, masih ditutupi oleh sebuah cadar mera
Baca selengkapnya

155. Bagian 18

Sabdo Loro menarik nafas lega melihat rombongan Mahaguru Ummi Ayu akhirnya tiba dikapal yang tengah menunggu mereka.“Kakang... disini masih ada 3 perahu yang tersedia, dua perahu untuk Eyang Mandalaksana, tapi yang satu lagi untuk siapa?” tanya salah seorang anak buah Sabdo Loro yang bingung perahu yang tersisa dipersiapkan untuk siapa.“Perahu itu untuk tamu kehormatan yang diundang oleh mahaguru kita”“Siapa kakang?” tanya yang lain ikut penasaran.“Ketua dunia persilatan” jawab Sabdo Loro singkat.“Ketua dunia persilatan” ulang semua anak buah Sabdo Loro hampir bersamaan dengan wajah kaget.“Ada gerangan apa mahaguru kita mengundang ketua dunia persilatan, kakang?”“Entahlah, akupun tak tahu”“Kudengar ketua dunia persilatan ini usianya masih sangat muda” celetuk anak buah Sabdo Loro yang lain. Hal ini memancing perhatian yang lain.“Benarkah?”“Benar... ““Hebat... masih muda sudah dipercaya menjadi ketua dunia persilatan” celetuk yang lain.“Atau jangan-jangan mahaguru ingin men
Baca selengkapnya

155. Bagian 19

Kehadiran kedua cucu Eyang Mandalaksana inilah yang kemudian memancing perhatian semua orang-orang yang ada ditempat itu. Seketika saja terdengar bisik-bisik diantara anak buah Sabdo Loro yang membicarakan tentang kecantikan kedua perempuan yang ikut bersama Eyang Mandalaksana.“Ehemm..!” Sabdo Loro sampai harus mendeham keras untuk mengingatkan keriuhan yang terjadi dibelakangnya, akibat kasak kusuk para anak buahnya. Hal ini langsung membuat para anak buahnya langsung terdiam.“Terimalah salam hormat dari hamba, Eyang Mandalaksana.. Eyang Putri!” ucap Sabdo Loro kembali menjura hormat, para anak buahnya yang ada dibelakang segera ikut melakukan apa yang Sabdo Loro lakukan.Eyang Mandalaksana hanya menganggukkan kepalanya kemudian berucap ; “Kau siapa ?!”“Hamba Sabdo Loro, Eyang Mandalaksana”Eyang Mandalaksana memang mengetahui kalau Jayalaksana adik seperguruannya itu memiliki 10 pembantu utama yang diberikan nama yang sama, yaitu dari Sabdo Loro sampai Sabdo Sepuluh, dan jika sal
Baca selengkapnya

156. Jago-jago Persilatan

PULAU BATU RAJA. Malam itu terlihat Pulau Batu Raja sangat terang benderang, disepanjang pesisir pantai disekeliling pulau itu tampak dipenuhi dengan obor-obor yang menyala dan berjejer dengan rapi dengan jarak yang sama. Sementara itu ditengah-tengah pulau terdapat sebuah bangunan megah dan besar yang menyerupai sebuah benteng, dimana disekeliling bentengpun telah dipasang obor-obor yang berjejer rapi menerangi tempat itu. Di pintu gerbang terlihat beberapa orang laki-laki yang tengah berjaga-jaga dengan persenjataan lengkap, begitu pula dibeberapa menara yang ada dibenteng itu, terlihat dijaga dengan ketat.Jayalaksana atau yang lebih dikenal sebagai si Jari Malaikat adalah majikan Pulau Batu Raja, dulu dimasa mudanya, Jari Malaikat adalah tokoh persilatan yang tak terkalahkan di wilayah timur, nama besarnya sangat disegani lawan maupun kawan, karena Jari Malaikat tak pernah pandang bulu dalam memilih lawan, jika dirasa lawannya membuat keonaran, tak perduli itu dari golongan putih
Baca selengkapnya

156. Bagian 2

“Itulah Eyang lanang... kenapa meminta kanda tadi datangnya belakangan” rutuk Roro dengan wajah cemberut kepada Eyang lanang yang ada didekatnya yang tak lain adalah Eyang Mandalaksana.“Iya nih Eyang. Kalau tadi berangkatnya barengan, pasti kanda sudah ada disini” sambung Ajeng ikut-ikutan cemberut.“Suami kalian itu bukan lagi anak kecil. Pasti ada sesuatu yang membuatnya terlambat kemari” ucap Eyang Mandalaksana akhirnya menjawab pernyataan kedua cucunya tersebut.“Sekarang ayo ke ke aula pertemuan” ucap Eyang Mandalaksana akhirnya beranjak bangkit dari tempatnya berada.Rombongan Eyang Mandalaksanapun segera menuju ke ruang aula pertemuan yang memang telah dipersiapkan, tampak disana telah menunggu satu rombongan yang langsung bangkit berdiri begitu melihat rombongan Eyang Mandalaksana datang.Satu rombongan yang terdiri dari 13 orang itu datang mendekati rombongan Eyang Mandalaksana.&ldqu
Baca selengkapnya

156. Bagian 3

“Kakang mandala!” ucap sosok yang tadi disebut oleh Eyang Mandalaksana sebagai Mellya tersebut menjura hormat setelah berada dihadapan Eyang Mandalaksana.“Nyimas Roro” ucap sosok itu lagi menjura hormat pada Eyang putri yang segera dibalas oleh Eyang putri.“Kau masih sama seperti dulu Mellya.. tidak berubah sama sekali” ucap Eyang Mandalaksana geleng-geleng kepala melihat sosok penampilan Mellya dengan kedua orang perempuan yang ada dibelakangnya yang sangat seksi menggugah birahi. Mellya dan kedua perempuan yang dibelakangnya hanya tersenyum mendengar hal itu.Ketiganya lalu terlibat dalam satu pembicaraan masa lalu, mengingat masa-masa kebersamaan mereka sewaktu berguru dengan dewa agung. Sementara itu Roro dan Ajeng terlihat saling berbisik satu sama lain.“Untung saja kanda tidak ada disini, Roro” bisik Ajeng. “Benar.. Kalau ada kanda disini. Pasti matanya jelalatan kesana kemari melihat
Baca selengkapnya

156. Bagian 4

“Mellya.. Ummi Ayu.. kakang.. selain pertemuan rutin kita yang kita adakan setiap 50 tahun sekali, saya bermaksud untuk membuka sebuah padepokan yang akan kuberi nama Padepokan Radja, karena itu aku mengundang ketua dunia persilatan yang baru”“Kakang mengundang ketua dunia persilatan yang baru?” tanya Mellya cepat“Benar Mellya”“Siapa julukannya kakang?” tanya Ummi Ayu“Kalau tidak salah ksatria pengembara” ucap Jayalaksana lagi. Sekilas wajah Mellya dan Ummi Ayu terlihat berubah mendengar hal itu.“Ya, aku pernah mendengar nama besar pendekar itu.. jadi dia ketua dunia persilatan yang baru” ucap Ummi Ayu lagi.“Lalu dimana dia kakang?” tanya Mellya“Entahlah.. Seharusnya dia sudah datang saat ini, tapi mungkin ada halangan dijalan. Mudah-mudahan besok sudah tiba disini” jawab Jayalaksana.“Aku juga sengaja mengundan
Baca selengkapnya

156. Bagian 5

Bintang menatap kuil mega merah yang ada dihadapannya, sesaat Bintang tersenyum saat mengingat kenangan manisnya bersama Aria Amante di kuil mega merah itu.Huupp!Bintang kemudian melompat turun dengan sangat ringannya dari punggung Sembrani dan berkata ;“Pergilah dulu Sembrani, tapi jangan jauh-jauh”Hiekk!Sembrani meringkik pelan seakan mengerti ucapan Bintang padanya. Lalu dengan cepat Sembrani melesat pergi. Bintang sendiri kini akhirnya melangkah kearah kuil mega merah.Saat berada didepan pintu kuil mega merah ;“Aria”Bintang memanggil lembut nama Aria. Tak ada jawaban.“Aria!” panggil Bintang sedikit keras, tapi tetap tak ada jawaban. Padahal jelas-jelas Bintang dapat merasakan ada tanda-tanda kehidupan dari dalam kuil mega merah yang Bintang yakini sebagai tanda-tanda keberadaan Aria Amante.
Baca selengkapnya

156. Bagian 6

“Bagaimana ciri orang itu, Aria?”“Seorang laki-laki berwajah penuh kharisma dengan jubah abu-abu beralur merah, dan yang paling jelas itu adalah rambutnya yang berwarna hitam keemasan kang, panjang tergerai..”“Apakah dia melawanmu dengan tangan kosong saat kau menggunakan Pedang Merah?” tanya Bintang“Tidak kang, dia memiliki sebuah senjata yang bernama Pedang Biru”“Pedang Biru ?!” tanya Bintang terkejut.“Benar kang, Pedang Biru.. sepertinya Pedang Biru merupakan kebalikan dari Pedang Merah. Bila Pedang Merah mengandung hawa panas, maka Pedang Biru yang digunakannya mengandung hawa dingin” ucap Aria Amante lagi, dan Bintang semakin menarik mendengarnya.“Baiklah... kakang akan mencoba menyelidiki hal ini” ucap Bintang akhirnya. Aria Amante tersenyum mendengar hal itu, sejenak Aria Amante terli
Baca selengkapnya

156. Bagian 7

“Aria”Sebuah suara lembut membuat Aria langsung membuka kedua matanya dan alangkah terkejut Aria saat melihat dirinya yang berada disebuah tempat yang dipenuhi oleh cahaya putih.“Dimana aku, dimana kang Bintang?” batin Aria lagi bingung menyadari keberadaan dirinya saat ini.“Aria”Kembali sebuah suara lembut itu terdengar menyapanya dari belakang, secara reflek, Aria menolehkan kepalanya kebelakang.“Guru!” ucap Aria dengan wajah berubah saat melihat dibelakangnya telah duduk seorang pertapa berjubah merah, dengan wajah sangat berkharismatik yang tentu saja sangat Aria kenali. Sosok pertapa itu adalah gurunya, Begawan Mega Merah.Aria Amante dengan cepat berbalik dan langsung menyembah sujud dihadapan Begawan Mega Merah.“Bangunlah Aria” kembali terdengar suara lembut Begawan Mega Merah. Ariapun segera bangkit dari sujudnya, tapi Aria Amante tak berani untuk mengangkat waj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
120121122123124
...
258
DMCA.com Protection Status